DELAPAN PULUH SEMBILAN

35 5 0
                                    

ARKA POV

Aku masih terjaga saat menyadari tubuh dalam pelukanku ini terus gelisah meski matanya terpejam. Aku tahu gadisku tidak tidur, aku yakin dia berusaha mencerna apa yang baru saja aku katakan. Mungkin itu semua menjadi pukulan telak untuknya.

Aku memutuskan memberitahu masa kelamku padanya malam ini juga, mengingat dia tadi ku temukan di tempat yang menjadi sumber suramnya kehidupan laluku. Bahkan dia juga sudah mengetahui sedikit tentangku dari sahabatku, Kendrick. Aku tak ingin kecolongan lagi. Jadi lebih baik jujur sekarang daripada dia mengetahuinya dari orang lain.

"Tidurlah, pikirkan semuanya lagi nanti ketika pikiranmu sudah mulai terbuka." Aku bergegas menyuruhnya istirahat daripada memikirkan semua ucapanku dengan emosi yang masih di level tertinggi.

Tak ada jawaban dari bibirnya. Aku tahu dia sangat kecewa denganku. Status dan masa laluku memang bukan sesuatu yang patut dibanggakan dan tidak bisa diterima dengan mudah. Kebodohanku tempo dulu benar-benar membuatku terpuruk saat ingin merangkai masa depan dengan gadis yang aku rasa patut di perjuangkan. Gadis polos dan ceria yang sedang berada di pelukanku saat ini.

Aku terus memeluknya dengan erat. Malam ini bisa saja aku membuatnya terikat denganku selamanya dengan cara kotor, namun dewa batinku sejak tadi sudah melotot garang padaku. Logika memenangkan permainan malam ini. Aku memilih menahan gejolak di bawah perutku dengan segenap jiwa, meski itu tidak mudah.

Aku ingin membawa gadis ini dengan cara yang benar. Ya, sekali ini dalam hidupku, aku ingin berjuang untuk Mikha. Aku ingin memiliki dia dengan jalur yang benar. Meski memeluknya sepanjang malam seperti ini sangat tidak dibenarkan, bahkan jika calon mertuaku tahu, mungkin aku sudah ditembak di tempat.

Berbicara tentang orang tua Mikha, aku mendadak ingat percakapanku dengan satpam di rumah Mikha. Kakak Mikha yang diluar kota kecelakaan dan gadisku tidak mengetahuinya. Apa lebih baik beberapa hari ini Mikha ku sekap di apartemen ini ya? Toh ini juga aku beli untuk Mikha. Otak kotorku sedikit memberikan idenya yang langsung di jawab dengan senyuman oleh dewa batinku. Ide cemerlang!

Apartemen ini ku beli beberapa hari setelah kelulusan Mikha. Tepatnya saat aku mendengar dengan jelas tamparan Adinda di pipi Mikha saat dia memarahi gadisku di rumahku. Aku membelinya untuk menjauhkan Mikha dari Adinda atau siapapun yang ingin menyakiti gadisku. Firasatku mengatakan akan banyak badai yang dibuat oleh Adinda setelah ini. Badai yang akan mengusik kebersamaanku dan Mikha.

"Udah hampir pagi Bang. Aku harus bersiap. Jam pertama hari ini diisi oleh Pak Fabian, dosen ganteng yang terkenal killer." Ucapan Mikha membuatku tersenyum simpul. Jadi seperti itu pandangan mahasiswaku selama ini.

Tawaku pecah begitu saja saat membayangkan Mikha berada di dalam kelasku. Wajah malunya selalu tertunduk dan enggan menatapku. Dia benar-benar menjaga komitmennya untuk menjaga hubungan rahasia kami ini, namun sikap yang ditunjukkannya malah semakin memperjelasnya.

"Pak Fabian gak killer sayang tapi tegas." Ujarku sambil meredam tawaku.

Kepalaku sedikit berputar saat aku menghentikan tawaku. Semalaman tidak tidur dan sedikit menenggak alkohol, membuat tubuhku mulai protes pagi ini.

"Tidurlah, hari ini Pak Fabian meliburkan diri. Dia bilang hanya akan memberikan tugas mandiri dan bisa dikumpulkan minggu depan." Baiklah, aku izin saja hari ini. Toh aku juga harus ke kota X untuk menyelesaikan urusanku. Ah, apa aku juga sekalian melihat kondisi Kakak Mikha ya? Sekalian ingin mengabarkan kabar gembira ini pada orang tua Mikha. Tapi aku tidak tahu di mana kakaknya dirawat.

"Serius nih Pak Fabian?" Ditengah-tengah aku membuat rencana untuk hari ini, Mikha mengejutkan aku dengan suara riangnya yang terdengar mencurigakan.

BERITAHU MEREKA!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang