"Bang, ini beneran Bang? Istri Abang lagi hamil dan Abang malah kabur dari rumah? Ini Abang beneran lagi kumat ya? Obatnya abis Bang?" Dengan lancar bibirku mengeluarkan sindiran. Yang langsung dihadiahi pelototan dari orang tuaku. Oh mulutku, apa filtermu rusak lagi?
Bang Arka menatapku. Tatapan meneduhkan namun terlihat sendu di mataku. Lalu sebentuk senyum menghiasi bibirnya. Dengan enteng dia menjawab, "iya Mikha, aku kabur sejak istriku hamil 2 bulan."
Aku membelalakkan mataku, tak percaya dengan setiap kata yang Bang Arka ucapkan. Apa mental lelaki ini sungguh sehat? Sepertinya dia benar-benar mempunyai kepribadian ganda. Bagaimana bisa dia dengan mudahnya menceritakan hal semacam ini dengan kami, yang notabene adalah orang lain? Apa Bang Arka benar-benar sedang frustasi dengan masalah yang dihadapinya?
Aku bergidik ngeri membayangkan apa yang sudah Bang Arka lakukan. Namun rasa penasaranku mengalahkan segalanya. Dengan penuh percaya diri aku bertanya lantang.
"Bang Arka gak punya hati ya? Bisa-bisanya ninggalin anak istri sendirian. Gak kasihan emangnya sama istrinya? Sama anaknya?"
Aku terus memuntahkan kata-kata sindirian. Ku pasang wajah masam. Ku tautkan alisku. Berharap tampang sangarku ini mampu membuatnya sadar dan kembali bertanggung jawab atas kehidupan anak istrinya. Bang Arka menatapku sambil tersenyum. Bukan ini respon yang ku inginkan, aku melihat Bang Arka bukannya takut dengan wajahku malah dia tersenyum geli menatapku. Cih, dasar lelaki buaya! Hilang sudah bayangan Bang Arka yang hangat di mataku.
"Ini tidak seperti yang Bapak dan Ibu bayangkan. Saya bukannya meninggalkan anak istri saya, tapi saya sedang mencari jawaban atas keraguan di hati saya. Bukan kemauan saya meningalkan rumah, tapi akal sehat saya menyuruh saya menjauhi rumah untuk mendapatkan semua jawaban. Saya keluar dari rumah bukan karena mempunyai wanita lain, saya tidak selingkuh." Jawaban mulus keluar dari bibir Bang Arka. Matanya menatap serius ke arah Papa dan Mama. Tidak untuk mencari pembelaan, namun memberikan pengertian.
Ku lihat mata Papa mengeras. Aku tahu, luka Papa dari masa lalu membuatnya bersikap waspada. Setiap kata dan tingkah laku Bang Arka dinilainya penuh kehati-hatian. Mata Papa menangkap tiap kata yang Bang Arka keluarkan dan menjalinnya menjadi satu kesatuan yang bisa membawa Papa pada jawaban yang sebenarnya. Namun, kami semua tetap tidak menemukan jawaban atas apa yang menjadi teka teki kehidupan Bang Arka.
"Tiap masalah ada jalan keluarnya nak Arka. Saran Bapak, apapun masalahnya selesaikan di dalam rumah, jangan sampai meninggalkan rumah. Sekali keluar dari rumah, maka komunikasi akan terbatas. Sekali keluar rumah, maka akan terbiasa keluar rumah. Dan akan berbahaya jika nak Arka lebih betah di luar rumah." Papa masih terus berusaha memberikan nasihatnya. Meski tak paham apa yang sebenarnya terjadi, aku tahu, baik Papa maupun Mama ingin yang terbaik untuk Bang Arka.
"Saya tau Pak. Saya juga ingin menyelesaikan ini. Tapi ini tidak akan selesai sampai istri saya melahirkan. Saya harus menunggu sampai saat itu tiba. Sampai anak yang dikandung istri saya lahir, saya memutuskan tetap berada di luar rumah Pak. Saya takut khilaf jika di rumah." Bang Arka masih teguh pada pendiriannya. Kata-kata yang dilontarkan sungguh tak tergoyahkan meski beberapa kali Papa menasihatinya.
"Nak Arka, Ibu ini seorang wanita, juga pernah melahirkan. Ibu tau betapa berat saat mengandung dan melahirkan itu nak. Bagi wanita, saat hamil apalagi nanti jika melahirkan, kehadiran suami itu sangat dibutuhkan sekali nak. Sebagai penguat dan penyemangat nak." Kali ini Mama ikut menasihati Bang Arka. Ku lihat mata mama mulai berkabut. Mungkin membayangkan saat Mama hamil dan melahirkan kakak dulu.
"Pulanglah nak, dampingi istrimu. Apapun masalahnya, selesaikan baik-baik. Duduklah berdua, cari solusi bersama. Rumah tangga yang kalian bina, jagalah sekuat tenaga. Bangunlah fondasi terkuat untuk rumah tangga kalian." Papa sekali lagi mencoba mengungkapkan isi hatinya. Berharap Bang Arka bisa merubah pendiriannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERITAHU MEREKA!!!
RomanceSepertinya semesta masih ingin bermain-main denganku. Setelah mengoyak hatiku, kini membuat perjalanan hidupku terseok-seok tak tentu arah. Saat aku mulai merasa lelah dengan semua ini, bayangan wajahnya terus menghantui. Bahkan ternyata dirinya p...