ARKA POV
Brengsek!!
Aku sungguh ingin menonjok muka kakak beradik itu. Sialan! Entah kenapa mereka sangat menyebalkan, apa gen menyebalkan itu turun temurun dalam keluarga mereka?
Bagaimana bisa kakak dan adiknya itu sama-sama membuatku sangat marah? Cih! Apa yang diinginkan mereka sebenarnya sih? Apa mereka menginginkan gadisku juga?
Oh benar, jika adiknya memang sudah dapat dipastikan sangat menginginkan gadisku. Aku tahu itu, karena dia mahasiswa andalanku dan sering tanpa sengaja bercerita padaku tentang isi hatinya. Bahkan dia terang-terangan memperlihatkan perasaannya pada gadisku dan sialnya aku memergokinya beberapa kali. Itu membuatku langsung memasukkan Aldrich -nama lelaki itu- dalam daftar hitamku.
Dan siang ini, aku baru menyadari satu hal. Bahwa kakaknya Aldrich -yang juga sahabat ku, Kendrick- sepertinya juga akan aku masukkan dalam daftar hitam. Bagaimana tidak, siang tadi aku melihat tatapan laparnya pada gadisku! Oh sungguh aku ingin mencongkel matanya. Dia gadisku, hanya milikku!
Basa basi mereka dengan gadisku di depan jurusan tadi benar-benar membuatku muak. Dengan bodohnya mereka terus mengoceh tentang semua hal yang membuatku bertambah kesal.
Kekesalanku mencapai puncaknya saat gadisku menyetujui untuk membuka gipsnya bersama dengan mereka. Entah apa yang terjadi pada orang tua gadisku itu, yang jelas siang ini tidak bisa menemaninya. Oh aku sungguh benci keadaan ini. Aku merasa tidak mampu melindungi milikku, bahkan di depan mataku mereka beranjak pergi tanpa bisa ku cegah. Aku merasa menjadi pecundang!
Segera setelah mereka berlalu, aku langsung mengendarai mobilku menuju perusahaan. Aku harus menenangkan diri yang ternyata tidak kunjung tenang. Sialan!
Lebih sialnya lagi dan yang mengganggu pikiranku yaitu, kakaknya Aldrich merupakan orang terdekatku, sahabatku! Ya sahabat baik mulai aku SMA, sahabat yang sangat ku kenal dan mengenalku dengan baik. Sekarang aku hanya bisa berharap, Kendrick menjaga mulutnya di depan Aldrich dan juga Mikha.
Kendrick adalah sahabatku saat mulai mengenal dunia kotor. Dunia yang aku tinggali sejak lama. Kami bersama-sama mencicipinya hingga terperosok jauh ke dalam lubang hitam itu.
Aku kembali memikirkan awal mula aku masuk dunia itu. Semua terasa bebas dan sangat menyenangkan. Tanpa ada halangan sedikitpun dan tanpa ada yang mengatur. Mana yang aku suka, aku tinggal menunjuk dengan jariku. Bukan tanpa alasan aku bertingkah seperti itu. Beban berat yang ada di pundakku sejak SMA dan rasa ingin berontak karena usia mudaku, menjadi alasan yang selalu ku pegang untuk membenarkan tindakanku. Nyatanya aku terjerumus hingga beberapa saat yang lalu.
Dulu aku selalu membenarkan alasan itu. Lebih seperti alasan yang dibuat-buat sebenarnya. Jauh di lubuk hatiku, aku sebenarnya iri pada teman-temanku yang lain. Disaat masa remaja mereka dihabiskan dengan bersenang-senang dan bergaul dengan teman sebaya, aku sudah mulai belajar tentang mengolah perusahaan. Ya, perusahaan Ayahku. Beban itu semakin berat karena aku anak satu-satunya. Dari kecil aku sudah di didik untuk menjadi pengusaha dan penguasa. Aku harus mengubur impianku menjadi dosen saat masa depanku sudah ditentukan Ayahku.
Kendrick adalah sosok lain yang mirip denganku. Hidup kami sudah ditentukan dari kecil. Belajar memegang kendali perusahaan besar sejak usia muda. Usia yang seharusnya untuk bersenda gurau dan bersenang-senang, bukan usia untuk mencari sebongkah berlian. Jika aku ingin menjadi dosen, maka cita-cita Kendrick menjadi pembalap. Karena kesamaan nasib itulah yang membuatku menjadi dekat dengan Kendrick sejak di bangku SMA.
Dengan Kendrick pula aku menjelajahi dunia kotor untuk memuaskan hasrat bermain kami yang tak terpenuhi saat usia remaja. Sayangnya, bermain kami bukan hal yang wajar, kami bermain dengan banyak wanita setiap malamnya. Merasa hebat karena mampu menarik wanita tanpa perlu bersusah payah. Para wanita lah yang melemparkan diri pada kami dan berinisiatif menaiki ranjang kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERITAHU MEREKA!!!
RomanceSepertinya semesta masih ingin bermain-main denganku. Setelah mengoyak hatiku, kini membuat perjalanan hidupku terseok-seok tak tentu arah. Saat aku mulai merasa lelah dengan semua ini, bayangan wajahnya terus menghantui. Bahkan ternyata dirinya p...