"Dan kamu Mikha, baru saja melanggar janjimu sendiri. Sekarang terima hukumanmu."
Gleek..
Aku menelan ludahku kasar. Kenapa kamu bodoh sekali sih Kay!! Kan kamu sudah melihat sendiri, tadi Bang Arka mengunci pintu kamar ini, kenapa dengan cerobohnya kamu malah mencoba kabur? Lihat sekarang, kamu malah menyiram bensin dalam kobaran api.
Aku terus merutuki tindakanku. Aku menyesali yang sudah ku lakukan. Kini aku hanya tinggal menanti hukuman, entah apa itu, dari Bang Arka. Ini seperti bumerang, aku yang melempar, aku pun yang terkena.
"Bang, maaf, aku gak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin keluar Bang. Aku gak mau dikurung disini. Apa kata orang jika melihat kita seperti ini? Omongan istrimu tadi sepenuhnya benar Bang, aku yang salah dan melanggar batas." Aku menunduk saat mengucapkannya. Teringat kata-kata yang menyayat hatiku tadi. Bang Arka tajam menatapku.
Aku berniat melepas diri dari kungkungan lengan Bang Arka yang mendesakku hingga menempel ke tembok. Aku terus berusaha menggeser lengannya, tapi rasanya tak berubah sedikitpun. Lengannya terlalu kokoh mengurungku. Aku memukul pelan dada bidang Bang Arka.
"Kenapa kamu peduli ucapan mereka? Kamu tidak meminta makan dan penghidupan dari mereka." Bentak Bang Arka. Ah akhirnya dia bersuara lagi. Entah kenapa aku sedikit lega mendengar suaranya.
"Aku gak ingin dicap sebagai pelakor Bang. Aku punya harga diri dan aku harus menjaga nama baikku juga orang tuaku." Aku terus bersuara.
"Kamu bukan pelakor. Kenapa kamu mengkhawatirkan sesuatu yang konyol, yang kamu sendiri tau jawabannya? Kenapa kamu terlalu memusingkan sesuatu yang tidak perlu? Mereka tidak tau kenyataannya, mereka hanya bisa mencemooh. Jadi kenapa kamu peduli dengan segala omong kosong mereka?" Cerca Bang Arka.
"Semua orang pasti akan berpikir demikian Bang! Apa yang ada di pikiran mereka, jika mendapati wanita lain tertidur di kamar seorang lelaki yang berstatus suami orang? Dan yang lebih parahnya, istrinya memergokinya! Semua tuduhan akan mengarah padaku, Bang!" Aku mulai membentaknya.
"Dan apa pedulimu dengan pemikiran mereka, Mikha? Kamu tau itu tidak benar, jadi berhentilah berpikir yang aneh-aneh! Jangan dengarkan mereka. Cukup dengarkan aku. Percaya padaku." Bang Arka balas membentakku.
"Lalu, katakan pada mereka Bang. Beritahu mereka keadaan sesungguhnya. Beritahu mereka aku bukan perusak rumah tanggamu!" Aku kembali terisak. Dadaku bergemuruh, nyeri menyayat hatiku.
Lengan kokoh itu merengkuh tubuhku, membawaku bersandar di dada bidangnya. Hangat dan nyaman. Rasa baru yang mulai ku rasakan sejak beberapa hari lalu saat bersama Bang Arka.
"Kenapa pikiranmu selalu terbang tak terkendali, Mikha? Apa yang coba kamu buktikan? Apa yang coba kamu sanggah? Biarkan saja mereka semua. Dan kamu, jangan mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Tetanggaku bahkan tidak peduli ada kejadian apa di rumah ini!" Suara Bang Arka sudah kembali lembut. Tangannya mengusap lembut punggungku.
"Aku takut Bang. Aku takut. Aku baru pertama kali diperlakukan seperti tadi. Sakit banget Bang. Bukan karena tamparan, tapi ucapannya benar-benar membuat mentalku down." Aku sesenggukan.
"Jadi tamparan tadi gak sakit?" Suara Bang Arka kembali jahil.
Aku mendongak, menatap matanya. Dasar tak tahu malu, setelah membentakku seperti itu, kini dia mencoba menggodaku.
"Penting untuk dijawab ya?" Aku memberinya tatapan sinis, ku dorong tubuh Bang Arka.
Eh bergerak?! Aku mendesah mendapati tubuh Bang Arka bergeser. Dia sengaja mengurungku ternyata. Ku lirik wajahnya, ia sedang tersenyum penuh misteri.

KAMU SEDANG MEMBACA
BERITAHU MEREKA!!!
RomanceSepertinya semesta masih ingin bermain-main denganku. Setelah mengoyak hatiku, kini membuat perjalanan hidupku terseok-seok tak tentu arah. Saat aku mulai merasa lelah dengan semua ini, bayangan wajahnya terus menghantui. Bahkan ternyata dirinya p...