EMPAT PULUH DELAPAN

39 4 0
                                    

"Kak, kita mau ke mana sih ini?"  Tanyaku saat mobil Aldrich mengarah ke jalan yang berlawanan dengan arah rumahku.

"Ikut aku yuk. Aku butuh cari buku buat penelitian, buat referensi." Jawab Aldrich santai.

Sesaat aku berpikir, ingin menolak tapi aku pun ingin jalan-jalan, sekedar menyegarkan mataku. Sudah lama juga aku tidak melongok isi toko buku. Di pikir-pikir, sepertinya aku memang sudah lama tidak jalan-jalan. Beberapa bulan ini aku sibuk untuk menyiapkan ujian akhir sekolah, kemudian aku terpuruk karena kejadian itu dan dilanjut dengan ospek yang melelahkan namun juga menyenangkan.

"Hmm boleh juga deh Kak. Kay juga lama gak jalan-jalan. Kita ke toko buku mana?" Tanyaku setelah mengutarakan pemikiranku.

"Toko buku yang ada di mall aja gimana?" Aldrich memberi sarannya.

"Yee bilang aja sekalian ngajak jalan." Sontak aku mencibirnya saat tahu maksud dan tujuannya mengajakku ke toko buku.

Bukan tanpa alasan aku mengatakan semua itu. Di kota ini, toko buku paling bergengsi letaknya tidak di dalam mall, malah justru di pinggir jalan. Jika Aldrich mengajakku ke mall, dapat dipastikan ada maksud tersembunyinya.

"Ketahuan ya? Hehe.. Mumpung kuliah baru aktif minggu depan Kay, kita jalan-jalan bentar ya? Kalau udah mulai kuliah, ntar cuma bisa jalan akhir minggu doang, kan kita mau mulai penelitian lagi." Aldrich menjawab sambil cengengesan.

"Emangnya penelitiannya lama banget ya Kak?" Tanyaku dengan penuh penasaran.

"Penelitian kita kan menggunakan mikroorganisme Kay, ada bakteri dan juga yeast atau jamur. Nah kita tuh penelitiannya harus melihat juga keaktifan mikroorganisme itu. Mereka harus dibiakkan juga. Pembiakannya itu butuh waktu, ada yang 24 jam, 72 jam atau hanya beberapa jam. Jadi nantinya kita akan mengikuti jam hidup mereka. Kalau pengamatan 72 jam hidup mereka tepat tengah malam, ya malam itu juga waktunya analisis. Karena hasilnya pasti beda jika waktunya lebih atau kurang dari yang sudah ditentukan. Kita bakal hidup di laboratorium Kay. Kamu belum nyadar kan nantinya bakal kayak gitu? Pantes semangat mau ikut penelitian. Gimana, mau mundur?" Aldrich menjelaskan panjang lebar yang hanya ku sahuti dalam diam.

Aku sungguh tak menyangka jika penelitiannya akan serumit itu. Apa aku sungguh bisa melakukan semua itu? Wow jika tengah malam waktunya pengamatan, maka langsung di lakukan saat itu juga. Ini sih namanya mengasuh barang yang tak terlihat. Semacam mengasuh bayi namun ini bayi mikroorganisme. Wah kenapa aku justru antusias ya? Aku benar-benar penasaran seperti apa penelitian itu.

"Kita penelitian di kampus kan Kak? Kok Kay malah gak sabar ya? Kay pingin tau, kalau penelitian tengah malem kayak gimana. Ada yang suka godain gak Kak? Misalnya tau-tau ada yang nyolekin Kak Al dari belakang gitu?" Aku mencoba menggoda Aldrich. Berharap tengkuknya sedikit meremang.

"Hmm gosip dari mana lagi tuh?" Aldrich yang sadar arah pembicaraanku malah balik bertanya.

"Tuh kata anak-anak pas ospek, kemarin kan di bawa ke laboratorium, katanya kakak senior yang lagi di sana, kalau malem suka ada yang nyolek-nyolek." Aku mengingat cerita Winda saat itu.

Aldrich tertawa mendengar ceritaku, sangat jelas nada meremehkan dari suara tawanya.

"Begituan mah ada di mana aja Kay. Tinggal berdoa aja yang kenceng. Kak Al sering tidur di laboratorium, aman-aman aja tuh sejauh ini. Ntar kamu buktikan aja sendiri." Aldrich menjelaskan dengan sedikit tawa yang menghiasi suaranya. Aku mendengus mendengarnya.

Perjalanan kami lalui dengan penuh tawa. Tidak ada jeda sedikit pun dalam pembicaraan kami. Aku dan Aldrich seakan sudah lama saling kenal. Kami benar-benar membicarakan segala hal, dari hal remeh hingga masalah berat. Aku sedikit banyak mengetahui kehidupan Aldrich dan aku rasa dia pun demikian terhadapku.

BERITAHU MEREKA!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang