DELAPAN PULUH TIGA

31 5 0
                                    

ARKA POV

Aku sudah berada di tempat parkir dan sedang menatap bangunan tiga lantai di depanku. Sebuah perjuangan panjang saat aku dan teman-temanku mulai merintis bisnis di bidang ini. Jatuh bangun sudah kami lewati hingga club malam ini menjadi seramai saat ini dan memiliki beberapa cabang di kota besar lainnya.

Ini tempat persembunyian sempurna untukku. Bahkan Ayah dan Ibu tak tahu aku mempunyai ini semua. Kenakalan masa remajaku, membawaku menuju jalan ini. Jalan untuk memulai bisnisku tanpa campur tangan nama besar Ayah.

Aku bersandar pada kursi pengemudi sambil memejamkan mata, sungguh sangat melelahkan beberapa hari ini. Kepalaku serasa mau meledak. Dan rasa kesalku karena tidak bisa menghubungi Mikha menambah pening di kepalaku. Sial, kemana dia, hingga tak menjawab panggilanku?

Ah kenapa aku sangat bodoh? Harusnya aku tak perlu bersusah payah memikirkan keberadaan Mikha. Segera ku ambil ponselku dan menekan kontak teratas dalam daftar nama di ponsel.

"Ren, kamu dimana?" Aku menelepon Rendi, tangan kananku.

"Saya di apartemen Pak. Ada apa Pak?" Tanya Rendi langsung.

"Orang yang mengawasi Mikha, bagaimana laporannya hari ini?" Tanyaku tanpa basa basi. Oh aku sungguh memerlukannya. Jika malam ini aku bertemu Mikha, aku pastikan tidak akan menjejakkan kakiku ke club!

"Mikha sejak sore tadi sudah berada di kontrakan temannya Pak, teman yang mengantar ke rumah sakit. Alamatnya di jalan kenanga xx Pak. Dan hingga jam 9 malam tadi sudah tidak ada aktivitas lagi. Jadi mereka kembali dan akan mengawasi kembali besok pagi." Rendi memberikan penjelasan.

"Baiklah, terima kasih Ren." Ucapku sambil mengakhiri panggilan.

Aku melihat jam di dashboard mobil, sudah hampir jam sebelah malam. Jika aku menemui Mikha, mungkin dia sudah tidur. Ku coba sekali lagi menghubungi nomor ponsel Mikha dan lagi-lagi tak ada jawaban. Sepertinya dia memang sudah tidur.

Aarrgh.. Rasanya aku sangat frustasi. Ku jambak rambutku sendiri untuk mengurangi sakit kepalaku yang sebenarnya sia-sia saja. Aku tetap merasa pusing.

Ah masa bodohlah, malam ini aku di sini saja. Lagi pula aku terlalu lama tidak memantau sendiri keadaan di dalam.

Segera saja ku langkahkan kaki keluar mobil dan menuju club malamku. Maksudku club malamku dan sahabat-sahabatku.

"Wah Pak Arka, selamat malam Pak. Lama tidak terlihat Pak." Sapa penjaga di pintu masuk.

"Iya, agak sibuk penelitian. Saya ke dalam dulu ya." Jawabku sambil menepuk bahunya.

Aku segera melangkahkan kaki menuju ruanganku. Ya, di lantai dua ada ruangan khusus untukku dan sahabatku. Letaknya agak tersamar jadi tak ada yang tahu selain pegawai di sini, itupun pegawai pilihan.

"Arka!" Aku menoleh saat mendengar namaku dipanggil oleh suara yang ku kenal akrab.

"Ke mana aja Bung, lama gak kelihatan! Mana Ken?" Gilang, sahabatku dan salah satu pendiri club ini, memelukku sekilas saat bertanya sahabatku yang satu lagi.

"Aku gak janjian sama siapapun." Jawabku.

"Yuk, masuk." Dia mengajakku ke ruangannya.

"Aku ingin ke ruanganku saja." Jawabku dengan sedikit malas.

"Ada apa Bung? Kamu ada masalah?" Gilang sangat mengerti perubahan raut mukaku.

Aku hanya tersenyum sebagai balasan.

"Baiklah, aku temani kamu malam ini di ruanganmu. Bolehkah?" Tanya Gilang dan aku mengangguk sebagai balasan.

Kami berdua berjalan beriringan menuju ruanganku. Ruangan untukku istirahat dan mengurus keperluan club atau jika ada janji pertemuan bisnis.

BERITAHU MEREKA!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang