TUJUH PULUH SEMBILAN

28 5 0
                                    

ARKA POV

Binggo!

Aku mendapat secercah harapan. Maafkan aku sayang, aku belum bisa menenangkanmu sekarang. Biarlah hari ini kamu mengetahuinya dari orang lain dan berpikir apapun sesuai dengan imajinasimu.

Kali ini ada tamu tak diundang yang sedang mendengarkan pembicaraan kita. Tidak, lebih tepatnya pembicaraanmu karena dia tidak melihatku. Dia juga sedang mengawasimu sambil mencuri dengar pembicaraan kita.

Aku harap, tamu tak diundang ini akan membantuku mengungkap hubungan kita tanpa perlu campur tanganku. Lihatlah wajah penasarannya. Ia sedang menyembunyikan tubuhnya dengan baik agar tidak terlihat. Dia ada di belakangmu sayang, tak jauh darimu, hanya terhalang tembok saja. Hahaha, dewa batinku tertawa mendapati kesempatan tak terduga itu. Sepertinya semesta pun sedang berpihak padaku.

Ayo sayang, bantu aku mengungkapkan hubungan kita. Meski tak secara langsung, tapi jika kamu membantuku aku yakin dia akan tahu, karena ucapanmu lah yang terdengar di telinganya.

Aku sungguh ingin semua ini terdengar olehnya sayang, aku tidak ingin menjalani hubungan dengan sembunyi-sembunyi seperti ini.

"Bang, apa kita sudahi semua ini? Aku merasa tidak pantas untukmu dan aku merasa sangat bersalah pada mbak Adinda. Dia yang terbaik untukmu Bang. Aku hanya sebuah selingan saat hatimu goyah. Cobalah cari lagi cinta diantara kalian Bang." Omong kosong apa yang sedang dibicarakan Mikha kali ini?

Shit! Dari mana kamu mendapatkan ide seperti itu Mikha? Selingan? Simpanan? Oh sungguh kata-katamu merobek hatiku sayang. Tidak pernah sekalipun aku menganggapmu seperti itu.

Dan jangan bilang kamu ingin melepasku sayang. Aku berusaha mencari jalan terbaik agar kita bisa bersama dengan normal seperti pintamu, tapi apa yang ku dapat? Kamu menyuruhku apa? Mencari cintaku pada Adinda? Hah, itu hanya ada dalam mimpimu. Ah tidak, bahkan dalam mimpi pun aku tak mengizinkan Adinda hadir diantara kita.

"Diam! Jangan teruskan semua omong kosongmu itu Mikha! Aku sungguh muak dengan teorimu yang selalu melenceng jauh dari kebenaran. Jangan mengambil keputusan saat mata dan telingamu tidak bisa berfungsi dengan benar." Aku benar-benar kehabisan stok sabarku menghadapi Mikha.

"Abang..." Dia mencoba bersuara lagi. Entah apa yang akan dia katakan. Tapi sayangnya aku tak ingin mendengar lagi teori tak berdasarnya.

"Hentikan Mikha! Teori yang kamu ucapkan itu selalu saja keluar dari jalur. Jangan berpikir macam-macam. Entah bagaimana otakmu berjalan, yang jelas segala ucapan yang kamu lontarkan itu tidak akan membuatku melepaskanmu. Kamu akan selalu menjadi milikku. Suka atau tidak. Setuju atau tidak. Kamu akan aku dapatkan. Kamu milikku, hanya milikku Mikha." Lagi-lagi aku membentaknya. Tadi lidahku kelu, namun sekarang justru tidak terkontrol.

Bagus Arka. Tunjukkan pada Mikha bagaimana sikapmu. Gadis itu harus tahu, cinta yang sudah dia terima tidak bisa dikembalikan lagi. Seumur hidupnya, dia harus bersamamu, menjadi milikmu, menikmati cinta ini. Gadis itu harus sadar, dia sudah terikat padaku sejak hari kelulusannya. Sejak hari dia mendatangiku dengan berani di rumahku, sejak saat itulah aku merantai kakinya dengan benang merahku. Dan mulai sekarang, akan aku eratkan ikatanku itu agar kamu tidak bisa melarikan diri kemana pun, Mikha.

"Kamu pemaksa Bang. Sangat arogan!" Kenapa suara Mikha mendadak lembut? Apa dia tersentuh dengan ucapanku? Hah, harusnya kamu sadar sayang, seberapa besar cintaku padamu. Mungkin kamu tak kan sanggup membayangkannya.

"Itu nama tengahku, Mikha, jika kamu lupa." Aku mencoba mencairkan ketegangan diantara kami.

"Bang, kita teruskan ini lain kali. Aku makan siang dulu. Abang sudah makan?" Mikha mau makan? Sama siapa? Jangan-jangan dengan para lelaki brengsek itu? Ah sial, hatiku kembali bergejolak. Hanya mengingat namanya saja aku merasa sangat marah!

BERITAHU MEREKA!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang