ARKA POV
"Istri Abang ada di rumah, Abang yang kabur." Aku menjawab dengan santai. Sudah mulai malas membicarakan masalah ini. Aku hanya ingin mengetahui saja, bagaimana gadis ini menanggapi. Aku sungguh menikmati setiap perubahan raut wajahnya. Ekspresinya sungguh lucu, sangat menghiburku.
"APA??!!" Nah benar kan? Dengar teriakannya! Reaksinya selalu berlebihan seperti ini.
Aku berusaha menyembunyikan tawaku mendengar teriakannya. Haha lihatlah, dia langsung menghadap ke arahku dengan penuh penasaran. Sungguh menggemaskan wajahnya. Raut mukanya seakan sudah menjadi candu untukku. Aku ketagihan menggodanya, aku ketagihan menatap wajahnya, aku ketagihan menanti setiap ekspresi yang akan dia tampilkan.
Aku jadi penasaran, apa yang sering dia lakukan diwaktu luangnya. Pikirannya selalu mengembara entah kemana. Pikirannya terlalu berlebihan untuk anak seusianya. Mungkin malah bisa dikategorikan liar. Kesimpulan yang sangat sulit dibaca oleh nalar manusia normal.
Dia selalu memiliki pikiran-pikiran konyol yang entah dari mana asalnya. Dan itu sangat menghiburku. Dari pertama percakapan kami, aku merasa dia gadis yang menyenangkan dan tentu saja, luar biasa membuat aku geleng-geleng kepala, pusing dibuatnya. Tanpa terasa, aku tersenyum membayangkan tiap ekspresinya. Sekarang pun aku sudah mulai bisa menebak arah pemikirannya. Aku merasa menjadi sedikit gila kala mengikuti permainannya.
Ah aku jadi membayangkan reaksi pertamanya ketika ku goda. Saat itu dia ketakutan dan mungkin sangat ingin mencakar wajahku. Dia mengira aku sudah merenggut kesuciannya. Hah, entah apa yang ada di otak gadis itu. Pikirannya selalu berkelana jauh, membuatku ingin selalu menggodanya saja. Mungkin dari situlah awal mula aku merasa bahwa wajahnya adalah candu untukku. Ya, wajah lucu dan menggemaskan ini selalu bisa menghiburku, sejenak mengajakku menepi dari permasalahan yang ku hadapi.
"Apa Bang? Tadi ga jelas. Abang bilang apa?" Dia bertanya sekali lagi. Aku yakin dia sudah mulai membuat kesimpulan liar lagi. Aku melihatnya menggelengkan kepala, entah kali ini apa yang sudah merasuki pikirannya. Spekulasi apa yang sudah dia tetapkan saat ini. Aku hanya bisa menyembunyikan tawaku, ingin menggodanya saja.
"Aku tau kamu mendengarnya dengan baik. Kamu gak salah denger kok, aku memang kabur dari rumah." Aku kembali bersuara. Menjawab dengan penuh penekanan bahwa yang di dengarnya adalah benar. Aku ingin melihat, sejauh mana dia akan bertindak, sejauh apa respon yang dia berikah. Ah, aku tak sabar melihatnya.
Aku melihat gadis ini mulai menahan diri. Mungkin menahan diri dari berspekulasi yang aneh. Menahan diri dari berimajinasi yang kelewat liar. Aku ingin tertawa saja. Dia terlihat sangat berusaha untuk menahan. Terlihat wajahnya mendadak serius. Sungguh aku mulai tak sanggup untuk menahan lebih lama lagi tawaku. Astaga, raut muka seriusnya sangat tidak sesuai dengan wajahnya. Aku masih menanti kesimpulan apa yang akan dia lontarkan. Ah sungguh tak sabar rasanya.
Sekian menit aku menanti sambil mengendarai mobil dengan kecepatan yang bisa dibilang pelan. Aku tak sabar apa yang akan aku dapatkan kali ini.
"Hahahah.."
Tapi apa itu? Hah, dia menertawakanku! Lihatlah, tawanya sangat lepas dan kencang. Tawa mengejek. Terdengar sangat menyebalkan. Dan tentu saja sangat di luar dugaan. Prediksiku salah besar dan reaksinya tidak sesuai perkiraan. Ku kira aku akan mendapat empati atau sedikit rasa peduli. Tapi kenyataannya, malah aku ditertawakan.
Apa yang lucu dari semua itu? Aku sedikit tersinggung namun bukankah memang seperti ini sikap gadis itu dari awal bertemu? Selalu mengagetkan aku dengan berbagai pikiran konyolnya. Kenapa aku jadi merasa marah begini ya? Apa mungkin karena aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan? Ah sudahlah, memang dia sulit dimengerti.
Entah karena tiba-tiba suasana hatiku menjadi berubah atau karena aku ingin memperhatikan raut wajahnya secara langsung, aku menghentikan mobil di pinggir jalan, ku parkir tepat di depan minimarket. Ku tatap wajah gadis itu, ingin ku semburkan berbagai kata sindiran. Namun aku malah mendapati dia dalam kebingungan. Hah, wajahnya sangat mengemaskan! Kenapa bisa secepat ini sih dia merubah mimik mukanya? Aku jadi tidak tega untuk memarahinya.
"Kita di mana Bang? Kenapa berhenti?" Dia bertanya dengan wajah kebingungan, sambil menoleh ke kiri dan kanan. Ah kenapa dengan wajah itu? Duh Gusti, tidak kuat rasanya hati ini.
"Beli minum, haus. Gerah banget disini, panas!" Aku menyahuti dengan nada kesal sambil menatapnya tajam. Aku tak ingin dia tahu, kalau aku sedang menikmati tiap ekspresi yang dia tampilkan. Biar saja dia mengira aku sedang marah toh nyatanya aku memang sedikit tersinggung. Biar saja dia tetap membuat kesimpulan yang jauh diluar perkiraan, aku masih sangat ingin menjahilinya lagi.
"Ikut ya Bang? Aku haus juga, sekalian beli cemilan ya Bang, heheh.." Dia berkata lagi, dengan memasang senyum manis yang sengaja dia pamerkan padaku. Baiklah, jika begini caramu mengambil hati, aku akan mulai mengikuti cara ini
Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Ku tatap dalam bola matanya, ku temukan sedikit kedamaian. Wajah lugu dan selalu ingin tahu gadis itu, seakan menyihirku. Seketika hatiku berdegup kencang. Entah perasaan apa ini, aku tak berani menamai.
Aku tak tahu dari mana keberanian ini muncul, tiba-tiba saja aku ingin mencurahkan semua bebanku padanya. Beban yang selama ini ku pikul sendiri. Beban yang selama ini mengecapku sebagai lelaki tak bertanggungjawab. Beban kenyataan yang mengakibatkan aku tersingkir dari keluargaku. Beban yang selalu ingin ku hilangkan dan ku tutupi, agar keluargaku tak dicaci maki. Sungguh aku ingin menceritakannya, sekedar ingin mendapat penghiburan atau mungkin justru aku ingin melihat tanggapan dari pemikiran gadis itu yang sangat tidak bisa diprediksi.
"Mikhayla.." Lirih ku panggil namanya, sejenak meminta perhatiannya. Dia menjadi gugup, aku tersenyum melihatnya salah tingkah.
"Kay, panggil aku Kay aja Bang. Semua memanggilku begitu." Gadis itu membenarkan nama panggilannya dengan suara bergetar.
Aku menahan tawaku kembali. Apa gadis ini setakut itu padaku? Hanya ku panggil namanya saja dia sudah gemetar. Oh ayolah, ini sangat menggelikan, aku sungguh terhibur, merasa memiliki mainan baru.
"Karena semua memanggilmu Kay, maka aku akan memanggilmu Mikha." Aku tersenyum, berusaha mencairkan suasana dan meredakan sedikit ketegangan dalam wajahnya.
"Mikha, aku akan menceritakan sesuatu padamu. Dengarkanlah"
Akhirnya, sudah ku putuskan..
-----------------------------------------------------------
Hai.. Hai..
Gimana nih tanggapannya?
Ku tunggu kritik dan sarannya ya..
Happy Reading 💕💕

KAMU SEDANG MEMBACA
BERITAHU MEREKA!!!
RomanceSepertinya semesta masih ingin bermain-main denganku. Setelah mengoyak hatiku, kini membuat perjalanan hidupku terseok-seok tak tentu arah. Saat aku mulai merasa lelah dengan semua ini, bayangan wajahnya terus menghantui. Bahkan ternyata dirinya p...