SERATUS TIGA PULUH ENAM

31 7 0
                                    

Aku terus mengikuti langkah kaki wanita paruh baya di depanku. Pandanganku terus menatap punggung yang bahkan sama sekali tak menoleh padaku. Punggung yang dengan angkuhnya berjalan dengan tegap mendahuluiku. Apakah aku sungguh keluar dari rahimnya? Bagaimana mungkin dia terlihat sangat arogan dihadapanku? Apa aku sebegitu tak berharganya di matanya?

"Hoi Kay!" Aku mencari sumber suara yang tengah berteriak memanggil namaku.

Ah bodyguard baru sahabatku tengah melambai padaku. Badannya baru separuh yang masuk ke dalam mobilnya.

"Mau ke mana kamu, Kay?" Sahabat suamiku itu sudah keluar dari mobilnya dan segera mencegat langkahku.

"Nyonya, tunggu sebentar." Ucapku pada wanita di depanku yang sedikit menoleh saat namaku ada yang memanggilnya.

Wanita itu menatapku sambil mengangguk.

Aku kembali menatap kekasih sekaligus sopir dadakan sahabatku. Ah entahlah, para pria matang ini kenapa suka sekali memperlakukan kami, maksudku aku dan Winda, seperti anak balita. Kemana pun harus memberi laporan dan harus ada yang mengantar. Apa mereka terkena sindrom tertentu di usia matangnya? Sindrom bucin mungkin?

"Mau kemana kamu dengannya?" Ujar Kendrick, lelaki yang memanggilku tadi, dengan dagunya ia menunjuk ke arah wanita itu, "bukannya kelasmu akan segera di mulai? Cepat masuk!" Imbuhnya dengan wajah sangar.

Astaga, aku dan Winda benar-benar terjebak oleh pesona para pria matang dengan segala keposesifannya. Dan entah mengapa, kami malah jatuh cinta pada mereka.

"Kay mau ada perlu dulu Kak Ken. Tenang aja, aman." Jawabku dengan senyum lebar.

Aku harus bisa mengecoh Kendrick jika tak ingin dia segera menghubungi suami rasa bodyguard ku itu.

"Arka mana? Dia tau? Kamu udah bilang padanya?" Cerca Kendrick.

Nah benarkan? Dia itu sebelas dua belas kelakuannya dengan Bang Arka.

"Abang sedang ngadep kepala jurusan Kak. Sama Mama, Papa, Ayah dan Ibu."

"Buset! Pada ngerumpiin apaan kok kesini semua?"

"Idih, kepo! Udah ah Kay mau berangkat dulu."

Aku melambai pada Kendrick dan hendak melanjutkan langkahku saat tangan kokoh Kendrick menahan tubuhku.

"Kamu mau dimakan singa bulat-bulat? Jangan nekat deh Kay. Cepat masuk kelas. Kamu belum tahu jika Arka sudah sangat marah. Jadi jangan cari masalah. Cepat naik. Winda dari tadi meneleponmu tapi tak terhubung, dia menunggumu dan dia sudah naik ke atas tadi untuk mencarimu." Wajah Kendrick sudah berubah menjadi sangat keras dan gelap.

Aku segera mengambil ponselku dan melihatnya. Astaga, kenapa aku lupa mengisi bateraiku sih? Padahal tadi masih nyala.

"Kak, Kay gak lama kok, bentar doang. Biar masalah cepat kelar." Aku membujuk agar Kendrick melepas cengkeraman tangannya.

"Kamu tahu siapa wanita itu Kay? Jangan cari masalah kalau tak ingin suamimu memindahkan tempat kuliahmu." Aku terbahak mendengar ucapan Kendrick.

"Kay tahu siapa dia, sangat tau. Dan tau gak kak, Kak Ken becandanya garing ah." Cibirku.

Kendrick mendengus dan berkata, "kamu berarti belum mengenal Arka dengan baik. Dia sangat bisa melakukan apapun jika itu berhubungan dengan keselamatan orang yang dicintainya, dan itu kamu!" Aku langsung terdiam mendengar ucapan Kendrick.

Masa sih Abang sampai segitunya? Memangnya benar-benar akan melakukan hal seperti itu? Saat aku masih berpikir besarnya peluang kuliahku akan dipindahkan oleh Bang Arka, otakku kembali menampilkan hal-hal yang telah dilakukan Bang Arka. Termasuk mengawasiku.

BERITAHU MEREKA!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang