Aku menatap tubuh kak Farel yang sedang dipersiapkan untuk melakukan operasi malam ini. Segala doa yang ku bisa sudah ku rapalkan sejak tadi, berharap doa itu tak hanya menguatkan kakakku tapi juga diriku. Sungguh, hanya doa yang kini bisa ku ucapkan, mengharap keajaiban dari sang Pencipta. Hanya satu inginku, kakak kembali sembuh dan tak lagi merasa sakit.
"Mama, Farel sudah siap." Dengan terbata kakak berucap.
"Berjuanglah sayang, Mama dan Papa menunggumu disini. Kay dan Arka juga menunggumu. Kami semua menunggumu." Mama mengusap lembut punggung tangan kakak.
"Mama, kini Mama punya anak lelaki lain. Jadi jangan khawatir. Mama akan baik-baik saja." Mama mengernyitkan dahinya saat mendengar ucapan kakak.
"Tentu saja, kini anak lelaki Mama ada dua. Kamu dan Arka. Kelak anak perempuan Mama juga dua, Kay dan calon istrimu." Mama tersenyum saat mengatakannya.
Hatiku berdesir mendengarnya. Ah benar, akan datang hari itu saat aku harus merelakan perhatian kakak terpecah antara aku dan istrinya. Mungkin malah perhatiannya tercurah hanya untuk istrinya.
"Ih belum apa-apa Kay udah cemburu nih dengarnya. Nanti kalau istri kak Farel gak mau nerima Kay gimana? Kakak gak bakal perhatian lagi sama Kay dong." Ujarku, sebenarnya setengah bercanda tapi entah kenapa rasanya memang itu kenyataannya.
"Memangnya kurang perhatian dariku, Mikha?" Bukan kakak yang menjawab dengan suara tajamnya, namun suamiku. Ih aku masih geli mengucapkannya.
"Lha si posesif gak inget tempat!" Sindir Kendrick langsung.
"Kamu kayak gitu juga gak Kak nanti kalau udah nikah?" Winda menimpali.
Aku terkekeh mendengarnya. Menatap wajah getir Winda yang berbalut rasa penasaran.
"Saranku Win, kalau gak kuat mending cari yang lain deh. Serem diikutin banyak mata kesana kemari. Kamu, berhak mendapatkan yang lebih baik kok." Aku mengulum senyumku, ku gigit bibirku untuk menahan tawa yang hampir meledak.
"Kay!" Suara Papa memperingatkan.
Ayah dan Ibu menggeleng melihat interaksi kami. Mereka lebih pengertian dengan sindiranku pada Kendrick. Ah mungkin karena mereka memang memasang banyak mata disekitarku tanpa sepengetahuan Papa.
"Boleh gak sih, ini si Nyonya ditabok dikit bibirnya?" Kendrick mendengus kesal.
"Berani menyentuhnya, aku pastikan tanganmu cidera Ken, meski kamu sahabatku." Ancaman Bang Arka memecah tawa kami semua.
Dasar posesif.
"Kay." Suara lirih dan terbata itu menarik perhatian kami semua.
Aku mendekat pada tubuh yang memanggilku. Mendudukan diri di dekatnya.
"Kamu gak perlu khawatir, perhatian kakak hanya akan tercurah untukmu, baik dulu maupun sekarang dan juga kedepannya. Gak akan ada perempuan lain lagi yang akan mendapatkan perhatian dari kakak. Cukup kamu dan Mama, wanita yang akan mengisi hidup kakak hingga akhir." Ujar kakak dengan nafas tersengal.
Seketika kami semua terdiam kala mendengar ucapan kakak. Jantungku bergemuruh dengan beragam perasaan tak menentu. Bagaimana bisa kakak mengucapkan itu? Apa kakak tak ingin menikah? Apakah kakak seorang--. Aku segera menepis pikiran kotorku.
"Farel, kelak jika saatnya tiba, Papa juga ingin melihatmu bersanding dengan wanita pilihanmu. Sama seperti Kay. Papa dan Mama juga ingin melihatmu bahagia, nak." Ujar Papa sambil memeluk pinggang Mama.
"Mama akan melihat anak-anak Mama bahagia bersama pasangannya." Mama membenarkan ucapan Papa.
Kakak tersenyum simpul sambil menatap Mama dan Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERITAHU MEREKA!!!
RomanceSepertinya semesta masih ingin bermain-main denganku. Setelah mengoyak hatiku, kini membuat perjalanan hidupku terseok-seok tak tentu arah. Saat aku mulai merasa lelah dengan semua ini, bayangan wajahnya terus menghantui. Bahkan ternyata dirinya p...