"Mikha!" Panggilan Bang Arka kali ini terdengar sangat menuntut.
Aku menahan nafas saat derap langkah kaki Bang Arka mendekati aku. Mataku ku pejamkan dan mengeratkan genggamanku.
"Gadis nakal, kamu sungguh mengujiku! Dan inilah batas kesabaranku!" Bang Arka sudah berdiri di depanku, terhalang tubuh Aldrich.
"Minggir, dia kekasihku! Aku menahan diri tidak menghajarmu karena kamu adik sahabatku. Tapi jangan melebihi batasmu." Bang Arka menatap tajam pada Aldrich.
Aldrich mendengus. Dan menertawakan Bang Arka dengan sengau.
"Kay dalam lindunganku." Aldrich membalas dengan tubuhnya yang mematung.
"Lindungan?" Cibir Bang Arka, "perlindungan apa yang bisa kamu berikan? Dan perlindungan dari apa?" Imbuh Bang Arka.
Aldrich tertawa sinis. Aku semakin bergidik mendengar keduanya berseteru.
"Bukan dari apa tapi siapa. Kay dalam lindunganku, tepatnya, perlindungan dari istrimu mungkin? Atau mertuamu? Orang tuamu?" Suara Aldrich membuatku semakin tak punya kekuatan. Aku yakin sebentar lagi akan terjadi perkelahian.
"Brengsek! Jaga ucapanmu jika kamu tak tahu apapun!" Sesuai dugaanku, Bang Arka sudah mencengkeram kaos yang dikenakan Aldrich dan menyeretnya lebih dekat dengannya.
Tubuhku terbebas dari halangan tubuh Aldrich. Bang Arka menatapku dengan sangar. Aku dan Winda saling berpegangan, seakan saling menguatkan meski sebenarnya kami ketakutan.
Entah bagaimana awalnya, namun tiba-tiba aku melihat Kendrick sudah berdiri di samping Winda dan melingkarkan tangannya di pinggang Winda. Dengan sebelah tangannya menyentuh bahu Bang Arka yang kini hanya berjarak beberapa senti dariku.
"Tenanglah, Ka. Bicarakan baik-baik." Kendrick berusaha menahan amarah Bang Arka.
"Al, jaga bicaramu. Dengarkan penjelasan Arka. Hormati yang lebih tua." Kendrick mengingatkan adiknya.
"Cih! Apa lelaki seperti dia masih pantas dihormati, Kak?" Aldrich terdengar mencibir Bang Arka.
Bang Arka tidak menggubris ucapan Aldrich, dia masih menatapku tajam tanpa menghiraukan ucapan Kendrick maupun adiknya.
"Aku tak akan menjelaskan semuanya pada kalian hari ini. Yang jelas, jauhkan diri kalian dari gadis ini, dia milikku, kekasihku! Dan jangan pernah mengajaknya kemari lagi." Bang Arka menjawab ucapan Kendrick tadi, namun matanya tetap menatapku tajam.
Sepertinya Bang Arka salah sangka. Dia menuduh Kendrick dan Aldrich yang membawaku ke sini.
"Bukan salah Kak Ken dan Kak Al. Kay yang ingin tahu tempat ini." Aku mencoba membela dua saudara itu.
"Mikha! Kamu tidak dalam posisi untuk melindungi siapapun. Siapkan saja alasanmu sendiri yang akan kamu berikan padaku!" Bentak Bang Arka padaku.
Aku mengernyit. Ah iya, aku pun dalam masa kritis, memang sebaiknya aku menyiapkan jalan keluarku sendiri. Aku menunduk kembali. Takut menatap mata elang itu. Tapi tetap saja, hatiku tidak terima jika kesalahan ditanggung kakak beradik itu.
"Tapi kan Pak--" Aku mencoba membela mereka kembali saat suara Bang Arka terdengar menggelegar. Seketika aku menggigit bibir bawahku saat menyadari kesalahan fatalku.
Bodoh, apa yang kamu lakukan Kay? Dewi batinku membentak dengan garang. Bagaimana ini, aku lupa! Entah bagaimana otakku bekerja saat ini. Oh ini benar-benar gila! Ku mohon otak, berikan sinyal yang benar agar mulutku berucap dengan benar pula!
"Mikhayla!" Aku terlonjak. Wajah Bang Arka tampak gelap. Dia memanggilku dengan mengeja namaku dengan pelan namun tajam. Sial!
Oh astaga, kemarahannya sudah tingkat akut. Bisa-bisanya mulutku tadi memanggilnya 'Pak'.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERITAHU MEREKA!!!
RomansaSepertinya semesta masih ingin bermain-main denganku. Setelah mengoyak hatiku, kini membuat perjalanan hidupku terseok-seok tak tentu arah. Saat aku mulai merasa lelah dengan semua ini, bayangan wajahnya terus menghantui. Bahkan ternyata dirinya p...