SEMBILAN

104 6 0
                                    

Sungguh aku takut menatap wajah Bang Arka. Aku sudah berusaha memberinya senyum cerah ceria, berharap dapat meluluhkan amarahnya. Namun apa yang ku dapat? Tatapan seorang pemburu yang mendapatkan mangsanya, itu yang ku dapatkan. Oh sungguh ngeri melihatnya! Aku berharap waktu sedikit berputar ke belakang, agar aku dapat mencabut kelakuan bodohku yang sudah menertawakannya.

"Mikhayla.." Lirih Bang Arka memanggilku.

Degup jantungku kencang berpacu. Rasanya sekujur tubuhku basah oleh keringat. Mendengar Bang Arka memanggil namaku dengan wajah seperti itu, nyaliku benar-benar terkubur. Aku sungguh takut. Matanya masih menatapku seakan aku mangsa buruan.

"Kay, panggil aku Kay aja Bang. Semua memanggilku begitu." Aku berusaha mencairkan suasana dengan mengakrabkan diri.

Dengan penuh percaya diri aku memberitahu Bang Arka nama panggilanku. Tapi saking takutnya, suaraku sampai bergetar dan tentu saja dia menyadarinya. Shit! Memalukan. Aku ingin menenggelamkan diri ke dasar bumi.

Nah, benarkan, dia pasti mendengarnya. Lihatlah, senyumnya sedikit tercetak di bibirnya. Ah dia sedang menahan tawa rupanya. Tapi di mataku, itu jelas terlihat meledek. Oh bukan lagi meledek, tapi dia meremehkanku yang gemetar ketakutan ini. Wajahku terasa panas, entah karena malu atau amarah yang tiba-tiba muncul karena ego yang terkoyak. Double sialan!

"Karena semua memanggilmu Kay, maka aku akan memanggilmu Mikha."

Apa? Aku tidak salah lihat kan? Aku tidak salah dengar kan? Ku lihat Bang Arka berkata sambil tersenyum. Senyum yang menyentuh mata. Sungguh aku berusaha percaya dengan penglihatan dan pendengaranku, tapi aku masih terlalu takut dan bingung dengan perubahan Bang Arka yang tiba-tiba. Baiklah, mungkin ini hanya halusinasi. Atau Bang Arka punya kepribadian ganda? Aku bergidik membayangkannya.

Belum juga selesai rasa terkejutku, tiba-tiba raut wajah Bang Arka berubah lagi. Nah kan, sepertinya benar dugaanku, Bang Arka punya kepribadian ganda. Sungguh sulit ditebak. Sebenarnya apa sih mau lelaki ini? Hatiku dibuatnya porak poranda. Naik turun laksana mendaki gunung.

"Mikha, aku akan menceritakan sesuatu padamu. Dengarkanlah." Suara rendah Bang Arka malah membuatku makin merinding.

Duh, ada apa lagi ini? Belum selesai rasa kagetku karena Bang Arka yang terlihat marah, kemudian tiba-tiba tersenyum, eh sekarang malah dia sudah berubah wujud lagi menjadi tertekan. Ah entahlah, sulit sekali mengerti orang ini.

Ku lihat mata Bang Arka menatapku tajam. Jantungku serasa mau melompat keluar. Ada apa sih ini? Tidak kah Bang Arka merasa keadaan menjadi canggung? Tolonglah, cairkan suasana ini!

Aku menundukkan kepala, kemudian membuang muka keluar jendela. Aku sungguh tak sanggup bila harus bertatap muka terlalu lama dengan mata elangnya. Jantungku tidak sanggup menahan degupannya yang terlampau kuat. Aku tak ingin kena serangan jantung!!

Aku melirik wajah Bang Arka dari sudut mata. Wajahnya seperti sedang memilah atau mungkin menimbang baik buruknya. Entahlah, apa yang dia pertimbangan hingga membuat wajah dan matanya mengeras. Seakan ingin berbicara tapi lidahnya terikat. Aku mulai sedikit iba.

"Bang, ada apa?" Aku mencoba memberanikan diri bertanya. Ku coba menaruh sedikit empati padanya.

"Mikha, taukah kamu arti kepercayaan dalam sebuah hubungan?" Pelan Bang Arka bertanya.

Wah ada apa ini? Apa Bang Arka sekarang sedang mengajak bermain kuis? Oh ayolah, aku baru selesai ujian akhir sekolah Bang dan baru lulus kemarin, izinkan otakku beristirahat dari menjawab pertanyaan.

Ku pasang wajah masam. Ku tautkan alisku. Berharap dia tahu, aku enggan menjawab hal aneh lagi. Cukup sudah otakku bekerja beberapa bulan ini, menjawab tiap soal yang disodorkan tiada henti.

BERITAHU MEREKA!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang