ARKA POV
"Ayah, tolong hubungi orang tua Mikha. Mintakan izin pada mereka agar Mikha bisa menginap di rumah Ayah. Untuk alasannya, aku serahkan semua pada Ayah." Ujarku saat menelepon Ayah sambil mataku menyisir setiap jalan yang ku lalui.
Sudah beberapa saat aku berkeliling kota bersama Rendi untuk mencari Mikha. Setiap sudut kota telah ku datangi namun sampai sekarang aku belum mendapatkan hasil yang ku inginkan.
Astaga, kemana gadis itu bersembunyi? Bagaimana bisa badan sekecil itu bisa membuat ku kelimpungan? Bahkan rasanya otakku sudah mendidih dan hampir membuatku gila.
"Apa yang kamu rencanakan? Jangan asal membawa anak gadis orang, nak. Jika memang seperti itu, maka Ayah sendiri yang akan menjemputnya dan membawanya kemari. Akan Ayah sembunyikan dia darimu." Ayah menjawab pintaku.
"Jadi Ayah tahu dimana Mikha?" Tanyaku dengan penuh semangat.
"Katakan dulu apa rencanamu. Dan akan kamu bawa kemana dia setelah menemukannya?" Ayah berkata tegas padaku. Hah, sepertinya Mikha telah berhasil membangun ruang di hati orang tuaku, terutama Ayahku. Bertambah lagi pelindung untuk Mikha.
"Aku tidak akan macam-macam Yah." Jawabku tanpa berpikir.
"Justru karena kamu bilang seperti itu, Ayah makin waspada. Arka, Ayah sangat mengenalmu. Suaramu terdengar sangat marah. Ayah tau apa yang ada dipikiranmu." Ayah kembali bersuara tegas.
"Yah, aku hanya meminta tolong itu. Apakah sulit?"
"Dan apakah sulit bagimu untuk menjawab pertanyaan Ayah?"
Aku terdiam tanpa menjawab ucapan Ayah. Bisa-bisanya di saat seperti ini, Ayah malah mengajakku berdebat. Hah, amarahku rasanya sudah mencapai level mengkhawatirkan.
"Arka, dengarkan Ayah. Ketika kamu dilanda gelisah dan hatimu diliputi amarah jangan pernah mengambil keputusan apapun. Karena ketika marahmu selesai, jika sampai ada sesuatu yang salah, maka hanya tinggal penyesalan yang tersisa." Ayah kembali bersuara, kini lebih lembut menyapa telingaku.
"Nak, Ayah tahu kamu. Sangat tau. Meski diam, namun Ayah terus menaruh mata Ayah padamu. Ketika amarahmu mulai menguasai pikiranmu, Ayah yakin kamu akan bertindak gegabah. Perlu kamu ingat nak, masing-masing dari kita memiliki satu iblis dalam jiwa. Sekalipun kamu sudah berubah, ingatlah bahwa jika amarah yang menguasaimu maka iblislah yang berkuasa atas tubuh dan jiwamu." Terdengar tarikan nafas Ayah yang berat.
Apa aku begitu menyusahkan beliau? Dan kenapa kata-kata Ayah bisa sangat tepat sasaran seperti ini? Beberapa saat ini iblis dalam tubuhku memang tertidur, namun kali ini, aku sungguh ingin membangunkannya hanya agar Mikha menjadi milikku seutuhnya. Ah sial, bagaimana bisa Ayah mengendus rencana licikku?
"Jadi nak, turunkan dulu amarahmu. Tenangkan hatimu. Biarkan jiwamu dalam kedamaian. Setelah itu, temui Mikha. Bicarakan masalah kalian dengan baik. Ingat nak, Mikha masih sangat muda, jiwanya masih labil. Dia juga butuh teman untuk berbincang. Jika kamu memilihnya, maka terima kenyataan itu dan tempatkan dirimu tidak hanya sebagai kekasih, tetapi juga sebagai sahabat dan juga kakak baginya." Aku terus mendengarkan ucapan dari pria yang selama ini aku anggap selalu mengurungku dalam sangkar emasnya.
"Jangan genggam Mikha terlalu kuat nak, karena pasti ada sebagian dari dirinya yang akan terlepas. Genggam dia secara normal saja, tapi jangan pernah lepaskan mata dan telingamu darinya. Buat simpul tali yang tak terlihat namun melilit kuat setiap jengkal tubuhnya, dari sanalah kamu bisa mengendalikan Mikha tanpa harus menyakitinya secara langsung. Nak, wanita itu butuh dimanja, dimengerti dan diikuti kemauannya. Tapi kita sebagai lelaki, adalah pengambil keputusan. Jadi, ambillah keputusan dari semua masalah tanpa harus menyakiti, baik hati maupun fisiknya." Sungguh ucapan Ayah benar-benar menohok hatiku. Lelaki ini sanggup membaca gerakanku tanpa aku sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERITAHU MEREKA!!!
RomanceSepertinya semesta masih ingin bermain-main denganku. Setelah mengoyak hatiku, kini membuat perjalanan hidupku terseok-seok tak tentu arah. Saat aku mulai merasa lelah dengan semua ini, bayangan wajahnya terus menghantui. Bahkan ternyata dirinya p...