꧁ Part 003 ꧂

6.8K 273 4
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Skyra bangkit dari ranjang. Ia mengambil foto keluarga di nakas. Ada Finnegan, Skyra, Naviera, dan juga Lareina dalam bingkai tersebut. Finnegan tersenyum wibawa, Skyra memasang ekspresi datar, Naviera dan Lareina juga memasang ekspresi jutek.

"Apa jangan-jangan... aku ini ibu yang buruk? Ibu yang jahat? Atau mungkin ibu tiri?" gumam Skyra. Namun, wanita itu segera menggeleng menyanggah tuduhannya sendiri.

"Tidak, kedua anak perempuan itu mirip denganku juga. Warna rambut dan warna mata. Beberapa fitur di wajahnya juga ada campuran wajahku dengan wajah Finnegan. Naluriku sebagai seorang ibu mengatakan kalau mereka memang anakku. Hanya saja sepertinya ada tembok besar yang menghalangi di antara kami," imbuhnya.

Terdengar ketukan di pintu. "Nyonya Adiwijaya, saatnya makan dan minum obat," suara pelayan.

Skyra meletakkan kembali bingkai di tangannya ke nakas. "Silakan masuk."

Pintu dibuka. Pelayan wanita memasuki ruangan dengan membawa nampan berisi bubur dan makanan sehat lainnya. Tidak lupa segelas air mineral dan tiga jenis obat dalam tabung plastik yang berbeda warna.

"Apakah Anda membutuhkan bantuan saya?" tanya pelayan.

"Tidak, terima kasih. Aku akan makan sendiri," jawab Skyra.

"Panggil saya jika Anda membutuhkan bantuan," kata pelayan.

"Okay," jawab Skyra.

Pelayan pun membungkukkan badan, kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan.

Skyra menyantap bubur dengan lahap. Tampaknya ia memang kelaparan sejak tadi. Dan bubur tersebut terasa sangat lezat baginya.

Setelah menghabiskan makannya, Skyra meminum obat yang sama yang biasa ia minum sewaktu masih di rumah sakit.

Merasa bosan dan penasaran, Skyra berkeliling di dalam kamar untuk mencari sesuatu yang menarik. Ia berharap ingatannya kembali meski Laura bilang, kecil kemungkinan baginya untuk mengingat masa lalu yang telah terhapus dalam kepalanya.

Skyra teringat dengan ucapan Finnegan yang mengatakan kalau pria itu berada di kamar sebelah. Ia pun ke luar dari kamar menuju ke ruangan sebelah.

Di depan pintu bercat cokelat gelap itu, Skyra tampak ragu. Ia mengangkat tangan dan mengetuk pintu tersebut.

"Siapa?" suara Finnegan dari dalam ruangan.

"Ini aku, Skyra," jawab Skyra.

"Masuklah," sahut Finnegan.

Skyra pun menarik knop pintu dan masuk. Terlihat olehnya sebuah ruangan kerja yang nyaman. Ada beberapa komputer dan laptop di meja, lemari berisi dokumen-dokumen penting, dan lain sebagainya. Finnegan sedang duduk di kursi kerjanya sembari mengotak-atik komputer.

"Apakah aku mengganggu?" tanya Skyra.

"Tidak, aku tidak sedang sibuk, kok. Duduklah." Finnegan menarik kursi kosong ke sebelahnya.

Skyra pun duduk di samping Finnegan. Ia mengintip ke layar komputer. Pria itu sedang memeriksa laporan bulanan perusahaan bernama Adiwijaya Group.

"Kau bosan?" tanya Finnegan.

"Iya," jawab Skyra jujur.

"Mau berkeliling di mansion agar tidak bosan? Lumayan untuk meningkatkan daya ingatmu juga," kata Finnegan lagi.

"Aku takut tersesat. Mansion ini sangat besar dan banyak sekatnya," tolak Skyra.

"Tentu saja berkeliling bersamaku agar tidak tersesat," ujar Finnegan.

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang