꧁ Part 031 ꧂

2.8K 116 1
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

꧁ Flashback On ꧂

Beberapa tahun yang lalu.

Kantor Adiwijaya Group.

Finnegan duduk di kursi kebesarannya. Ia mendengar suara pintu diketuk, disusul masuknya seseorang. Ternyata seorang gadis berseragam SMA yang masuk.

"Kakak!" Gadis berambut sebahu itu menghampiri Finnegan, lalu memeluknya.

"Fionella." Finnegan mengusap rambut adiknya. "Kenapa jam segini baru pulang?"

"Aku mengikuti kegiatan ekstrakurikuler," sahut Fionella.

"Begitu, ya."

"Karena bosan, aku datang ke mari untuk menemui Kakak." Fionella menatap ke layar komputer. Terlihat beberapa foto keluarga Danuarga.

"Apakah Kakak memata-matai keluarga Danuarga?" tanya Fionella.

Finnegan bersuara, "Mereka juga memata-matai kita. Persaingan dan juga permusuhan yang sudah mengakar sejak lama sulit sekali ditangani. Kakak hanya memastikan kalau mereka tidak berbahaya bagi keluarga kita.

Setelah ayah meninggal, aku adalah kandidat yang akan menjadi kepala keluarga utama. Jadi, aku harus memahami situasi dan kondisi dari sekarang. Namun, beruntung masih ada kakek yang mengurus itu ini. Aku hanya perlu mempersiapkan diri."

"Kakakku hebat." Fionella bangga pada Finnegan.

Hari berganti.

Finnegan mendapatkan kabar buruk. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tersirat jelas kemarahan dan kekhawatiran di sorot matanya.

Mobil Finnegan memasuki wilayah pribadi keluarga Danuarga, lebih tepatnya perusahaan pertambangan batubara milik keluarga Danuarga.

Finnegan ke luar dari mobil. Ia melihat kerumunan di depan sana. Polisi, tim evakuasi, dan petugas-petugas lainnya.

Finnegan menerobos mereka, tapi ditahan oleh polisi. Ia melihat garis kuning peringatan dipasang untuk membatasi tempat tersebut menjadi TKP.

"Lepaskan aku! Aku ingin melihat adikku!" Finnegan melawan, tapi tenaga kepolisian dikerahkan untuk menahannya.

"Tuan, lokasi telah diamankan! Mayat korban akan dibawa untuk diotopsi. Jadi, tidak boleh ada yang menyentuhnya jika tidak ingin menjadi tersangka!"

Buliran bening menetes dari pelupuk mata Finnegan kala melihat polisi membawa tandu mayat yang tertutup kain. Terlihat sedikit bagian dari rok seragam yang mencuat. Itu adalah seragam yang sama yang dipakai oleh Fionella.

"Fionella," gumam Finnegan.

Di pemakaman.

Finnegan yang memakai kemeja hitam tengah menatap kosong ke arah kuburan baru di hadapannya. Pandangannya begitu sendu.

Di batu nisannya tertera nama Fionella Adiwijaya beserta foto gadis cantik berambut sebahu. Ada banyak bunga segar yang diletakkan di atas pemakaman baru itu.

Dua bodyguard di belakang Finnegan yang juga memakai pakaian serba hitam menandakan kalau mereka berdua juga turut berduka untuk Finnegan, bos mereka. Salah satu dari mereka memegang payung untuk melindungi Finnegan dari teriknya sinar matahari.

Hadrian sedari tadi berdiri di samping Finnegan. Ia menatap wajah cucunya itu. Hadrian mengusap bahu Finnegan kemudian melenggang pergi.

"Dia satu-satunya saudaraku," kata Finnegan pelan.

Langkah Hadrian terhenti.

"Aku tidak akan diam saja. Aku akan membalas mereka... keluarga Danuarga," sambung Finnegan.

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang