꧁ Part 128 ꧂

1.2K 58 3
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Skyra mendengarkan dengan serius hingga Finnegan mengakhiri ceritanya.

Finnegan menatap Skyra untuk melihat reaksi istrinya itu.

"Sebenarnya aku pernah mendengar ini darimu waktu kau mabuk. Tapi, aku hanya ingin memastikan kalau kau tidak menambah atau mengurangi cerita. Sepertinya kau berkata jujur," ujar Skyra.

"Aku mengatakan yang sebenarnya," sahut Finnegan.

"Baiklah, aku mengantuk." Skyra membaringkan tubuhnya, lalu menarik selimut.

Finnegan tidur di samping istrinya. "Skyra."

"Hmm?"

"Maafkan aku," ucap Finnegan. Entah sudah berapa kali ia mengatakan itu.

"Hmm," sahut Skyra.

"Aku selalu berjanji akan membahagiakanmu, tapi kau selalu bilang kalau kau tidak pernah bahagia. Sekarang aku akan berusaha menepati janjiku. Jika ada yang membuatmu tidak senang, katakan saja," tutur Finnegan.

Skyra bergerak mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping. Ia menatap suaminya yang juga menatap padanya.

"Aku tidak bisa berbohong kalau aku memang bahagia bersamamu dengan ingatan baru ini. Sekarang anggap saja aku memberikan kesempatan padamu untuk menepati janjimu padaku di masa lalu. Jadi, mari kita mulai dari awal," kata Skyra.

Finnegan memeluk istrinya. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu," sahut Skyra.

Keesokan harinya, Finnegan bersiap untuk pergi ke kantor. Naviera juga bersiap berangkat ke sekolah. Beruntung ada seragam lamanya di lemari. Jadi, Naviera tidak perlu pulang ke mansion terlebih dahulu.

"Hati-hati di jalan." Skyra melambaikan tangannya. Lareina juga.

Jam 10 siang, Skyra berpamitan pada Helga dan Emma. Ia akan pulang ke mansion bersama Lareina.

Dalam perjalanan, Skyra tampak fokus menyetir. "Apakah kau menyukai film kartun edisi spesial semalam?" tanyanya berbasa-basi.

Lareina yang sedang memeluk boneka kelinci masa kecilnya, menoleh pada sang ibu. "Iya, sangat seru."

Skyra tersenyum.

Sesampainya di mansion, Skyra ingin mengetes kemampuan belajar Lareina yang didapatkannya dari guru privat.

Lareina belajar dengan cepat. Ia bisa membaca dan menulis dengan baik. Untuk pelajaran berhitung, Lareina masih harus banyak belajar lagi.

Skyra mengusap lembut rambut putrinya. "Tidak apa-apa. Itu perkembangan yang bagus. Ke depannya kau bisa meningkatkan kemampuanmu."

Lareina tersenyum lebar. "Aku akan berusaha," ucapnya semangat.

Skyra memeluk putrinya.

Jam 2 siang, Finnegan dan Naviera sudah pulang. Mereka melihat Skyra sedang memasak, sementara Lareina menyajikan makanan ke meja makan.

"Ibu yang memasak?" tanya Naviera sembari mengangkat tangannya untuk mengambil perkedel dari wadah.

"Naviera Sayang, cuci tangan dulu yang bersih, Nak," Skyra memberikan peringatan.

Naviera tidak jadi mengambilnya. Ia pun bergegas ke wastafel untuk cuci tangan.

"Ibu, lihat. Ayah tidak cuci tangan." Lareina menunjuk ayahnya yang mengambil nugget udang dengan tangan.

Skyra melirik ke arah Finnegan. "Sayang, berikan contoh yang baik untuk anak-anak."

"Maaf." Finnegan berdiri bersebelahan dengan Naviera. Ia juga mencuci tangannya di wastafel.

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang