꧁ Part 076 ꧂

1.9K 89 0
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Natasha memasukkan alat-alat medis ke dalam tasnya. Saat akan pergi, sebuah tangan menarik bajunya. Ia menoleh, ternyata Skyra yang terbangun. 

"Tolong aku," mohon Skyra. 

Kedua alis Natasha terangkat. 

Sementara itu, Finnegan menunggu dengan cemas di depan kamar. Pintu kamar diganjal menggunakan keset kaki agar tidak tertutup dan terkunci otomatis oleh pemindai sidik jari. 

Terdengar suara langkah kaki dari dalam ruangan, ternyata Natasha sudah selesai memeriksa Skyra. 

"Bagaimana kondisinya?" tanya Finnegan. 

"Dia sudah bangun," jawab Natasha. 

Finnegan menghela napas lega. Ia kembali bertanya, "Jadi, apakah dia demam atau semacamnya? Apa aku perlu membawanya ke rumah sakit?"

Natasha membuang napas kasar. "Kau harus membawanya ke rumah sakit. Dia mengalami gejala tifus."

"Tifus?" Finnegan tampak terkejut. 

Natasha menatap Finnegan dengan tatapan curiga. "Karena aku penasaran, aku memeriksa lebih lanjut. Yang aku temukan, sepertinya dia adalah korban pelecehan seksual."

Finnegan tidak menanggapi. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk menghindari tatapan sepupunya itu. 

"Dari yang aku duga, sepertinya gadis itu mengalami gejala vaginismus. Dan jika dilihat-lihat, sepertinya usianya sekitar 14-15 tahunan. Terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual," sambung Natasha. Ia masih menatap curiga pada Finnegan. 

"Vaginismus?" gumam Finnegan. 

"Aku harus pergi ke rumah sakit. Sekalian saja bawa gadis itu bersama kita. Di rumah sakit, dia akan ditangani oleh dokter spesialis. Dan dalam perjalanan, aku akan menjelaskannya," ujar Natasha. 

Di dalam mobil, Natasha tampak fokus menyetir, sementara Finnegan duduk di sampingnya. Skyra duduk di kursi belakang sembari menatap jalanan yang dilalui oleh mobil. 

"Jadi, vaginismus itu apa?" tanya Finnegan.

Natasha menjelaskan, "Vaginismus adalah kondisi otot vagina yang mengencang tanpa disadari saat berhubungan seksual. Kondisi ini bisa menyebabkan rasa sakit saat penetrasi berlangsung. Terkadang bisa berdarah juga tergantung kondisi dan situasi pada pasien itu sendiri. 

Penyebab vaginismus diduga terjadi akibat faktor emosional, di antaranya riwayat kekerasan seksual seperti pemerkosaan dan pelecehan, takut berhubungan seksual, takut hamil, berpandangan negatif terhadap seks, dan lain sebagainya. 

Tidak banyak data mengenai wanita yang mengalami vaginismus karena mungkin mereka menganggap ini sebagai hal tabu. Jadi, vaginismus tidak dapat dicegah karena penyebabnya sulit diketahui. 

Harus ada komunikasi antara pasangan untuk menghindari vaginismus. Dan yang pasti, sebelum melakukan penetrasi sebaiknya menerapkan foreplay."

Finnegan kembali bertanya, "Lalu bagaimana cara menyembuhkannya?" 

Natasha menjawab, "Ada obat oles yang bisa digunakan untuk menghilangkan rasa sakit saat berhubungan seksual. Aku lupa namanya apa, kemudian ada terapi juga. Jadi, aku sarankan agar dia diperiksa oleh dokter spesialis kandungan. 

Dan karena penyebab vaginismus diduga akibat faktor emosional, aku juga menyarankan agar kau membawanya ke psikiater atau psikolog, terserah. 

Aku bukan dokter spesialis kandungan, apalagi psikiater, jadi aku tidak berhak mendiagnosis. Hanya menduga saja. Semoga dugaanku meleset."

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang