꧁ Part 069 ꧂

2.3K 80 18
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

"Sepertinya kau terkejut. Bagaimana perasaanmu, Skyzen Arkenzie Danuarga? Kau marah? Sedih? Khawatir? Itu yang aku rasakan ketika kau memperkosa adikku. Sekarang kau memahaminya, kan? 

Di awal kau tidak begitu peduli pada adikmu. Kau membebaskanku melakukan apa saja terhadapnya sebagai pengorbanan demi kedamaian kedua keluarga. Kenapa sekarang kau seperti menyesalinya?"  ujar Finnegan. 

"Kau menolak perdamaian, tapi kau juga menyentuh adikku. Apakah begini caramu menangani masalah, Finnegan?" tanya Arkenzie dari seberang sana. 

"Persetan dengan perdamaian. Kau sendiri yang memulai peperangan dengan memperkosa dan merenggut nyawa adikku," sahut Finnegan. 

Arkenzie berkata, "Baik, tidak masalah jika kau sudah menyentuh adikku. Tapi, kembalikan dia. Kita bicarakan soal perdamaiannya lain kali."

"Tidak, aku tidak akan pernah mengembalikan Skyra padamu. Skyra sudah menjadi milikku," tolak Finnegan yang kemudian mengakhiri panggilan secara sepihak. 

Finnegan membuka laptopnya. Rupanya ia diam-diam merekam perbuatannya saat memperkosa Skyra. Ia mengirimkan video tersebut ke nomor Arkenzie. 

Setelah terkirim, Finnegan kembali menelepon Arkenzie. "Kau sudah menontonnya? Entah berapa kali aku melakukannya. Dia sangat cantik dan menggairahkan."

"Kau benar-benar berengsek!" maki Arkenzie dari seberang sana. 

"Jangan marah. Jadilah jantan, datang ke rumahku dan hajar wajahku secara terang-terangan seperti apa yang aku lakukan padamu. Aku tidak akan melawan, aku akan menyuruh para bodyguard agar diam tidak menghalangimu," ucap Finnegan. 

"Kau terlalu kekanakan. Aku tidak mengerti kenapa kau mengirimkan video ini, tapi aku tidak akan bertindak sejauh itu hanya demi adikku. Perdamaian kedua keluarga akan tetap ditegakkan demi generasi selanjutnya," kata Arkenzie. 

"Sial, dia masih memikirkan perdamaian," batin Finnegan. 

Setelah percakapan dengan Arkenzie lewat telepon berakhir, Finnegan merenung. 

"Skyra sedang apa, ya?" gumam Finnegan. Ia membuka tabletnya untuk melihat rekaman kamera tersembunyi dan penyadap suara di kamarnya. 

Terlihat di seberang sana, Skyra sedang makan disuapi oleh Helga. Tampaknya gadis itu baru selesai mandi. 

"Melihat Skyra membuatku kembali bergairah. Aku jadi ingin cepat-cepat pulang," gumam Finnegan. 

Di rumah Adiwijaya. 

Helga menenangkan Skyra dan merawatnya dengan baik begitu juga dengan Emma. 

Sementara Skyra terlihat menatap kosong ke jendela. "Aku mau pulang," 

"Nona." Helga mengusap punggung Skyra untuk menenangkannya. 

"Aku tidak mengerti, kenapa Tuan Adiwijaya melakukan ini. Jika dia membenci keluargaku, membenci kakakku, dan membenci orang-orang yang telah membunuh Fionella, kenapa dia melampiaskannya padaku? 

Apa yang aku perbuat? Apa yang sudah aku lakukan padanya? Apa salahku?" tanya Skyra dengan suara bergetar. Buliran bening menetes dari pelupuk matanya. 

Skyra melanjutkan, "Dugaanku terhadapnya selama ini ternyata salah. Aku pikir dia adalah seseorang yang baik layaknya malaikat tak bersayap. Awalnya, aku memahami sikap kasarnya yang tercipta karena rasa sakit kehilangan Fionella. Namun, sepertinya dia memang sama iblisnya seperti Kak Arkenzie. Tidak ada bedanya."

Helga dan Emma saling pandang. Mereka terlihat sedih, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya melakukan tugas sebagai pelayan di bawah perintah Finnegan. 

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang