꧁ Part 061 ꧂

1.8K 76 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

"Apakah yang tadi menelepon adalah Kak Arkenzie?" tanya Skyra pelan.

Finnegan terkejut. Ia tidak mengira kalau Skyra akan mengetahuinya.

"Apakah Kak Arkenzie tidak menanyakan keadaanku? Apakah dia ingin membuangku?" Skyra mendongak menatap Finnegan. Terlihat buliran bening menggenang di pelupuk matanya.

"Ja-jangan menangis, Skyra." Finnegan merasa bersalah.

"Kenapa aku tidak boleh pulang?" Tangisan Skyra pecah. Ia mengusap air matanya yang mulai membasahi pipinya.

"Itu karena...." Finnegan tidak tahu harus bicara jujur atau berbohong. "Aku masih mencurigai kakakmu. Jadi, aku belum bisa melepaskanmu sampai benar-benar yakin kalau kakakmu tidak terlibat dalam pembunuhan Fionella."

Skyra berhenti menangis. Ia menatap Finnegan dengan tatapan curiga.

Finnegan menjelaskan, "Memang benar orang yang membunuh Fionella telah ditemukan, tapi itu tidak menutup kemungkinan kalau kakakmu juga terlibat.

Dari awal, masalahnya adalah Arkenzie menyewa wanita penghibur. Dan yang datang malah Fionella. Masih banyak misteri dan teka-teki yang belum terpecahkan. Jadi, aku masih membutuhkanmu untuk menguak kenyataan yang sebenarnya."

Skyra mencerna ucapan Finnegan. Ia mengusap air matanya lalu diam merenung.

"Sepertinya kau membutuhkan waktu untuk sendiri. Aku akan pergi." Finnegan beranjak dari sofa, kemudian berlalu pergi.

Malam harinya.

Skyra menonton TV dengan mata sembab karena menangis seharian.

Terdengar suara pemindai wajah yang berbunyi. Emma yang datang. "Nona, Tuan Adiwijaya meminta Anda turun ke lantai dua," ucapnya.

Skyra menoleh. "Apa yang dia inginkan dariku?" tanyanya ketus.

"Tuan Adiwijaya ingin makan malam bersama dengan Anda, Nona Danuarga," jawab Emma.

"Terdengar seperti sogokan," gerutu Skyra, tapi ia pun mengikuti Emma.

"Maaf, mungkin Anda tidak nyaman, tapi Tuan Adiwijaya meminta saya melakukan ini." Emma menggenggam tangan Skyra seperti menuntun anak kecil.

Skyra tersenyum kecil. Ia memeluk lengan Emma.

"Nona, saya tidak pantas...." Emma merasa tidak nyaman.

"Aku takut jatuh lagi, jadi aku akan memeluk lengan Bibi dengan erat," ucap Skyra.

Wajah Emma memerah karena sikap manja Skyra terhadapnya.

"Di lantai dua itu ada dapur dan ruang makan?" tanya Skyra.

Emma menjelaskan, "Lantai dua adalah wilayah pribadi dan khusus untuk pemilik rumah, yaitu Tuan Adiwijaya. Di lantai dua terdapat ruang makan, dapur, ruang gym, mini bar, dan ruangan pribadi lainnya.

Sementara di lantai satu, semua fasilitas yang ada diperuntukkan bagi tamu, termasuk kamar tamu. Lantai tiga sama seperti lantai dua, yaitu wilayah pribadi Tuan Adiwijaya. Ada ruang kerja, ruang santai, dan empat kamar, termasuk kamar Tuan Adiwijaya dan kamar Nona Danuarga."

"Dia benar-benar kaya," gumam Skyra yang terkagum-kagum. Padahal ia sendiri juga anak orang kaya.

Sampailah mereka di lantai dua, tepatnya ruang makan. Terlihat Finnegan sudah berada di sana. Duduk menunggu Skyra di kursi utama.

"Terima kasih, Emma," ucap Finnegan.

Emma membungkuk, kemudian berlalu pergi.

Skyra duduk di kursi sebelah Finnegan.

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang