꧁ Part 083 ꧂

1.5K 68 1
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Saudara yang paling dekat dengan Arkenzie adalah Yaurez __adik pertamanya__, dan Adistya __adik perempuan pertamanya__.

Yaurez memberikan banyak saran yang masuk akal dan sangat berguna. Bahkan adiknya itu juga bersedia membantu Arkenzie mengurus perusahaan cabang. Hal tersebut yang membuat Arkenzie sangat menyayangi Yaurez. 

Adiknya yang paling tua itu bisa diandalkan. Terlebih lagi sifatnya yang ramah, terbuka, dan peduli pada siapa pun menjadi nilai plus baginya. 

Di mata Arkenzie, Yaurez adalah adiknya yang paling sempurna. 

Berbeda dengan Yaurez, Marcel dan Gerald benar-benar sulit diatur. Anak ketiga dan keempat itu suka berbuat onar yang membuat Arkenzie kerepotan. 

Marcel adalah anggota geng motor yang meresahkan masyarakat. Banyak hal yang harus dilakukan Arkenzie untuk menutupi kejahatan yang diperbuat oleh adiknya yang satu ini. 

Lalu, Gerald adalah anak yang malas melakukan apa pun. Bahkan ia berhenti bersekolah karena tidak suka belajar. Hobinya menghabiskan uang dan pamer kekayaan di sosial media. 

Arkenzie memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Terlihat beberapa orang bodyguard berdiri di belakang Arkenzie. 

"Jika kalian membuat masalah yang berakibat fatal, aku akan membunuh kalian berdua," ucap Arkenzie dingin. 

Marcel dan Gerald yang berdiri di hadapan Arkenzie menelan saliva mendengar ancaman itu. Terlihat wajah mereka yang babak belur. 

Arkenzie berlalu pergi diikuti oleh para bodyguard-nya. Setelah benar-benar meninggalkan ruangan, Arkenzie mengeluarkan tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana. Terlihat ada luka lecet, memar, dan berdarah di buku-buku tangannya. 

"Apakah tulang mereka sekuat itu?" gumam Arkenzie. Tangannya agak gemetar. 

Pandangan Arkenzie tertuju ke sebuah bangunan yang belum jadi. Tampaknya masih dalam proses pembangunan. "Sepertinya bagus kalau digunakan sebagai tumbal bangunan. Sebentar lagi perusahaan keenam akan berdiri di sana." 

Adistya, adik perempuan Arkenzie yang satu ini selalu membanggakannya. Ia menunjukkan prestasi bagus di sekolahnya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. 

Adistya juga menjadi idola karena cantik dan berbakat dalam segala hal. Para guru mengucapkan selamat dan selalu memujinya. 

Lalu adiknya yang paling bungsu, yaitu Alvin, ia cukup pembangkang dan suka berbuat onar seperti Marcel dan Gerald. Namun, Alvin bisa diakali oleh Arkenzie. 

"Cih, hanya ini kemampuanmu? Aku telah membesarkan adik yang bodoh dan tidak berguna." Arkenzie meletakkan piala juara tiga baca-tulis milik Alvin ke rak. 

Alvin menautkan alisnya. "Apa maksudnya dengan mengataiku bodoh?! Apa Kakak buta? Aku juara tiga! Jika aku bodoh, yang juara empat ke bawah itu apa, huh? Idiot?!"

"Mereka pecundang, kau juga." Arkenzie membelakangi Alvin. 

"Apa-apaan ini! Bukan ucapan selamat yang aku dapat, malah makian!" gerutu Alvin. 

"Bodoh tetaplah bodoh." Arkenzie berlalu pergi meninggalkan Alvin yang masih marah. 

"Awas, kau! Aku akan menunjukkan padamu kalau aku mampu menjadi juara 1 di lomba selanjutnya, Arkenzie Danuarga!!!" teriak Alvin. 

Arkenzie tersenyum simpul. "Emosian, dasar bocah." 

Ya, Alvin mudah dimanipulasi. 

Mengenai Skyra, Arkenzie belum melihat bakat gadis itu. Tidak ada guru yang mengucapkan selamat atau memuji adiknya yang satu ini. 

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang