꧁ Part 008 ꧂

5.1K 193 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Kantor Perusahaan Adiwijaya Group.

Di balkon, terlihat Finnegan sedang berbicara bersama seorang pria berjas biru gelap.

"Bagaimana keadaan Skyra?" tanya pria berjas biru gelap itu.

"Kondisinya sudah lebih baik sekarang," jawab Finnegan.

Pria berjas biru gelap itu kembali bertanya, "Apakah Dokter Laura menjelaskan tentang amnesia yang dialami oleh Skyra? Bagaimana kelanjutannya?"

Finnegan merespon, "Sangat sedikit kemungkinan bagi Skyra mendapatkan kembali ingatannya karena dia mengalami hilang ingatan secara permanen."

"Entah kenapa, tapi menurutku ini kedengarannya bagus. Lebih baik Skyra tidak mengingat apa yang terjadi di masa lalu. Biarkan dia menjadi orang baru dengan ingatan baru." Pria berjas biru mendongak menatap langit yang mendung.

Finnegan ke arah melirik pria itu. "Kau tidak mempermasalahkannya?"

Pria berjas biru gelap itu menepuk bahu Finnegan. "Kali ini jaga Skyra dengan baik. Dari awal, aku mempercayakannya padamu."

Finnegan tidak merespon.

"Baiklah, aku pergi, ya." Pria itu berpamitan, kemudian melenggang pergi.

Finnegan tampak berpikir. Ada banyak hal yang berkecamuk dalam benaknya.

Sementara itu, di mansion Adiwijaya.

Lareina sedang menggambar ruangan kamarnya sendiri. Skyra berada di sampingnya dan memperhatikan.

"Ibu, apakah Ibu juga mau menggambar?" tanya Lareina sembari beranjak dari tempat duduknya. Ia mengambil kertas, pensil, dan juga penghapus. Gadis kecil itu memberikannya pada Skyra.

"Ibu tidak yakin. Sudah lama Ibu tidak menggambar." Skyra menerima peralatan tersebut dari putri bungsunya.

"Tidak apa-apa. Ibu tidak ingat Ayah, tapi Ibu sayang Ayah, kan? Menggambar juga sama seperti itu," kata Lareina yang terdengar agak ambigu, tapi Skyra masih bisa memahaminya.

"Anak ini belajar bicara dari siapa, sih? Ucapannya seperti orang dewasa saja," batin Skyra. Ia pun mulai menggambar sesuai imajinasinya.

Dan hasilnya, jelek.

Skyra menggambar kupu-kupu yang tidak simetris dan malah terlihat seperti lebah dibandingkan dengan kupu-kupu.

Lareina melongo. "Ibu sudah berusaha. Mungkin bakat Ibu akan kembali dalam waktu yang cukup lama," celetuknya pelan.

Skyra terkekeh mendengar ucapan putri bungsunya yang terus terang. Ia mendongak menatap ke jendela. Langit dan luar tampak mendung. Skyra menatap kosong.

Lareina menatap ibunya. "Ibu, kapan kita akan pergi membeli alat menggambar?"

Lamunan Skyra buyar. Ia menoleh pada putrinya. "Kapan pun itu."

"Bagaimana kalau hari ini? Nanti Ayah dan Kakak pulang, jadi kita bisa pergi bersama-sama," usul Lareina.

Skyra mengangguk. "Ide bagus."

Finnegan dan Naviera telah tiba di rumah. Mereka berdua pun bergabung dengan Skyra dan Lareina untuk makan siang bersama.

Skyra terlihat gugup setelah ciuman Finnegan pagi ini. Ia lebih banyak menunduk dan fokus dengan makanannya.

"Ayah, bolehkah kita pergi membeli alat menggambar untukku?" Lareina memecahkan kesunyian.

Naviera menoleh ke arah Finnegan. "Aku juga mau ikut dan pergi berjalan-jalan."

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang