꧁ Part 087 ꧂

1.4K 51 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Arkenzie dan bodyguard beralih memata-matai Finnegan selaku kepala keluarga utama Adiwijaya yang selanjutnya menggantikan Hadrian. 

Arkenzie berpikir kalau Finnegan yang merupakan kakak kandungnya Fionella itu mungkin saja adalah orang yang telah menyuruh Fionella memata-matai Arkenzie atau keluarga Danuarga. 

Namun setelah memata-matai Finnegan, Arkenzie tidak yakin jika pria itu yang menyuruh adiknya sendiri untuk memata-matai Arkenzie. Ia melihat Finnegan sedang berdebat dengan dokter dan polisi untuk kasus kematian Fionella yang masih menjadi misteri. 

Artinya Finnegan tidak tahu kalau Fionella datang ke mansion Danuarga. Pasti ada orang lain yang menyuruh Fionella. 

Arkenzie membatin, "Aku telah membayar dokter dan polisi untuk menutup paksa kasus kematian Fionella. Bukan tanpa sebab, tapi aku tidak ingin publik tahu kalau aku pria bajingan yang menyukai gadis di bawah umur. Dan bisa saja gara-gara kasus ini, semua kejahatan yang telah aku tutupi akan mencuat ke permukaan. Aku tidak ingin nama baik Danuarga menjadi buruk. 

Mengenai orang yang telah membunuh Fionella, aku akan mencarinya dan memberikannya pelajaran. Entah dia seseorang tak dikenal yang ingin mengadu domba dua keluarga, orang dari keluarga Adiwijaya, atau orang dari keluarga Danuarga sekalipun, aku akan membunuhnya."

"Pria itu dan juga kakeknya tetap harus diawasi. Tidak hanya mereka, keluarga Adiwijaya yang sekiranya terlibat juga harus diawasi beserta para bodyguard yang bekerja pada mereka," ujar Arkenzie. 

"Baik, Tuan."

Beberapa hari kemudian, Arkenzie mengadakan pertemuan besar dengan para kepala keluarga Danuarga. Ia berbicara dengan mereka mengenai kematian Fionella di pertambangan batubara Danuarga. 

"Aku yakin, pasti ada seseorang yang berniat mengadu domba kedua keluarga," kata salah satu dari mereka. 

"Atau mungkin justru keluarga Adiwijaya yang sengaja membunuh gadis dari keluarga mereka sendiri, lalu membuang mayatnya ke pertambangan kita," sahut yang lain. 

Arkenzie berdeham. "Agar tidak terjadi permusuhan seperti di masa lalu, aku ingin mengadakan pertemuan dengan kepala keluarga Adiwijaya. Tentu saja tidak sendirian. Aku akan membawa beberapa kepala keluarga Danuarga untuk menemui mereka. 

Kita rundingkan apa yang harus kita lakukan ke depannya. Bukankah percakapan dari hati ke hati lebih efektif? Keluarga Adiwijaya pasti mengerti dan mereka menyetujui pertemuan ini."

Para kepala keluarga Danuarga berbisik-bisik mendiskusikan pendapat Arkenzie. 

"Siapa yang setuju dengan pendapatku? Silakan angkat tangan." Arkenzie mengangkat tangannya. 

Beberapa orang juga mengangkat tangan mereka. Tampaknya yang mengangkat tangan lebih banyak dibandingkan yang tidak. 

"Baiklah, sudah diputuskan kalau kita akan mengadakan pertemuan dengan keluarga Adiwijaya," kata Arkenzie. 

Kepala keluarga Adiwijaya telah dihubungi. Kedua belah pihak menentukan tempat pertemuan, yaitu sebuah gedung yang disewa. 

Pihak keluarga Adiwijaya yang datang dipimpin oleh Hadrian, sementara keluarga Danuarga dipimpin oleh Arkenzie. 

Kedua pemimpin bersalaman. 

"Apa kabar, Tuan Adiwijaya?" tanya Arkenzie. 

"Kabarku baik, bagaimana denganmu?" jawab Hadrian diakhiri dengan pertanyaan. 

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang