꧁ Part 073 ꧂

1.9K 96 16
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Mobil-mobil di pelatara rumah Finnegan melaju pergi. Skyra melihat dari jendela kamar Finnegan. Rupanya ia naik ke atas meja. 

Skyra mengambil selotip dari laci. Ia mengeluarkan ponsel Finnegan yang tadi jatuh ke lantai dari dalam laci yang sama. 

Skyra menempelkan lakban ke punggung ponsel dan juga layar ponsel itu, lalu ia menarik kembali lakbannya. Terlihat sidik jari yang menempel pada lakban tersebut. 

Setelah mendapatkan sidik jari Finnegan, Skyra segera mencoba mencocokkan sidik jari tersebut ke pemindai di pintu. Beberapa kali gagal karena sidik jarinya tidak cocok. 

Skyra terus mencoba satu persatu sidik jari di lakban tersebut. Pemindaian disetujui. Kedua alis Skyra terangkat. Ia segera ke luar dari ruangan itu. 

Bukannya segera kabur, Skyra justru menyempatkan diri mendatangi kamarnya. Ia tampak kebingungan karena pemindai pintu kamarnya adalah pemindai wajah. 

"Nona Danuarga?" 

Skyra terkejut saat Helga memergokinya kabur. "Bibi Helga."

"Nona, kembalilah ke kamar Tuan Adiwijaya. Saya tidak ingin Nona terluka," kata Helga. 

"Bibi Helga, tolong bantu aku," mohon Skyra sembari menggenggam tangan Helga. 

Helga tampak berpikir. Akhirnya ia bersedia membantu Skyra dengan memindai wajahnya untuk membuka pintu kamar tersebut. 

"Terima kasih, Bibi Helga." Skyra masuk ke dalam ruangan. Pintunya ditahan dengan kursi agar tidak menutup. Ia mencari sesuatu di dalam laci meja belajarnya. 

"Finnegan pergi ke mana?" tanya Skyra. 

"Ada pertemuan antara keluarga Adiwijaya dengan keluarga Danuarga," jawab Helga. 

Aktivitas Skyra terhenti saat mendengar jawaban Helga. "Pasti membicarakan tentang perdamaian keluarga. Pertemuan mereka mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama. Ini satu-satunya kesempatanku untuk kabur. Sudah tidak ada waktu lagi," batinnya. 

Skyra mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam laci. Ia menyalakan lilin aroma terapi di meja. Helga memperhatikan. 

"Nona, apa yang sedang Nona lakukan?" tanya Helga. 

"Aku sedang mencoba kabur. Aku tidak bisa menjadi budak seks tuanmu, Bibi Helga." Skyra meletakkan kertas di atas api dari lilin aroma terapi berjarak sekitar 4 sentimeter. 

Muncul gambar berupa denah rumah di kertas tersebut. 

Helga melongo melihat itu. 

Rupanya selama ini Skyra menggambar denah dan ruangan-ruangan penting di rumah itu dalam kertas khusus menggunakan pensil khusus pula. Untuk melihat gambar tersebut, Skyra harus meletakkannya di atas api dengan jarak tertentu. 

Skyra memanfaatkan waktu ketika jalan-jalan ke luar, atau berkeliling di rumah Adiwijaya untuk memperhatikan setiap detailnya. Bahkan ia sudah hafal jalan yang harus dilewatinya untuk sampai di pusat kota karena Finnegan selalu membawanya jalan-jalan ke luar. 

"Nona, apakah Nona yakin ini akan baik-baik saja?" tanya Helga. 

"Bibi Helga, demi keselamatan Bibi, lebih baik Bibi pura-pura tidak tahu. Terima kasih atas bantuan Bibi," ucap Skyra sembari menatap Helga dengan tatapan sendu. 

"Kalau begitu, saya kembali ke dapur." Helga membungkuk, kemudian berlalu pergi. 

Satu per satu kertas dimunculkan gambarnya. Setelah Skyra menghafal semuanya dalam waktu singkat, ia pun membakar kertas-kertas itu di wadah sampah dalam kamar. 

Skyra segera ke luar dari kamar dan mulai menyusup untuk kabur. 

Karena sebagian besar bodyguard ikut ke pertemuan, hanya beberapa bodyguard yang berjaga di sekitar rumah Finnegan. 

Skyra bisa dengan mudah melewati rintangan yang satu ini. Ia menyelinap masuk ke halaman belakang. Ada pohon yang agak pendek di sana. Skyra menggeser bangku taman untuk bisa kabur lewat sana. Ia naik ke bangku taman, kemudian menginjak dahan pohon. 

Skyra mengerang pelan sembari memegangi perutnya yang terasa begitu sakit. "Kenapa di saat seperti ini?"

Terlihat darah yang menetes ke bangku taman. Skyra menyadari jika darah itu berasal dari bagian intimnya. Ia sudah tidak peduli lagi. Gadis itu tetap menginjak dahan untuk bisa memanjat gerbang. 

Di depan gerbang terlihat rerumputan hijau yang tumbuh subur. Skyra menjatuhkan tubuhnya di atas rerumputan yang empuk itu. 

Skyra masih merasa kesakitan di bagian perut. Ia mengusapnya berharap rasa sakit itu bisa hilang. Setelah beberapa menit beristirahat, Skyra pun melanjutkan langkahnya meninggalkan kediaman Adiwijaya. 

Lampu taman menerangi jalanan pribadi. Skyra tidak merasa ketakutan sama sekali. Lagipula ia menyukai suasana gelap dan tenang. Skyra merasa kakinya lemas. Ia jatuh terduduk di tepi jalan. Semakin banyak darah yang mengalir ke paha dan betisnya. 

Terdengar suara mobil yang memasuki jalan pribadi Adiwijaya. 

Skyra segera bangkit dan menyeret langkahnya untuk bersembunyi di balik pepohonan yang berjejer di sana. 

Mobil-mobil hitam itu melaju menuju ke rumah Adiwijaya. 

"Mereka sudah kembali. Pertemuannya singkat sekali," gumam Skyra. Ia melanjutkan langkahnya dengan tertatih. 

Setelah beberapa meter, Skyra mendengar suara anjing yang menyalak. Langkahnya terhenti. Ia berbalik. 

Lampu mobil menyala di depan sana. Skyra terkejut. Ia menutupi pandangannya dengan tangan karena silau. Setelah menyesuaikan diri dengan cahaya, Skyra melihat seseorang yang duduk di kursi kemudi, ternyata itu adalah Finnegan. 

Sementara anjing-anjing itu melacaknya. Sepertinya mereka menemukan darah Skyra dan menjilatnya. Dua bodyguard yang membawa anjing-anjing itu. 

Skyra yang ketakutan pun mencoba berlari meski langkahnya sudah tidak kuat lagi. Napasnya terengah-engah tak beraturan. 

Finnegan ke luar dari dalam mobil. Ia berjalan santai menghampiri Skyra. Anjing-anjing itu mengejar Skyra. 

Skyra jatuh terjerembab ke tanah. Anjing-anjing itu menghampirinya. Mereka tidak menyerang, tapi menjilati darah di betis dan paha Skyra. 

Finnegan sudah dekat. Ia menarik lengan gadis itu agar berdiri. Skyra menjerit kesakitan. Ia berteriak meminta tolong. 

"Tidak akan ada yang mendengar teriakanmu. Ini adalah wilayah khusus kediaman Adiwijaya," ucap Finnegan sembari menyeret lengan Skyra. Namun, gadis itu kembali terjatuh. 

Finnegan mengangkat tubuh Skyra seperti memanggul karung beras. 

Skyra meronta-ronta. "Lepaskan aku! Aku mau pulang!"

Finnegan mendudukkan Skyra di kursi depan, lalu ia menutup pintu mobil. Finnegan juga masuk ke dalam mobil. Ia melajukan mobilnya kembali ke rumah. 

Dua bodyguard menggiring anjing-anjing mereka kembali ke rumah. 

"Aku mau pulang, kumohon bebaskan aku. Bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau mau dariku?" mohon Skyra. 

"Memangnya apa yang aku dapatkan darimu?" Finnegan menatap sesaat pada Skyra, kemudian ia kembali fokus ke jalanan. 

Skyra tidak menjawab. 

Finnegan kembali bersuara, "Aku selalu menginginkan dirimu. Aku tidak menganggapmu sebagai barang baru yang sekali pakai, tapi aku menganggapmu sebagai sesuatu yang istimewa yang bisa kumiliki selamanya."

"Aku hanya ingin pulang," tangis Skyra. 

"Pulang ke mana? Bahkan kakakmu sudah membuangmu," sahut Finnegan. 

Skyra sesegukan. 

Finnegan menambahkan, "Tidak ada tempat untukmu pulang selain diriku, rumahku."

══════════ ꧁꧂ ══════════

Karya asli Ucu Irna Marhamah 
21.33 | 9 Agustus 2017

Follow instagram @ucu_irna_marhamah 
@novellova

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang