꧁ Part 094 ꧂

1.3K 74 8
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Pulang dari kantor, Finnegan melihat Skyra sedang menonton TV sambil makan camilan. Ada banyak wadah bekas camilan yang memenuhi tong sampah di sudut ruangan. 

"Skyra, jangan terlalu sering makan camilan," ucap Finnegan. 

"Memangnya kenapa?" tanya Skyra. 

"Kau boleh memakan camilan, tapi yang sehat," kata Finnegan. 

Helga dan Emma memasuki ruangan. Mereka membawa makanan untuk Skyra. Nasi, sop, buah-buahan, daging, telur, dan lain sebagainya. 

"Ambil semua camilan di lemari," perintah Finnegan. 

"Tapi, jangan diangkut semua," mohon Skyra. 

"Besok aku akan menggantinya dengan camilan lain yang lebih sehat," bujuk Finnegan. 

Akhirnya Helga dan Emma membawa semua camilan di dalam lemari. 

Skyra cemberut. 

"Sekarang makan makanan yang sehat," ucap Finnegan. Yang ia maksud adalah makanan di meja yang barusan diantarkan oleh Helga dan Emma. 

Skyra pun menyantapnya dengan agak malas. 

"Apakah kau menginginkan sesuatu belakangan ini yang tidak kau utarakan padaku?" tanya Finnegan. 

Skyra tampak berpikir. "Tidak ada."

"Besok aku tidak akan pergi ke kantor karena harus mengantarmu ke dokter kandungan," ucap Finnegan. 

"Apakah Tuan Adiwijaya ingin melakukannya lagi dan memeriksakan kesehatanku?" tanya Skyra. 

"Bukan itu, tapi...." Finnegan menggantung kalimatnya. 

Skyra yang sedang mengunyah makanan pun mendongak menatap Finnegan menunggu kalimat selanjutnya. 

"Kau hamil dan kita harus memeriksa kondisinya. Sekarang akan memasuki bulan ke-4," kata Finnegan. 

Kedua mata Skyra membulat mendengar itu. Sendok di tangannya jatuh ke lantai membuat suara gelontrang yang khas. 

"A-apa?" Skyra menatap Finnegan yang juga sedang menatapnya. 

Skyra menunduk melihat perutnya yang rata. Ada kehidupan baru yang tumbuh di dalam perutnya itu. 

Buliran bening memenuhi pelupuk matanya dan mulai berjatuhan. 

"Skyra." Finnegan mendekat dan menenangkan Skyra. 

Namun, Skyra menghindarinya. Ia tidak bisa menerima kenyataan kalau ia sedang hamil. 

"Maafkan aku." Finnegan memeluk Skyra. 

Skyra meronta. "Lepaskan aku! Aku tidak mau hamil! Aku tidak mau! Aku mau mati saja!!"

"Skyra! Aku akan bertanggung jawab. Oleh karena itu, kita harus menikah, ya," bujuk Finnegan. 

"Aku tidak mau, aku tidak mau!" Skyra mengamuk. 

"Skyra! Tenangkan dirimu!" bentak Finnegan. 

Skyra menangis tersedu-sedu sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangan. 

Keesokan harinya, Finnegan membawa Skyra ke tempat praktik Dokter Sinta. 

Sinta memeriksa kondisi kehamilan Skyra. Ia berbicara dengan Finnegan di belakang wanita itu. 

"Kondisi kehamilannya sangat lemah. Dia pasti tertekan dan sedih. Ngomong-ngomong, bagaimana caramu memberitahunya?" kata Sinta diakhiri dengan pertanyaan. 

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang