꧁ Part 115 ꧂

1.2K 58 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Finnegan mengangkat tubuh Skyra agar tidur dengan posisi yang benar di ranjang. Pria itu menutup kembali kancing baju istrinya. 

Skyra yang lemas hanya bisa diam. Ia tidak melihat sedikit pun pada suaminya itu. 

Finnegan menatap wajah Skyra yang sembab karena menangis cukup lama. "Memang sebaiknya aku tidak boleh mempercayaimu. Dikhianati rasanya sakit sekali. Aku pikir, kau benar-benar sudah menerimaku sedikit saja."

Skyra menatap Finnegan dengan ekspresi kesal. "Aku tidak bisa menerima ini sejak awal. Kau memulainya dengan paksaan. Kau pikir aku bisa memahami keadaan yang dipaksakan?"

"Bukankah kau pernah mencintaiku sebelumnya? Setidaknya sedikit rasa cintamu membuatku bahagia. Dan artinya aku masih memiliki harapan untuk memilikimu," kata Finnegan. 

Skyra menautkan alisnya. "Itu dulu sebelum kau melakukan hal buruk padaku dan memaksaku berada di posisi untuk memilih menikah denganmu."

Finnegan terdiam. 

Skyra melanjutkan, "Kau menuntut terlalu banyak padaku, Finnegan. Aku tidak tahan. Kau menculikku, merenggut hak dan kebebasanku. Kau membuatku meninggalkan sekolah dan juga keluargaku. Kau melakukan pelecehan terhadapku. 

Kau memaksakan pernikahan yang tidak pernah aku harapkan. Dan yang terburuknya, kau memaksaku mengandung anakmu. Kau pikir, aku ini mesin pembuat anak?!"

"Itu karena aku ingin membangun hubungan rumah tangga yang normal," kata Finnegan. 

"Itu yang kau inginkan, tapi aku tidak pernah menginginkannya. Aku benci semua ini, Finnegan!" sahut Skyra. 

"Kau mengatakannya dengan mudah karena kau tidak mengandung! Aku yang yang harus mengandung dan melahirkan! Aku takut! Aku takut, Finnegan!" Skyra merasakan perutnya yang tiba-tiba sakit. 

Finnegan panik. Ia mengusap lembut perut Skyra seperti yang biasa ia lakukan ketika istrinya itu merasakan kontraksi pada perutnya. 

Karena khawatir, Finnegan membawa Skyra ke rumah sakit besar Danuarga. Sinta menanganinya dengan segera. 

Setelah selesai memeriksa, Sinta menemui Finnegan. "Dalam waktu dekat, Skyra akan melahirkan. Sebaiknya dia menginap di sini malam ini. Besok dia boleh pulang."

"A-apa? Tapi, usia kandungannya baru mau 7 bulan. Itu pun sekitar 3 hari lagi," kata Finnegan. 

Sinta tampak berpikir. "Perkiraanku, Skyra akan melahirkan sekitar 2 minggu lagi. Aku akan mempersiapkan segalanya, fasilitas untuk bayi Skyra yang lahir prematur. Kau juga harus selalu siap siaga sebagai seorang ayah dan suami," ucapnya, kemudian berlalu pergi. 

Finnegan menghela napas berat. 

Keesokan harinya, Skyra diperbolehkan pulang. 

Selama beberapa hari, Skyra terlihat melamun dan bersedih. Ia tidak banyak bicara, bahkan dengan Helga dan Emma sekali pun. 

Semua peralatan bayi telah disediakan, berikut dengan kebutuhannya. Rajang bayi diletakkan di dalam kamar Finnegan dan Skyra. Mereka tidak menyediakan kamar bayi karena khawatir jika harus tidur terpisah. 

Skyra berada di kamar lamanya. Wanita itu menggambar garis-garis yang tidak jelas bentuknya. Tampaknya Skyra tidak bisa berkonsentrasi untuk menggambar. 

Malam harinya. 

Skyra tertidur lelap di ranjang. Wajahnya terlihat lelah dan pucat. 

Finnegan baru pulang dari kantor. Ia melihat kondisi istrinya yang menyedihkan. Pria itu mengecup kening Skyra dengan lembut. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Skyra. 

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang