꧁ Part 021 ꧂

3.5K 149 4
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Pagi telah tiba.

Perlahan kedua mata Skyra terbuka. Ia mendapati dirinya tertidur sendirian di ranjang. Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi.

Skyra bangkit untuk duduk. Ia meringis sembari memegangi perutnya. "Finnegan lebih menyeramkan dan lebih brutal saat mabuk," gumamnya.

Pandangan Skyra tertuju ke wadah sampah di sudut ruangan. Dokumen-dokumen yang semalam dibuang Finnegan sudah tidak ada di sana.

Tak lama kemudian, Finnegan ke luar dari kamar mandi. Pria itu mengenakan jubah mandi. Rambutnya yang basah dikeringkan menggunakan handuk.

Skyra segera mengubah ekspresinya menjadi tenang.

"Kau sudah bangun?" sapa Finnegan.

"Iya. Aku mau mandi." Skyra bergegas pergi ke kamar mandi dengan berjalan sempoyongan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Finnegan yang terlihat khawatir.

"Ya, aku baik-baik saja," sahut Skyra dari dalam kamar mandi.

Tak lama kemudian, Skyra ke luar dari kamar mandi. "Apakah kepalamu masih pusing? Semalam kau mabuk."

"Aku sudah minum obat pengar. Pusingnya sedikit berkurang," ujar Finnegan.

"Baguslah." Skyra memasangkan dasi untuk suaminya. "Ngomong-ngomong, apakah aku boleh memiliki SIM?"

Finnegan menautkan alisnya. "Tidak. Kau pasti akan bepergian ke suatu tempat tanpa seizinku. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Cukup insiden kecelakaan itu sebagai yang terburuk. Jangan ada ada lagi."

"Okay, aku menyerah." Skyra mengalah. Ia mengusap dada Finnegan, kemudian berlalu.

"Kau tidak marah, kan? Sayang?" Finnegan menyusul istrinya.

Langkah Skyra terhenti karena Finnegan memeluknya dari belakang. "Aku tidak marah, kok. Lagi pula aku paham kau khawatir padaku," ucap Skyra.

"Tentu saja aku mengkhawatirkanmu," sahut Finnegan sembari melepaskan pelukannya.

Skyra berbalik menatap suaminya. "Hari ini Naviera tidak pergi ke sekolah karena ada sesi pertemuan dengan psikolog anak, kan?" tanyanya.

"Iya." Finnegan mengangguk.

"Aku harus memberitahu Naviera." Skyra bergegas pergi ke kamar Naviera.

Finnegan menatap punggung istrinya.

Siang harinya.

Guru privat mengajar Lareina di ruangan lantai satu, sementara psikolog tampak berbincang-bincang dengan Naviera di taman halaman samping.

Skyra duduk merenung di kursi teras ditemani camilan dan minuman segar.

꧁ Flashback On ꧂

Skyra menatap suaminya yang masih mabuk. Ia menangkup wajah tampan itu. "Sayang, apakah kau benar-benar mencintaiku?"

"Ya, tentu saja." Jawaban Finnegan membuat wajah Skyra memerah.

"Jika kau mencintaiku, kau tidak akan menyembunyikan apa pun dariku, kan?" Skyra menatap suaminya dengan serius.

Finnegan balik menatap istrinya. "Kebenaran terkadang perlu disembunyikan. Itu agar tidak ada yang terluka."

Skyra mencerna ucapan Finnegan. Ia kembali bertanya, "Apakah kecelakaan yang menimpaku adalah perbuatanmu? Apakah kau sengaja ingin membuatku amnesia?"

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang