꧁ Part 048 ꧂

1.7K 85 0
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Jordan menodongkan pistol ke kepala wanita cantik yang duduk di kursi. Wanita itu tampak ketakutan, serta merta ia mengangkat kedua tangannya.

Finnegan berdiri di depan wanita itu. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Di belakang, terlihat beberapa anak buahnya yang meringkus pria-pria tinggi kekar yang sepertinya adalah anak buah wanita cantik itu.

"Bisakah kita bicara baik-baik, Pak petugas? Moncong pistol ini menakutiku," bujuk wanita itu.

"Tidak." Finnegan menggeleng. "Lagi pula aku bukan petugas polisi. Aku bisa lebih kejam jika kau menjawab pertanyaanku dengan kebohongan."

Wanita itu terlihat semakin khawatir.

Finnegan duduk di meja depan si wanita, lalu ia melemparkan foto Fionella ke meja di depan wanita itu. "Bagaimana caranya dia bisa berada di rumah bordilmu, Madam?"

Madam menatap foto itu sejenak. "Dia yang datang sendiri ke mari dan mengajukan diri untuk melayani tamu terbaik kami."

Finnegan menautkan alisnya. Tentu saja ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Jangan macam-macam denganku. Anak buahku akan menarik pelatuknya jika kau mengatakan kebohongan."

Madam menyahut, "Aku tidak berbohong. Aku tidak mungkin mempekerjakan seseorang dengan paksaan. Para gadis itu datang sendiri padaku dan meminta pekerjaan. Aku mempertemukan mereka dengan tamuku."

Finnegan mengepalkan tangan. "Tidak mungkin, tidak mungkin Fionella melakukan semua itu. Untuk apa dia melakukannya?"

"Gadis itu memilih sendiri tamunya yang ternyata kebetulan sekali kalau pria yang ingin dia layani juga menginginkannya," sambung Madam.

Finnegan menyahut, "Berikan aku data-data tentang pria yang kau maksud itu. Berapa kali dia menyewa gadis di tempatmu? Berapa banyak uang yang dia keluarkan untuk membayar? Kapan terakhir kali dia menyewa gadis di tempatmu? Seperti apa kriteria gadis yang dia inginkan? Semuanya, semua informasi itu yang aku butuhkan."

"Tidak bisa! Aku tidak bisa memberitahumu!" tolak Madam.

Finnegan memiringkan kepalanya. "Kalau begitu, matilah."

Madam menutup rapat mata. Tubuhnya gemetar ketakutan. "Baik! Jangan bunuh aku! Aku akan memberitahumu!"

Jordan menurunkan pistolnya.

Finnegan tersenyum tipis. "Keputusan yang bagus."

"Tapi, tamu langgananku yang satu ini sangat berbahaya. Jangan sampai kalian mengusiknya. Jika kalian mengusiknya, aku mungkin akan terseret kalau sampai dia tahu aku yang telah memberikan informasi tentangnya pada kalian," ucap Madam yang terlihat khawatir.

"Tenang saja, pria Danuarga itu tidak akan bisa macam-macam denganku," ujar Finnegan.

Madam terkejut. "Da-dari mana kau tahu kalau tamu istimewa kami adalah seseorang yang penting dari keluarga Danuarga?"

Finnegan mencondongkan badannya. "Kau tidak perlu tahu. Lebih baik sekarang kau mulai berbicara mengenai semua informasi yang aku inginkan."

Sementara itu di rumah Finnegan.

Skyra tengah menonton TV sembari tiduran di sofa dan memakan camilan. Karena merasa bosan, Skyra mematikan TV. Ia membuang semua kemasan camilan ke wadah sampah.

Pandangan Skyra tertuju ke alat pemindai sidik jari. Ia pun mendekat dan memeriksanya. Skyra memindai sidik jarinya, tapi ditolak oleh pemindai karena sidik jarinya tidak terdaftar.

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang