꧁ Part 125 ꧂

1.2K 58 1
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Skyra menatap Finnegan. "Sebelum menikah denganku, kau berhubungan dengan beberapa wanita penghibur. Apa maksudmu?!"

Finnegan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Itu... aku hanya membutuhkan pelampiasan. Aku selalu memakai pengaman, jadi itu tidak benar-benar bersentuhan secara langsung," kata Finnegan. 

Skyra terlihat kesal karena cemburu. "Menyebalkan! Kau melakukannya dengan wanita lain sebelumnya, lalu kau menikahi aku yang belum pernah melakukannya dengan pria. Itu tidak adil," gerutunya. 

"Kau adalah istriku, ibu dari anak-anakku. Aku tidak pernah berpikir untuk membangun komitmen dengan wanita. Tapi setelah bertemu denganmu, aku benar-benar menemukan seseorang yang tepat. 

Wanita-wanita penghibur itu hanya sebatas kebutuhan semasa aku masih lajang. Mereka membutuhkan uang, dan aku membutuhkan pelampiasan. Hanya sebatas itu. Tidak ada cinta sama sekali."

Skyra menatap jijik pada suaminya. "Menyebalkan! Aku membayangkanmu melakukannya di depan mataku," gerutunya. 

"Jangan dibayangkan. Itu tidak seindah yang kita lakukan," bujuk Finnegan. 

"Bayangkan seandainya aku kita belum menikah dan aku sudah tidak perawan. Apakah kau akan tetap menerimaku?" tanya Skyra. 

Finnegan menyahut, "Aku akan menerimamu apa adanya. Itu karena aku memang mencintaimu. Aku tidak akan melihat dari sisi yang lain."

Skyra membuang muka karena masih kesal.

"Ayo, kita pulang," bujuk Finnegan. 

"Aku masih ingin di sini. Kau pulang saja sendiri. Masih banyak petunjuk yang harus aku cari," kata Skyra. 

"Apalagi yang perlu kau ketahui?" tanya Finnegan. 

"Semuanya," sahut Skyra. 

"Setidaknya biarkan para pelayan membersihkan tempat ini dulu. Ruangannya terlalu kotor. Ayo, kita makan dulu di luar," ajak Finnegan. 

Di restoran. 

Finnegan dan Skyra pun memesan makanan. 

"Aku pikir, kau akan marah padaku. Maksudku, benar-benar membenciku sampai di tingkat terburuk," ucap Finnegan pelan. 

"Kau pikir, aku tidak marah dan tidak membencimu?" ucap Skyra ketus. "Sebelum aku mengetahui semua fakta ini, aku bertanya-tanya apa yang membuatku terkadang merasa takut dan waspada terhadapmu. Meski hilang ingatan, nyatanya trauma yang aku alami tidak ikut hilang."

"Aku tahu kau memang marah padaku. Tapi, aku benar-benar bersyukur kau masih memiliki pengertian terhadapku," ujar Finnegan. "Aku rasa trauma yang kau rasakan itu semacam bentuk perlindungan diri untuk menghindariku. Yeah, itu memang fenomena sulit dijelaskan."

Skyra menunduk. "Tapi, penyesalan terbesarku mengenai masa lalu itu adalah kebencian tak berdasar yang aku rasakan terhadap Naviera dan Lareina."

Finnegan menatap istrinya. 

"Terlepas dari apa yang terjadi, tidak seharusnya aku mengabaikan mereka, anak-anak kandungku. Sekarang aku mengerti seberapa buruknya diriku di masa lalu. Aku benar-benar ibu yang buruk," ujar Skyra. 

"Sebenarnya itu juga salahku. Ya, semuanya memang salahku, tapi kau tidak bisa menyalahkan dirimu dalam hal itu. Saat itu kau masih sangat muda dan belum siap menjadi ibu. Aku rasa, itu adalah perasaan yang wajar bagimu," kata Finnegan. 

Skyra menghela napas berat. "Saat melihat sketsa gambar itu, aku bisa merasakan emosiku di masa lalu sebelum amnesia. Setiap goresan pensil membuatku benar-benar berdebar. Antara takut, cemas, marah, dan sedih."

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang