꧁ Part 136 ꧂

1K 34 3
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

꧁ Flashback On ꧂

Adistya kecil berjalan gontai menuju ke ruang kerja Arkenzie di mansion. Ia melihat kakaknya itu sibuk dengan komputernya.

"Kakak," panggil Adistya.

Arkenzie menoleh. "Adistya, kau sedang apa?"

"Mau main." Adistya masuk ke dalam ruangan. Ia naik ke pangkuan Arkenzie.

"Main dengan Skyra dan Alvin, ya," bujuk Arkenzie.

"Tidak mau. Mau main dengan Kakak," tolak Adistya.

Arkenzie menurunkan adiknya. "Tidak bisa, Kakak sibuk."

Adistya cemberut. Ia pun berlalu pergi sambil menangis.

"Adistya, jangan menangis," seru Arkenzie.

Malam harinya.

Arkenzie pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Pria itu menyalakan shower membiarkan rintik air membasahi sekujur tubuhnya.

"Kakak?"

Arkenzie terperanjat kaget mendengar suara anak kecil. Ia melihat Adistya berdiri di ambang pintu kamar mandi sambil menatap ke arahnya.

"Kau tidak boleh ke sini. Kakak sedang mandi." Arkenzie menutupi bagian bawah perutnya. Ia mengusir adiknya dengan halus.

Adistya pun berlalu pergi.

Arkenzie menghela napas lega. "Baiklah, dia masih kecil. Dia pasti lupa."

"Kakak!"

"Apa lagi?!" Arkenzie terhenyak. Ia melihat Adistya tidak memakai baju memasuki kamar mandi, lalu menutup pintu.

"Mau mandi bareng!" Adistya mengangkat kedua tangannya.

Arkenzie mengusap kasar wajahnya. Ia membatin, "Bocah yang satu ini."

Terpaksa Arkenzie menuruti permintaan adiknya. Ia pun memandikan Adistya.

"Kakak?"

"Iya?"

"Kenapa Kakak punya ekor di depan?" tanya Adistya.

Arkenzie membeku mendengar pertanyaan adiknya. "Itu... itu bukan ekor, Adistya. Itu semacam... sesuatu yang membedakan antara laki-laki dan perempuan."

"Begitukah?" Adistya tampak berpikir.

"Saat kau sudah dewasa dan menikah, kau akan mengerti," ucap Arkenzie.

"Aku mau menikah dengan Kakak saja," ucap Adistya.

"Kenapa?" tanya Arkenzie kebingungan.

"Karena Kakak tampan dan kaya raya," celetuk Adistya.

Arkenzie menggeleng. "Tidak boleh. Kakak dan adik dilarang menikah," ucapnya.

"Kenapa?" gerutu Adistya.

"Karena tidak boleh. Agama dan negara melarang pernikahan saudara," jawab Arkenzie.

"Ribet sekali," celoteh Adistya.

Adistya sangat dekat dengan Arkenzie. Meski Arkenzie mengabaikannya karena sibuk dengan urusan kantor dan urusan keluarga besar, Adistya selalu pintar mencari perhatian.

Mobil biru gelap itu berhenti di pelataran mansion Danuarga. Arkenzie bergegas ke luar dari mobil. Ia terlihat khawatir dan terburu-buru menaiki tangga.

Sampailah ia di salah satu kamar. Pria itu membuka pintu. Terlihat Adistya yang sedang berdandan. Ia masih memakai seragam SMA.

"Apa yang kau lakukan? Pihak sekolah bilang kau sakit dan dipulangkan lebih awal. Tapi, kau terlihat baik-baik saja dan malah berdandan?" Arkenzie terlihat marah.

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang