꧁ Part 092 ꧂

1.7K 65 6
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

"Yang kau rasakan padaku tidak lebih dari sekadar napsu semata. Kau tidak pernah mencintaiku, Tuan Adiwijaya," kata Skyra.

Finnegan menyahut, "Aku yang merasakan perasaan ini, kenapa kau yang seolah mengetahui segalanya?" Ia berbalik menatap Skyra sambil berkacak pinggang.

Skyra bangkit untuk duduk sembari memegangi selimutnya agar tidak melorot. "Jika kau mencintaiku, kau tidak mungkin melakukan ini padaku."

Finnegan menjelaskan, "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Tapi, memang benar jika hasratku lebih besar padamu ketimbang rasa cintaku."

Skyra mengalihkan pandangannya mendengar jawaban Finnegan.

Pria itu memakai jasnya. "Kau tidak ingin menikah denganku? Jika tidak terikat dalam pernikahan, bisa-bisa aku bermesraan dengan wanita lain."

"Memangnya kenapa? Bukankah biasanya juga seperti itu?" sahut Skyra.

Finnegan membuang napas kasar. "Sebenarnya kau ini mau apa? Kenapa kau mengajakku berdebat pagi-pagi begini?"

"Aku ingin kau melepaskan aku, Tuan Adiwijaya," jawab Skyra.

"Berhenti memanggilku Tuan Adiwijaya!" bentak Finnegan.

Skyra tersentak kaget dengan bentakkan Finnegan. Ia terdiam seribu kata dan langsung tertunduk tak berani menatap wajah Finnegan.

"Semalam kau memanggilku Finnegan, kenapa kau kembali memanggilku dengan sebutan Tuan Adiwijaya?! Aku bukan majikanmu!" gerutu Finnegan.

"Tapi, memang begitu adanya, kan? Aku budak seks bagimu...." Skyra tidak melanjutkan kata-katanya saat Finnegan mendekat dan melahap bibirnya dengan ganas.

Skyra mendorong dada Finnegan.

Finnegan mendorong Skyra dan menindihnya. Pria itu melepaskan tautan bibir mereka. "Kau budak seks, kan? Layani aku tanpa henti kapan pun itu. Tidak ada penolakan, tidak ada keluhan, tidak ada istirahat."

Skyra menahan dada Finnegan dengan tangannya yang gemetar. Gadis itu menghindari tatapan Finnegan karena takut melihat ekspresi kemarahan pria itu. Kedua matanya bergetar, lalu menutup karena ketakutan.

Pandangan Finnegan menyendu. "Aku menganggapmu gadis istimewa. Aku ingin kau menjadi pendamping hidupku, bukan budak seks." Ia beranjak dari atas tubuh Skyra.

Skyra mengeratkan genggamannya pada selimut. Ia ketakutan saat Finnegan mengangkat tangan. Gadis itu menghindar.

Finnegan ternyata berniat mengusap rambut gadis itu. "Sampai jumpa nanti malam."

Skyra tidak merespon.

Finnegan mengecup kening Skyra, kemudian melenggang pergi.

Sore harinya di balkon Adiwijaya Group.

Terlihat Finnegan dan Arkenzie duduk berhadapan di sofa. Ada beberapa botol minuman di meja beserta gelas. Sekotak cerutu, alat pemotong cerutu, serta pemantik juga tergeletak di sana.

"Aku tidak mengerti, kenapa Skyra bisa berubah-ubah seperti itu. Dia terkadang manis, kadang seksi, kadang tiba-tiba jadi galak," gerutu Finnegan.

Arkenzie meneguk minumannya sembari mendengarkan ocehan Finnegan. Entah sudah berapa jam Finnegan curhat dan berkeluh kesah pada Arkenzie.

Finnegan melanjutkan, "Semalam dia menikmati perbuatanku, menyebut namaku secara langsung, dan kami benar-benar menghabiskan malam yang indah. Tapi pagi ini, tak ada angin, tak ada hujan, dia memanggilku Tuan Adiwijaya dan mengajakku berdebat dengan ekspresi datar."

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang