꧁ Part 131 ꧂

980 44 0
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Keesokan harinya. 

Finnegan mengajak istri dan anak-anak pergi ke mansion utama. Para pelayan menyambut kedatangan mereka. 

Hadrian sedang berada di ruang kerjanya. Ada banyak komputer yang canggih dan modern. Ruangan kerjanya seperti markas komando tim intelijen. 

Terdengar suara ketukan di pintu. "Tuan Besar, Tuan Muda dan istri datang berkunjung," suara pelayan dari luar ruangan. 

"Aku akan menemui mereka," sahut Hadrian. 

Finnegan dan Skyra duduk di ruang keluarga. Naviera dan Lareina juga duduk bersama ayah dan ibu mereka.

"Kakek tidak sedang pergi ke luar negeri?" tanya Naviera. 

"Tidak, kakek baru saja pulang dari Swiss," jawab Finnegan. 

"Apakah kita juga bisa pergi ke luar negeri? Kita bisa liburan ke luar negeri, kan?" tanya Lareina. 

"Kita akan berlibur di waktu yang tepat," jawab Finnegan. 

"Kapan? Ayah punya jet. Kita tidak perlu naik pesawat umum. Itu pasti lama," kata Naviera. 

"Kita tunggu adik bayi lahir, ya. Agar kita bisa pergi bersama-sama," bujuk Skyra. 

"Benar juga. Adik bungsu akan sedih kalau kita liburan, sementara dia terjebak di dalam perut ibu." Lareina memeluk perut ibunya. 

Skyra hanya terkekeh mendengar ucapan putri bungsunya. 

Hadrian datang. "Halo."

"Kakek!" Naviera dan Lareina berlari memeluk kakek buyut mereka. 

"Cicitku sudah besar, ya. Padahal baru bulan yang lalu menemui kalian." Hadrian menggendong kedua bocah perempuan itu. 

"Kakek juga semakin tua," celetuk Lareina. 

Hadrian tertawa. 

"Bagaimana kabar kalian, Skyra, Finnegan?" Hadrian duduk di sofa yang berhadapan dengan cucu dan cicitnya itu. 

"Kabar kami baik. Dan Skyra saat ini sedang mengandung," Finnegan yang menjawab. 

"Benarkah? Syukurlah. Itu benar-benar kabar yang bagus." Hadrian merasa sangat senang mendengar kabar tersebut. 

Finnegan menatap kakeknya dengan serius. "Dan... aku mau bicara empat mata dengan Kakek."

Hadrian juga memasang ekspresi serius. 

Di halaman belakang. 

Hadrian dan Finnegan berdiri bersebelahan. 

"Kenapa Kakek menyuruh Fionella pergi ke kandang musuh?" tanya Finnegan tanpa berbasa-basi. 

Hadrian membuang napas kasar. "Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi, Finnegan."

"Apanya?" gerutu Finnegan. 

Ya, ternyata orang yang telah menyuruh Fionella memata-matai Arkenzie Danuarga adalah Hadrian, kakek kandungnya sendiri. 

Hadrian membuang napas kasar. "Keluarga Danuarga itu berisi orang-orang gila. Mereka tidak pantas menguasai pasar."

Finnegan mengernyit. Ia menatap kakeknya. 

Hadrian melanjutkan, "Kau tidak pernah menyadarinya? Hampir setiap orang dari keluarga Danuarga itu bermasalah. Pedofil, biseksual, lesbian, homo, psikopat, koruptor, maniak seks, incest, pembunuh, orang gila, pengangguran, beban keluarga, bahkan sampah masyarakat pun ada."

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang