꧁ Part 109 ꧂

1K 47 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Finnegan termenung. "Kau minum sake, ya?" gerutu Finnegan. 

Skyra cemberut dan melelapkan wajahnya ke dada Finnegan. 

Pandangan Finnegan teralihkan pada gelas sake. Ada sisa bekas minum. "Bukankah aku sudah melarangmu meminumnya? Kau belum cukup umur."

"Tuan Adiwijaya menakutkan," rengek Skyra. 

Finnegan terdiam. 

"Jangan memarahiku," mohon Skyra. 

Finnegan mendudukkan Skyra di bantal duduk. "Baiklah. Minum ini." Ia memberikan botol kecil berwarna hitam. Isinya cairan berwarna oranye. 

"Apa ini? Kau mau membunuhku?" Skyra menolak meminumnya. 

"Ini sejenis obat pengar," ujar Finnegan sembari menyodorkan botol tersebut ke mulut istrinya. 

Skyra menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak mau, tidak mau!"

"Ayolah, kau harus meminumnya. Sedikit saja, ya," bujuk Finnegan. 

"Tidak! Jangan memaksaku!" Skyra mendorong dada suaminya. Ia pun rebahan di atas lantai. 

"Baiklah, sepertinya kau hanya minum sedikit. Efek alkoholnya tidak akan lama," kata Finnegan, kemudian bangkit dari tempat duduknya. 

Skyra meraih tangan Finnegan membuat pria itu tidak jadi pergi. "Jangan pergi, Tuan Adiwijaya."

"Aku mau mengambil kasur lantai jika kau tidak mau pindah ke kamar," kata Finnegan. 

Skyra pun melepaskan tangan Finnegan membiarkan suaminya itu pergi. 

Finnegan kembali dengan membawa kasur lantai untuk istrinya. Ia mengangkat tubuh Skyra dan membaringkannya ke kasur lantai yang tebal itu. Finnegan juga merebahkan diri di samping istrinya. 

"Mau tidur di sini?" tanya Skyra sembari beringsut memepet suaminya. 

"Baiklah, jika kau mau." Finnegan menarik selimut untuk menyelimuti tubuh mereka berdua. 

"Apakah kita juga akan seks di sini?" tanya Skyra lagi. 

"Tidak, kau sedang mabuk. Aku tidak ingin melakukannya saat kau mabuk," jawab Finnegan. 

"Tapi, kau tetap melakukannya meski aku pingsan. Kau melakukannya hingga selesai," ucap Skyra. 

Finnegan mengubah posisinya menjadi tidur menyamping agar bisa menghadap pada Skyra. 

"Apakah kau benar-benar mencintaiku, Tuan Adiwijaya?" tanya Skyra. 

"Aku mencintaimu, Skyra. Harus berapa kali aku mengatakan itu?" sahut Finnegan. 

Skyra menatap Finnegan, begitu pula dengan Finnegan yang menatap balik padanya. Mereka berdua saling menatap satu sama lain. 

"Bagaimana denganmu? Apakah kau mencintaiku?" Finnegan balik bertanya. 

Skyra tampak berpikir. "Sedikit." Wajahnya memerah setelah mengatakan itu. 

Finnegan terkejut mendengarnya. "Benarkah?" Namun, itu membuatnya merasa senang. 

"Saat kau membawaku pergi ke luar untuk pertama kalinya, aku merasa senang." Skyra menutup wajahnya dengan selimut. 

Finnegan tampak berpikir. "Kapan? Kapan itu? Kapan aku membawamu ke luar dan kapan kau jatuh hati padaku?"

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang