꧁ Part 026 ꧂

2.8K 123 1
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Di garasi.

Skyra menekan tombol kunci mobil di tangannya. Salah satu mobil berbunyi, yaitu mobil berwarna merah.

"Ini baru datang kemarin. Kau menyukainya?" tanya Finnegan.

"Iya, mobil ini sangat bagus. Aku menyukainya. Tapi, apakah kau yakin memberikanku mobil? Bukankah sebelumnya kau tidak setuju?" Skyra menatap suaminya.

"Setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya kau memiliki mobil. Setelah lebih mahir menyetir, kau bisa mendapatkan SIM," ucap Finnegan.

Skyra mengangguk. "Terima kasih, Sayang. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik." Ia mengecup pipi suaminya.

Finnegan tersenyum.

Setelah mendapatkan SIM, Skyra tidak tertarik untuk pergi ke luar menggunakan mobil. Tampaknya ia sudah bosan setelah belajar menyetir dengan lebih baik.

"Katanya mau mobil, tapi tidak dipakai," sindir Finnegan. Ia melihat istrinya sedang sit up. Sementara Finnegan sedang mengangkat barbel.

"Bosan. Aku lebih suka gym di rumah," kata Skyra dengan napas tersengal-sengal.

Finnegan melipat kedua tangan di depan dada. "Sekarang kau jadi maniak gym. Ya, tidak masalah, sih. Yang penting nge-gym di rumah saja. Kalau kau mau nge-gym di luar, aku pasti melarang."

"Lagi pula aku tidak tertarik berolahraga di tempat gym umum," sahut Skyra. Ia bangkit untuk duduk dan meminum air dari botol mineral.

"Karena kau rajin nge-gym, kau jadi lebih kuat dan tahan lama menghadapiku di ranjang," celetuk Finnegan.

Skyra tersedak mendengar perkataan suaminya. "Apakah sebelumnya aku selemah itu? Kau saja yang terlalu bersemangat dan memiliki stamina tinggi." Wajahnya memerah.

Finnegan terkekeh. "Sebelumnya? Jika yang kau maksud adalah sebelum kau hilang ingatan, kau memang pasif dan terlalu pemalu. Tapi, sekarang kau sudah belajar banyak dan lebih menggairahkan."

Alis Skyra berkedut mendengar ucapan suaminya. "Apakah kau yakin kita perlu membahas tentang hal itu?"

Finnegan terkekeh. "Aku hanya merasa senang dengan kepribadianmu yang sekarang."

Skyra terdiam.

Di lain waktu, Skyra sedang berkeliling ke kamar-kamar kosong lain di mansion untuk menghindari kebosanan.

Sebuah ruangan yang luas di lantai dua menarik perhatiannya. Skyra masuk dan melihat jendela yang lebar di sana. Ia bisa melihat pemandangan hutan secara penuh.

"Lareina akan senang jika aku menunjukkan ruangan ini. Dia pasti akan menghabiskan waktu libur belajar privat di sini untuk menggambar," gumamnya.

Perhatian Skyra tertuju ke sprei yang menyingkap. Ada sesuatu bawah ranjang, yaitu sebuah kardus besar. Karena penasaran, Skyra menyeret kardus besar itu.

Saat dibuka, Skyra terbatuk-batuk karena debu yang beterbangan. "Apakah pelayan benar-benar melakukan pekerjaan mereka? Maksudku, apakah mereka tidak membersihkan bagian bawah ranjang? Ya, meski ruangan ini tidak dipakai."

Kardus besar tersebut dilakban. Terdapat tulisan Chapter 2 di lakban tersebut.

Skyra menunduk dan mencari kardus lainnya di bawah ranjang, tapi tidak ada. "Chapter satunya di mana?"

Karena banyak debu, Skyra membuka jendela lebar-lebar. Ia juga membersihkan kamar itu secara manual.

Setelah benar-benar bersih, tidak ada debu, Skyra menyalakan lilin aroma terapi agar ruangan tersebut memiliki aroma yang enak dan menenangkan.

Skyra menatap kardus besar itu. Karena penasaran, ia membukanya. Ternyata isinya alat-alat untuk menggambar. Tampaknya semua benda itu sudah lama tidak digunakan. Skyra mengeluarkan semuanya.

Di bawah alat-alat itu, ada tumpukan kertas. Bukan kertas baru, tapi masih kosong. Skyra mengambil salah satu kertas dan merabanya. Ia merasakan ada guratan pola di kertas tersebut.

"Ini bukan kertas kosong. Aku bisa merasakan guratan di permukaan kertas ini. Tapi, gambar apa, ya?" Skyra menerawangnya lewat cahaya dari jendela. Wanita itu menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas.

Karena jendela yang terbuka lebar, angin kencang menerbangkan kertas yang dipegang Skyra ke dalam ruangan dan tak sengaja mengenai lilin aroma terapi.

"Ah! Sial! Bisa-bisa terbakar!" Skyra segera mengambil kertas itu. Ia terkejut melihat potongan sketas wajah yang belum selesai di kertas.

Skyra mengerutkan keningnya. Ia mendekatkan kertas ke api lilin aroma terapi di jarak tertentu. Secara ajaib, sketsa wajah itu kini menjadi lengkap. Ternyata itu adalah wajah Finnegan yang sedang marah.

"Ini kertas khusus, atau mungkin pensilnya yang unik dan bisa membuat pola gambar tersembunyi. Namun, gambarnya akan bisa dilihat jika kertasnya dideang di atas lilin," gumam Skyra.

"Apakah ini gambar yang aku buat di masa lalu?" imbuhnya.

"Tapi, kenapa Finnegan terlihat begitu marah di gambar ini? Apakah ini komik atau semacamnya?" Skyra melihat pada kertas lainnya di kardus. Ia pun mengambil kertas selanjutnya dan dideang di atas lilin.

Muncul sketsa jalan aspal di dalam hutan. Skyra ingat dengan lokasi tersebut yang tidak lain adalah jalan pribadi menuju ke mansion ini.

"Sepertinya ini disimpan tidak sesuai dengan urutan," gumam Skyra. Ia melihat ada angka 712 di sudut kiri bawah sketsa hutan, sementara sketsa wajah Finnegan yang sebelumnya terdapat angka 738 di sudut bawahnya.

Skyra memunculkan terlebih dahulu gambar-gambar itu dengan bantuan api dari lilin, kemudian angkanya disusun sesuai urutan.

Sketsa itu dimulai dengan angka atau halaman 710 dan diakhiri dengan halaman 755.

Skyra melihat satu per satu gambar itu. Dimulai dengan mobil yang melaju meninggalkan kota. Gambar selanjutnya adalah 4 orang di dalam mobil yang terdiri dari Finnegan, Skyra, Naviera, dan Lareina.

Gambar selanjutnya ada jalan pribadi di hutan menuju ke mansion Adiwijaya yang saat ini dipijak oleh Skyra.

"Ini adalah gambar tersirat. Seperti aku menggambarkan atau menceritakan pertama kalinya kami pindah dan tinggal di mansion ini," gumam Skyra.

Ia melanjutkan melihat sketsa gambarnya.

Gambar selanjutnya adalah sketsa mansion Adiwijaya. Detailnya sangat rumit, tapi benar-benar persis. Bahkan sketsa patung singanya juga terlihat sangat nyata.

"Apakah aku sehebat ini dalam menggambar sketsa?" gumam Skyra yang kagum dan bangga dengan kemampuannya sendiri.

Selanjutnya gambar malam hari. Makan malam keluarga. Naviera dan Lareina tidak terlalu disorot dalam gambar sketsa tersebut. Seolah fokusnya sengaja untuk Finnegan dan Skyra.

Skyra membuka lembar selanjutnya. Terlihat sebuah sketsa ruangan kamar di mana Finnegan berkacak pinggang. Mulutnya terbuka seolah sedang berbicara.

"Kenapa kau tidak membawa obatnya? Kau lupa atau memang sengaja?"

Skyra seolah mendengar Finnegan mengatakan itu. Ia membuka halaman selanjutnya. Terlihat sketsa wajah Skyra yang khawatir.

"Aku benar-benar lupa obatnya tidak dimasukkan. Kau terlalu terburu-buru untuk pindah ke mari. Bahkan aku melupakan beberapa alat menggambar." Seolah sketsa Skyra mengatakan itu.

Di gambar selanjutnya terlihat gambar Finnegan mendekat dan sepertinya sedang memaksa Skyra untuk melakukan hubungan seksual dengannya.

══════════ ꧁꧂ ══════════

Karya asli Ucu Irna Marhamah
21.33 | 9 Agustus 2017

Follow instagram @ucu_irna_marhamah
@novellova

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang