꧁ Part 134 ꧂

983 43 0
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Siang itu di Gedung Adiwijaya Group.

Finnegan sedang berdiri di balkon. Ia memegang botol vodka di tangannya. Terlihat Arkenzie juga ada di sana pria itu berdiri di samping Finnegan.

"Kedatanganmu dengan Skyra ke pesta di mansion cukup mengejutkanku. Sepertinya kalian sedang merencanakan sesuatu," ujar Arkenzie.

"Skyra hanya ingin berkunjung ke rumah saudaranya. Apakah ada yang salah?" sahut Finnegan.

Arkenzie memijit pelipisnya. "Skyra dan adikku yang lainnya membicarakan omong kosong. Semua itu membuatku sakit kepala."

Finnegan tidak menanggapi.

Arkenzie menatap pria di sampingnya itu. "Finnegan, aku harap kau mengendalikan Skyra dengan baik seperti dulu."

Finnegan balik menatap Arkenzie. "Aku tidak akan pernah mengendalikannya."

Finnegan kembali teringat dengan masa lalu di mana dia mengintimidasi Skyra agar menuruti segala keinginannya. Dalam keterpaksaan, Skyra hanya bisa diam dan menurutinya.

"Dia bukan boneka. Dia manusia. Dia istriku, ibu dari anak-anakku. Aku tidak akan pernah mengendalikannya seperti robot. Aku sangat menghormati Skyra," kata Finnegan.

Arkenzie mendecih. "Kau mengatakan itu setelah apa yang kau lakukan padanya? Menyedihkan." Ia melenggang pergi.

Finnegan mengepalkan tangannya geram.

Sore harinya, Finnegan pulang. Ia melihat Skyra sedang duduk di tepi kolam. Ia menemani serta mengawasi Naviera dan Lareina yang sedang berenang.

Semenjak mengetahui apa yang terjadi di masa lalu, Skyra menjadi lebih perhatian pada kedua putrinya. Ia ingin menebus kesalahannya di masa lalu dengan menjadi ibu yang baik.

Finnegan menatap punggung istrinya. "Kau sudah menjadi ibu yang baik bagi anak-anak. Kau juga sudah berusaha menerimaku dan memberikanku kesempatan. Kau menjadi istri yang baik. Sekarang, aku juga ingin berusaha menjadi suami yang lebih baik lagi. Terima kasih, Skyra," ucapnya dalam hati.

Lareina menyadari kehadiran ayahnya. "Ayaaah!"

Finnegan tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum hangat. "Ayah pulang. "

Skyra menggeser duduknya. Finnegan pun duduk di samping istrinya.

"Kalian bersenang-senang?" tanya Finnegan.

"Iya!" sahut Naviera dan Lareina bersamaan.

Malam harinya.

Finnegan dan Skyra sedang sibuk mencari petunjuk siapa pembunuh Fionella yang sebenarnya. Mereka sedang berada di ruang kerja Finnegan.

"Sebelum Fionella pergi ke pesta di mansion Danuarga, apakah dia bicara atau bertemu denganmu sebelumnya?" tanya Skyra sembari membuka satu per satu dokumen di meja.

"Pagi itu, Fionella mengatakan kalau dia akan pulang terlambat karena ada pelajaran tambahan. Hanya itu," jawab Finnegan.

Skyra tampak berpikir. "Bagaimana caranya Fionella bisa berada di pertambangan batubara keluarga Danuarga yang jaraknya cukup jauh dari mansion. Apakah pembunuhnya sempat membawanya ke tempat lain, atau bagaimana?"

Finnegan tampak berpikir. "Dari CCTV yang berhasil diretas waktu itu, Fionella memasuki taksi yang membawanya pergi dari mansion Danuarga. Sepertinya Fionella langsung dibawa ke pertambangan batubara, lalu diperkosa oleh lima bajingan itu, kemudian dibunuh.

Tempat ditemukannya mayat Fionella jaraknya cukup jauh dengan tempat dia diperkosa. Ya, meski lokasinya masih di tempat pertambangan batubara. Itu memang agak aneh."

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang