꧁ Part 108 ꧂

1K 41 0
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Keesokan paginya. 

Finnegan terbangun saat mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi. Ia bangkit untuk duduk. 

"Skyra?" panggil Finnegan. 

"Iya?" sahut Skyra. 

"Apakah masih sakit?" tanya Finnegan. 

"Tidak terlalu," jawab Skyra. 

Finnegan kembali merebahkan tubuhnya. Ia menatap langit-langit kamar. 

Tak lama kemudian, Skyra ke luar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya. 

Finnegan beranjak dari ranjang dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. 

Setelah mandi, Finnegan ke luar dari kamar mandi. Ia tidak melihat Skyra di kamar. Pria itu segera berpakaian. 

"Skyra? Sayang?" Finnegan menuruni tangga menuju lantai satu. Ia melihat pintu utama terbuka. 

Skyra berdiri di beranda rumah. Terlihat tumpukan salju di halaman rumah, di atap tetangga, dan di jalanan. 

"Dia sedang melihat tumpukan salju, ya?" Finnegan menghampiri istrinya. 

Skyra memegangi kedua pipinya yang memerah. 

"Kau kenapa? Kau baik-baik saja?" tanya Finnegan. 

"Semalam...." Skyra tidak melanjutkan kata-katanya. 

"Semalam apa?" Finnegan menyentuh bahu istrinya. 

Terlihat dua orang wanita paruh baya melewati rumah mereka. Tampaknya kedua orang itu baru saja kembali dari pasar. Mereka melirik ke arah Skyra dan Finnegan sembari berbisik-bisik dan tertawa kecil, kemudian memasuki rumah masing-masing yang bertetangga dengan rumah sewaan Finnegan. 

"Ada apa dengan mereka?" gumam Finnegan. 

Skyra mendongak menatap wajah suaminya. "Apakah semalam... aku terlalu berisik?"

Finnegan termenung. "Oh, aku baru ingat! Dinding rumah ini tidak kedap suara!"

Skyra menutup mulutnya dengan kedua tangan. 

"Oh, ayolah, mereka tahu kita pengantin baru," hibur Finnegan. 

"Ah, memalukan!" Skyra menutup wajahnya. 

"Bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan?" ajak Finnegan. 

Finnegan membawa Skyra berkeliling di Osaka dengan mobil yang juga ia sewa. 

Skyra terlihat imut memakai jaket tebal, syal, penutup kepala, dan sarung tangan. Ia seperti bayi besar. Pipi dan wajahnya memerah karena suhu terasa begitu dingin. 

Finnegan hanya memakai jaket tebal dan sarung tangan. 

"Tuan Adiwijaya, apakah kau sering pergi ke luar negeri?" tanya Skyra. 

Finnegan menoleh sebentar pada istrinya. "Kadang-kadang. Itu pun kalau ada urusan bisnis. Sebenarnya aku tidak pernah meninggalkan perusahaan. Aku bos besar yang selalu datang tepat waktu. 

Tapi, semenjak ada dirimu, aku jarang mengontrol perusahaan secara langsung. Ternyata menyenangkan juga menjadi orang biasa yang santai."

Skyra mencerna ucapan Finnegan. "Kudengar dari Kak Natasha kalau kau tumbuh besar di Eropa, Tuan Adiwijaya."

Finnegan bercerita, "Iya, mendiang ibuku orang Swedia. Aku juga sempat tinggal dan menempuh pendidikan di sana. Dulu aku tinggal bersama mendiang nenek dari pihak Ibu. Namun karena ayahku meninggal, aku kembali ke Indonesia dan menggantikannya mengurus perusahaan utama. 

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang