꧁ Part 077 ꧂

1.8K 86 8
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Di sebuah kamar, terlihat sepasang manusia tanpa busana yang terbalut dalam selimut. Mereka adalah Arkenzie dan Lita. 

Ponsel di nakas berdering. Arkenzie terbangun. Ia mengambil ponselnya itu lalu mengangkat panggilan tersebut. 

"Kakak, aku sudah di depan apartemenmu," suara Adistya dari seberang sana. 

Arkenzie terkejut mendengarnya. Ia melirik ke arah Lita yang masih terlelap di sampingnya. 

"Sebentar." Arkenzie menutup panggilannya, kemudian ia beranjak dari ranjang dan memakai jubah tidur. Terdapat tato ular yang memanjang dari punggung ke bahu dan dada kanan Arkenzie. 

Di depan pintu apartemen, Adistya terlihat berdiri menunggu pintu dibuka. 

Tak lama kemudian, Arkenzie membuka pintu. "Masuk."

Adistya pun masuk mengikuti kakaknya. "Katanya sibuk. Tapi, Kakak terlihat sangat santai." Ia menatap kakaknya curiga. 

"Yeah, begitulah," jawab Arkenzie acuh tak acuh. "Dari mana kau tahu alamat apartemenku yang ini?" 

"Kakak tidak perlu tahu dari mana aku mengetahuinya." Adistya mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Perhatiannya tertuju pada sneaker putih di rak. 

Adistya kembali menatap pada Arkenzie. "Apakah Skyra berkunjung? Dia di sini?" 

"Tidak, sekarang dia sudah sepenuhnya milik Finnegan. Jadi, dia tidak mungkin datang ke mari tanpa seizin Finnegan," ujar Arkenzie. 

Adistya menyipitkan matanya. Ia kembali bertanya, "Ngomong-ngomong, apakah Kakak tidak merasa bersalah telah menyerahkan Skyra pada pria Adiwijaya itu demi hubungan baik keluarga?"

"Apa yang bisa aku lakukan, Adistya. Semuanya aku lakukan demi Danuarga dan juga demi dirimu," sahut Arkenzie. 

Adistya menunduk. "Apakah Kakak juga akan melakukan hal yang sama padaku jika ada orang lain yang menginginkanku?"

"Itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan pernah menyerahkanmu pada siapa pun," kata Arkenzie cepat. 

"Apakah Kakak menyayangiku?" Adistya mendongak menatap kakak tertuanya. 

"Tentu saja," balas Arkenzie. 

Hening. 

"Aku akan membawa minuman untukmu." Arkenzie beranjak dari sofa, lalu melenggang pergi ke dapur. 

Adistya bangkit dari tempat duduknya. Ia menuju ke kamar Arkenzie. Terlihat Lita yang masih tertidur. Selimutnya sedikit menyingkap memperlihatkan bagian atas tubuhnya yang telanjang. 

Adistya tidak menujukkan ekspresi apa pun. Ia segera kembali ke ruang tamu sebelum Arkenzie. 

Arkenzie kembali dengan botol minuman dan dua buah gelas. Pria itu meletakkannya ke meja. 

"Apakah Kakak yakin Skyra baik-baik saja bersama Finnegan?" tanya Adistya. 

Arkenzie tampak berpikir. Ia kembali teringat dengan video yang dikirimkan Finnegan padanya. Ditambah lagi waktu video call. 

"Aku tidak tahu," ujar Arkenzie. 

Sementara itu di Rumah Sakit Danuarga. 

Finnegan sedang berbicara dengan dokter. 

"Kondisi Skyra sudah membaik. Besok dia sudah bisa pulang," kata dokter.

Finnegan menghela napas lega. "Terima kasih, Dokter." 

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang