꧁ Part 024 ꧂

3K 120 0
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Di dapur, Skyra memasak tumis kangkung. Ia juga membuat telur dadar. Pelayan sesekali membatu membawakan bahan yang dibutuhkan oleh nyonya besar mereka.

Skyra teringat akan sesuatu. "Finnegan suka bakwan sayur. Bibi, tolong wortel dan kol."

Setelah selesai memasak, Skyra meletakkan semua makanan yang sudah tersaji di piring ke nampan. Di antaranya ada nasi, tumis kangkung, telur dadar, dan bakwan sayur goreng.

"Nyonya Adiwijaya, apakah Anda membutuhkan bantuan?" tanya pelayan saat melihat Skyra membawa nampan yang cukup besar itu.

"Tidak perlu, terima kasih. Ini sudah malam. Kalian istirahat, ya." Skyra berlalu pergi dengan membawa nampan.

Kedua pelayan itu berbisik-bisik.

"Nyonya Adiwijaya sangat baik, Tuan Adiwijaya sangat beruntung."

"Iya."

"Nyonya Adiwijaya seperti orang yang berbeda setelah mengalami kecelakaan."

"Suttsss, jangan menggosipkan majikan kita, nanti ada yang mendengar dan mengadukannya."

"Iya."

Tanpa mengetuk pintu, Skyra memasuki ruang kerja suaminya. Ia melihat Finnegan yang ketiduran.

"Skyra! Skyra!" Finnegan tiba-tiba berteriak.

Skyra terkejut karenanya. "Finnegan, kau baik-baik saja?"

Finnegan tersentak bangun. Ia melihat ke arah Skyra yang berdiri tepat di sampingnya.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau berteriak-teriak seperti itu? Kau bermimpi buruk?" Skyra meletakkan nampan ke meja.

"Skyra." Finnegan memeluk istrinya. Pria itu melelapkan kepalanya ke perut wanita itu.

Skyra kebingungan dengan tingkah suaminya. "Semuanya baik-baik saja." Ia memeluk dan membelai lembut rambut suaminya.

Finnegan melepaskan pelukannya, lalu mendongak menatap Skyra. "Skyra, berjanjilah kau tidak akan pernah meninggalkanku."

Skyra mengernyitkan dahinya. Ia merasa aneh dan bingung dengan ucapan suaminya itu.

"Skyra," mohon Finnegan.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Bukankah kita sudah mengucap janji suci pernikahan? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar Skyra.

"Aku ingin kau berjanji sekarang," desak Finnegan.

"Finnegan, kau membuatku takut." Skyra terlihat risih.

Finnegan membuang napas kasar. Mimpi buruk barusan mengganggu pikirannya. Ia tidak ingin kehilangan Skyra. Ia tidak ingin Skyra pergi.

Skyra menangkup wajah suaminya. "Aku tidak mengira kau bisa semanja dan serewel ini. Tuan Adiwijaya yang tegas dan berkharisma bisa bertingkah seperti anak kecil ternyata." Ia menyatukan dahinya dengan dahi Finnegan.

"Jangan panggil aku Tuan Adiwijaya." Finnegan mengalihkan pandangannya.

"Aku hanya meniru bawahanmu. Lagi pula aku hanya akan memanggilmu Sayang," tutur Skyra.

Finnegan menatap istrinya. "Aku tidak ingin kehilanganmu, aku bisa gila," katanya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Mana mungkin aku meninggalkan orang yang aku cintai," ucap Skyra seraya menatap lekat wajah suaminya di jarak sedekat itu.

"Skyra."

"Hmm?"

Finnegan mengecup lembut bibir Skyra. Ia menarik istrinya itu agar duduk di pangkuannya. Mereka berdua berciuman mesra. Lidah mereka bertemu dan saling bertukar saliva.

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang