꧁ Part 040 ꧂

2.3K 95 1
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Perlahan kedua mata Skyra terbuka. Ia mendapati dirinya berada di dalam kamar bercat abu-abu. Sebuah ruangan yang tidak ia kenali.

Skyra bangkit untuk duduk, tapi kepalanya terasa berat. Pandangannya masih berkunang-kunang. Ia memegangi kepalanya.

"Di mana aku?" gumamnya.

Terdengar suara pintu yang dibuka.

Skyra melihat ke arah pintu. Seorang pria memasuki ruangan. Skyra tidak bisa melihat jelas siapa pria itu yang tidak lain adalah Finnegan.

"Kau sudah bangun?" Finnegan menyeret kursi ke samping ranjang. Ia duduk di kursi tersebut dan sedikit mencondongkan tubuhnya menatap Skyra.

"Kau siapa?" tanya Skyra waspada.

Finnegan tidak menjawab. Ia masih menatap Skyra yang agak linglung. Finnegan membatin, "Apakah obat biusnya berdosis tinggi?"

"Kenapa aku di sini? Kau yang membawaku ke mari?" tanya Skyra.

"Aku ingin mendengar lebih banyak darimu, tapi sepertinya kau belum sadar sepenuhnya." Setelah berkata demikian, Finnegan berlalu pergi meninggalkan ruangan.

Skyra kembali terkulai di ranjang. Ia menatap langit-langit kamar yang terlihat bergoyang-goyang.

Keesokan paginya.

Dua pelayan dan beberapa bodyguard dipanggil oleh Finnegan ke rumah utamanya.

"Siapa namamu?" Finnegan bertanya pada kedua pelayan di depannya.

"Nama saya Helga."

"Nama saya Emma."

Finnegan menjelaskan, "Kalian berdua bertugas memasak dan merawat seseorang. Fokuslah dengan tugas tersebut. Urusan membersihkan rumah adalah tugas dari karyawan pembersih yang akan datang ke mari setiap 7 hari sekali, paham?"

"Dimengerti, Tuan," jawab kedua pelayan itu.

Finnegan beralih pada para bodyguard-nya. "Kalian sudah tahu gadis yang waktu itu, kan? Karena kalian pernah lengah sampai-sampai dia masuk melewati gerbang yang terkunci, bisa jadi dia akan melakukan hal yang sama, menyelinap ke luar tanpa ada yang melihatnya."

"Dan mungkin saja Skyra lebih jago menyelinap untuk kabur karena dia sering diculik sebelumnya. Jadi, dia sudah berpengalaman," sambung Finnegan dalam hati.

"Jadi, jangan biarkan ada celah sedikit pun di rumah ini." Finnegan mengakhiri perkataannya.

Para bodyguard menjawab serentak, "Baik, Tuan."

Skyra terbangun. Ia terlihat sedikit lebih baik sekarang, meski kepalanya masih agak pusing.

"Seseorang telah menculikku." Skyra bangkit dari ranjangnya dan bergegas menuju ke pintu. Ditariknya knop pintu tersebut, tapi tidak kunjung terbuka.

Skyra melihat ada pemindai sidik jari di pintu. "Apakah ini kamar atau kamar kos? Kenapa ada pemindai sidik jari di sini?"

Skyra beralih ke jendela. Dibukanya gorden putih yang menutupi kaca jendela yang lebar dan tinggi itu. Ternyata ada teralis besi yang terpasang di jendela di kamar tersebut.

Tidak habis akal, Skyra mencari jalan ke luar lain. Ia membuka pintu kamar mandi yang merangkap dengan ruangan itu. Tidak ada jendela yang dibuka. Semua kacanya permanen.

"Apakah orang yang menculikku adalah musuh Kakak? Atau musuh Danuarga?" gumam Skyra. Wajah Finnegan semalam terbayang dalam benaknya.

Skyra mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sebuah ruangan yang cukup luas. Ranjang berukuran besar, ada empat lemari, satu set sofa, TV, meja dan kursi, meja rias, dispenser air, dan sebuah kamar mandi yang cukup nyaman dengan segala fasilitasnya.

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang