꧁ Part 119 ꧂

1.1K 61 5
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Finnegan telah kembali dari kantor. Ia memasuki kamarnya dan mendapati Skyra sedang menjaga Naviera. Keduanya duduk di ranjang. 

"Navieraku sayang." Finnegan menggendong bayinya. Tampaknya Naviera senang digendong ayahnya. Ia bertepuk tangan. 

Skyra beranjak dari tempat tidur, kemudian berlalu pergi. 

Malam harinya. 

Naviera sudah tertidur lelap di ranjang bayi, sementara Finnegan sedang sibuk di ruang kerjanya. 

Terdengar suara ketukan di pintu. 

"Masuk," suruh Finnegan. Ia membuka kunci sidik jari pintu ruang kerjanya dengan otomatis lewat sistem di komputer keamanan. 

Skyra membuka pintu dan masuk. Ia melihat Finnegan duduk di kursinya dan mengotak-atik komputer. 

Dari layar komputer yang mati di samping komputer yang ia gunakan, Finnegan melihat bayangan Skyra yang berdiri di belakangnya. 

"Ada yang ingin kau katakan?" tanya Finnegan. 

"Aku mau pergi sekarang. Kesepakatan kita sudah usai," ucap Skyra. 

Finnegan menghentikan aktivitasnya setelah mendengar perkataan istrinya. 

"Aku sudah memesan tiket pesawat secara online untuk pergi ke Los Angeles. Ada rumah mendiang nenek di sana. Aku bisa tinggal di rumah itu," ucap Skyra. 

Finnegan menghela napas panjang. 

"Tapi, tolong antarkan aku sampai bandara sebelum terlambat," kata Skyra. 

Finnegan beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Skyra. Melihat sikap suaminya yang agak mencurigakan, Skyra mundur. 

Finnegan menyentuh bahu Skyra. "Ada masalah di kantor sipil. Surat cerai kita belum selesai dibuat," ucapnya. 

Skyra menyahut, "Itu bisa menyusul, tapi tiketnya...."

"Aku akan mengantarkanmu ke Los Angeles dengan jet pribadiku," potong Finnegan. 

Skyra menyela, "Tapi, aku mau pergi sekarang. Aku...."

"Skyra!" bentak Finnegan. 

Skyra tersentak kaget dengan bentakan suaminya. Ia pun mendadak diam. 

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu," ucap Finnegan datar. 

Skyra kecewa mendengar ucapan suaminya. "Apa? Kau mau mengingkari kesepakatan yang sudah kita buat?" 

"Maaf, Skyra. Aku benar-benar tidak bisa kehilangan dirimu. Kau adalah cinta pertama dan terakhirku. Jadi, tetaplah di sini bersamaku, bersama Naviera," bujuk Finnegan. 

Skyra menggeleng. "Kau pasti sudah gila."

"Ya, aku gila karenamu, Sayang." Finnegan menunduk menyatukan keningnya dengan kening Skyra. 

Skyra mendorong dada Finnegan. "Pesawatnya akan segera lepas landas. Aku tidak punya waktu untuk ini."

Finnegan melonggarkan dasinya, lalu ia mendorong Skyra hingga terduduk di kursi kerjanya. "Bagaimana jika kita membuat adik untuk Naviera?"

Kedua mata Skyra membelalak lebar. Ia menggelengkan kepala. "Tidak! Aku tidak mau! Biarkan aku pergi dari sini, Finnegan! Kumohon!"

Keesokan paginya. 

Terlihat Skyra yang tertidur di sofa dalam ruang kerja Finnegan. Wajahnya terlihat lelah dalam tidurnya, rambutnya acak-acakan, kancing teratas bajunya terbuka, roknya juga menyingkap mengekspos pahanya yang putih mulus. 

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang