══════════ ꧁꧂ ══════════
"Adistya...." Arkenzie menggelengkan kepala menghindari ciuman adiknya, tapi Adistya menangkup wajah Arkenzie dan memperdalam ciumannya.
Tangan Arkenzie bergerak menyentuh punggung Adistya. Ia mengusap lembut punggung dan rambut adiknya itu. Perlahan Arkenzie membalas ciuman Adistya. Ia membuka mulutnya membiarkan adiknya bermain-main dengan lidahnya.
Tangan Adistya bergerak menyentuh kejantanan Arkenzie yang menegang di balik celananya.
Arkenzie segera menyingkirkan tangan adiknya yang nakal. "Tidak! Kau tidak boleh melakukan ini." Ia mendorong Adistya agar menjauh darinya.
Adistya mengelap bibirnya yang basah karena ciuman barusan. "Kenapa tidak boleh? Lalu, kenapa semalam Kakak melakukannya?"
"Aku tidak melakukan apa pun padamu! Aku tidak mengingatnya sama sekali. Kau pasti berbohong," sanggah Arkenzie.
Adistya terdiam. "Iya, aku berbohong. Sebenarnya yang barusan adalah ciuman pertamaku. Ciuman pertama kita."
"Apa kau bilang?!" Arkenzie menautkan alisnya.
"Semalam Kakak membutuhkan teman tidur, kan? Jadi, aku datang untuk menemani Kakak tidur," ucap Adistya sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain karena tidak berani menatap kakaknya.
"Kau belajar dari mana? Cara ciuman seperti itu dan menyentuh... seperti itu?" tanya Arkenzie.
"Aku menontonnya di laptop Kak Marcel," jawab Adistya pelan.
"Bocah sialan itu," geram Arkenzie. Ia membayangkan wajah Marcel yang menyebalkan sedang menonton film biru.
Adistya menggenggam tangan Arkenzie. "Jangan marah, Kak. Aku melakukan ini karena karena... aku pikir... aku bisa mengatasi kesepian yang Kakak rasakan."
"A-apa kau bilang?!" Arkenzie melotot mendengar jawaban adiknya.
Adistya mendongak menatap Arkenzie. Wajahnya sudah memerah. "Aku mencintai Kakak," ucapnya.
Arkenzie membeku mendengarnya. Meskipun Adistya sangat cantik, Arkenzie tidak memiliki perasaan cinta pada adik kandungnya sendiri. Meski ia terangsang karena perilaku adiknya barusan.
"Kau pasti mabuk. Kembali ke kamarmu," kata Arkenzie.
"Aku tidak mabuk. Aku benar-benar mencintai Kakak," gerutu Adistya.
Arkenzie membuang muka. "Ke luar dari kamarku."
Adistya yang kesal pun memilih untuk pergi sembari menghentakkan kakinya di setiap langkah.
Arkenzie membuang napas kasar. "Seperti benar. Keluarga Danuarga terkena kutukan. Setiap anggota keluarga ada saja penyakitnya." Ia mengusap kasar rambutnya.
Suatu hari.
Arkenzie menaiki tangga menuju ke kamarnya. Saat melewati kamar Skyra, ia berhenti karena pintu itu sedikit terbuka. Arkenzie mendekat ke pintu dan melihat Skyra yang tampaknya sudah tumbuh remaja sedang meletakkan piala di rak.
Terlihat ada beberapa piala, medali, dan juga piagam yang dipajang di kamarnya. Arkenzie baru menyadari hal tersebut.
"Aku tidak bisa melihat nama penghargaannya," batin Arkenzie sembari menyipitkan matanya. Ia melangkah semakin dekat hingga tak sengaja ujung sepatunya membentur pintu.
Skyra terkejut dan menoleh ke pintu. Ia melihat Arkenzie berdiri di sana. "Kak Kenzie."
"Maaf mengganggu." Arkenzie menjadi salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NYCTOPHILE
Romance══════════ ꧁꧂ ══════════ Nyctophile Karya Ucu Irna Marhamah ══════════ ꧁꧂ ══════════ Setelah mengalami kecelakaan mobil, Skyra akhirnya siuman. Namun, ia tidak mengingat apa pun yang terjadi dengan masa lalunya. Ia tidak ingat kecelakaan yang dial...