══════════ ꧁꧂ ══════════
Kondisi Skyra semakin menurun. Selama tiga hari berturut-turut, Sinta mendatangi rumah Adiwijaya karena mendapatkan telepon dari Finnegan untuk memeriksa kondisi Skyra. Pria itu sangat mengkhawatirkan istri dan bayinya.
Setelah selesai memeriksa Skyra, Sinta berbicara dengan Finnegan di luar ruangan.
"Bisakah kau memberikannya semangat? Lakukan sesuatu yang membuat suasana hatinya baik. Bicaralah dengannya. Bangun komunikasi yang baik. Suasana hati ibu hamil dan juga kesehatan mental sangat berpengaruh pada kondisi kehamilannya. Bukankah kau menyewa jasa psikolog?" kata Sinta.
"Iya, aku akan berbicara padanya," kata Finnegan. "Ngomong-ngomong, aku memang menyewa psikolog. Tapi, Skyra diam saja saat psikolog berbicara padanya. Mau bagaimana lagi?"
Sinta berkacak pinggang. "Aku sangat benci mendengar pria mengatakan, 'Mau bagaimana lagi?'. Itu adalah kalimat pria yang mudah menyerah dan tidak berusaha mencari jalan ke luar. Lakukan segala cara untuk membuat suasana hati Skyra menjadi baik. Apa pun itu."
Finnegan menganggukkan kepala. "Baik, baik, aku akan berusaha."
Setelah Sinta pergi, Finnegan memasuki kamar. Ia melihat Skyra sedang duduk di tepi ranjang sembari memegang perutnya yang buncit. Itu adalah pemandangan yang langka. Biasanya Skyra tidak peduli pada janinnya.
Finnegan duduk di samping istrinya.
Skyra bersuara, "Jika menculikku adalah untuk membalaskan dendam atas kematian Fionella. Kau benar-benar berhasil. Aku menderita sampai seperti ini. Fionella pasti tenang di alam sana."
Finnegan tidak mengharapkan kalimat itu. Ia memang bersedih dalam waktu yang lama atas kematian Fionella, adiknya. Namun, perasaannya pada Skyra tidak ada hubungannya dengan itu.
Sejak awal, Finnegan tidak berniat melukai Skyra. Ia hanya ingin mendesak Arkenzie agar mengakui perbuatannya. Ya, meski akhirnya terbukti kalau yang memperkosa dan membunuh Fionella bukanlah Arkenzie.
"Kau tidak ada bedanya dengan Arkenzie. Bahkan mungkin kau lebih buruk lagi." Skyra mengalihkan pandangannya.
"Baiklah." Finnegan membuang napas kasar. "Aku akan melepaskanmu setelah kau melahirkan bayiku."
Kedua alis Skyra terangkat mendengar itu. Ia kembali menatap pada Finnegan.
"Kau akan membuat surat cerai dan membiarkanku pergi?" tanya Skyra yang terlihat begitu senang.
Finnegan mengangguk lemah.
"Ini kesepakatan, kan? Kau harus menepati janjimu." Skyra mengulurkan tangannya.
Finnegan menatap uluran tangan Skyra. Ia pun bersalaman untuk mengesahkan kesepakatan yang mereka buat.
Di waktu yang telah ditentukan.
Skyra terbaring di atas ranjang. Ia sudah memakai pakaian khusus, begitu pula dengan beberapa perawat yang menyiapkan segala peralatan mereka untuk membantu persalinan.
Dalam prediksi Sinta, hari ini Skyra akan melahirkan. Dokter wanita itu belum bisa memastikan kapan jam tepatnya Skyra melahirkan.
Finnegan berdiri di depan ruangan. Ia menunggu dengan harap-harap cemas. Selain mengkhawatirkan kondisi Skyra, ia juga mengkhawatirkan kondisi bayi mereka.
Pintu terbuka, muncul kepala Sinta dari balik pintu. "Finnegan, pakai pakaian khusus, lalu bantu aku."
"Bantu apanya? Aku tidak tahu harus melakukan apa, aku bukan dokter," kata Finnegan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NYCTOPHILE
Romance══════════ ꧁꧂ ══════════ Nyctophile Karya Ucu Irna Marhamah ══════════ ꧁꧂ ══════════ Setelah mengalami kecelakaan mobil, Skyra akhirnya siuman. Namun, ia tidak mengingat apa pun yang terjadi dengan masa lalunya. Ia tidak ingat kecelakaan yang dial...