꧁ Part 121 ꧂

1.1K 58 4
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Naviera berjalan kecil menghampiri ranjang di mana Skyra terbaring. Ia menatap ibunya yang terlihat cantik dan tenang ketika tertidur. Naviera menyentuh wajah ibunya. Bayi berusia satu setengah tahun itu mengangkat tangan Skyra, lalu ia tidur dalam pelukan ibunya. 

Finnegan ke luar dari kamar mandi sembari mengancingkan kemejanya. Ia melihat Naviera yang tertawa senang karena tertidur dalam pelukan ibunya. Finnegan hanya tersenyum melihatnya. 

Naviera sering bermanja-manja pada Skyra. Ia ingin diperhatikan oleh ibunya itu meski Skyra selalu cuek padanya. 

Tak terasa usia kehamilan Skyra menginjak bulan ke-6. Finnegan rutin memeriksakan kondisi Skyra ke dokter kandungan andalan, Sinta Danuarga. 

"Sepertinya kali ini Skyra juga akan melahirkan bayi prematur," kata Sinta. 

Finnegan terlihat khawatir. 

"Tapi, mungkin yang sekarang ini bayinya akan lahir pada usia 8 bulan," sambung Sinta. "Kondisi psikis Skyra sangat tidak baik. Aku sarankan agar kau melakukan sesuatu untuk membuat Skyra senang."

"Apa yang bisa membuatnya senang?" tanya Finnegan. 

"Mana kutahu. Kenapa malah bertanya padaku? Pikirkan sendiri," gerutu Sinta. 

Finnegan tampak berpikir. 

"Kau yang lebih mengenal Skyra. Jelas-jelas kau tahu apa yang dia sukai dan dia benci. Aku juga bukan psikolog yang bisa memberikan penanganan psikis padanya," kata Sinta. 

"Yang dia sukai adalah menggambar dan melukis. Dan yang pasti dia membenciku," ujar Finnegan. 

"Ya, aku pun membencimu, apalagi Skyra. Sudah pasti dia lebih membencimu," gumam Sinta. 

Pagi itu, Skyra sedang menggambar sketsa vas bunga di kamarnya. Pintu kamar Skyra sedikit terbuka. Tampaknya Finnegan tidak lagi memasang pemindai untuk mengunci otomatis pintu kamar Skyra. 

Terlihat kepala Naviera muncul dari balik pintu. Bayi perempuan itu memperhatikan apa yang dilakukan oleh ibunya. Ia pun masuk dan menghampiri Skyra. 

Skyra mendongak menatap Naviera yang juga menatap padanya. 

Tanpa disuruh, Naviera duduk di pangkuan ibunya itu, lalu memeluknya. 

Skyra melanjutkan aktivitasnya menggambar sketsa di kertas gambar. 

"Ibu, Ibu." Naviera tidak mau diam dalam pangkuan ibunya. Ia terus saja bergulir dan menggangu Skyra yang tetap saja mengabaikannya. 

"Kakak."

Skyra terkejut mendengar suara itu. Ia menoleh ke pintu. Terlihat seorang laki-laki berdiri di sana. 

"Alvin." Skyra menurunkan Naviera dari pangkuannya, kemudian ia berlari dan memeluk adiknya itu. 

Alvin membalas pelukan kakaknya. "Kak Skyra."

Naviera melihat ibunya yang berpelukan dengan Alvin. 

Skyra tidak bisa membendung air matanya. "Apakah ini mimpi? Jika iya, aku tidak mau bangun." Ia mengeratkan pelukannya.

"Ini bukan mimpi, Kak," sanggah Alvin. 

Skyra melepaskan pelukannya. Ia menangkup wajah adiknya. Sekarang Alvin terlihat lebih tinggi dan lebih dewasa. 

Alvin melihat perut buncit Skyra. "Apakah si berengsek itu berbuat kasar pada Kakak?" tanyanya. 

Skyra mengalihkan pandangannya tanpa memberikan jawaban. 

NYCTOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang