83. Sekolah menengah pertama

690 121 14
                                    

Jeno menatap Jaemin yang baru menuruni anak tangga dengan semangat. Seragam khas SMP ditubuhnya benar-benar mengingatkannya pada saat ia mengantar sang adik ke sekolah waktu itu.
"Papa?"

"H-hm? Duduk cepet. Sarapan"
Jaemin mengangguk lalu segera duduk dan menghabiskan sarapannya. Ditemani oleh Jeno yang sudah lebih dulu selesai sarapan.
Xiyeon tidak ada dirumah sejak dua hari yang lalu, Jaemin sedikit kecewa karena mamanya tidak bisa ikut menemaninya ke sekolah, hari pertama di SMP. "Habisin cepet, nanti telat"

"Mama pulang hari ini kan?"

"Iya, makanya cepet sarapannya. Biar cepet ke sekolah terus nanti cepet pulang"

***

"Kau tau, kau adalah teman terlama yang aku punya"Chenle menunjuk Jaemin dengan pensil ditangannya, terhitung sejak mereka berada di taman kanak-kanak dan sampai detik ini mereka masih bersama.
"Kau tau, aku bosan melihatmu"

"Apa-apaan kau.."Jaemin tertawa, melihat Chenle yang marah benar-benar menyenangkan. Sedikit info Jaemin lulus dengan nilai terbaik di sekolahnya, hebat kan?

"Mama mu udah ngasih jawabannya?"

Jaemin menggeleng, "belum. Sepertinya aku tidak akan diizinkan"

"Kamu masih bisa bermain denganku dan Daegal kan?"
Jaemin mengangguk semangat, saat itu juga bel berbunyi. Hari pertama menjadi siswa SMP dimulai sekarang.
Jaemin juga tidak terlihat kesulitan mengikuti pelajaran, kelasnya lebih tenang dibandingkan saat sekolah dasar.

"Jaemin, nanti istirahat bareng ya?"

***

"Mama udah pulang?"
Yang ditanya mengangguk, melirik Jaemin yang terlihat senang. "Seneng banget kayaknya"

"Hehe.."Jeno mengulum senyumnya, penasaran dengan reaksi Jaemin saat sampai di rumah nanti. Sengaja ia melambatkan laju mobilnya dari biasanya membuat Jaemin sesekali meminta Jeno untuk menambah kecepatannya.
"Bagaimana sekolahnya?"

"Ya.. namanya sekolah, hampir sama kan?"

"Iya sih.."Jaemin menggelengkan kepalanya, sepertinya ayahnya ini kehabisan topik pembicaraan.
Saat mobil akhirnya memasuki halaman rumah dan berhenti, Jaemin turun dengan tergesa-gesa entah kenapa. "Mama! Aku pulang!"

Xiyeon yang kebetulan tengah memindahkan channel televisi itu menoleh, tersenyum kearah anaknya. "Hey.. bagaimana sekolahnya? Bagus?"

"Aku sekelas lagi sama Chenle. Gurunya juga baik.."Jaemin memeluk Xiyeon membuat wanita itu keheranan. Ditatapnya sang suami yang juga bingung dengan tingkah laku Jaemin, "ma..tentang puppy itu, boleh gak?"

Senyum Xiyeon pudar, menatap Jaemin serius. "Enggak. Mama gak izinin"

Jaemin yang ceria kini murung. Anak itu melepaskan pelukannya perlahan lalu menatap Xiyeon kecewa. "Ganti baju sana, terus makan"
Xiyeon berdiri lalu memperhatikan Jaemin yang menaiki anak tangga, melakukan 'tos' dengan Jeno diam-diam.
"Siapa namanya?"

"Entah..biar dia saja yang mencari namanya. Mau makan siang dulu?"Jeno mengangguk, memberikan jasnya pada Xiyeon lalu duduk di meja makan. "Mana? Diem-diem aja dia"

Xiyeon mengendikan bahunya, sedetik kemudian teriakan Jaemin menggelegar ke seisi rumah. Jeno tersenyum kecil sembari memakan makan siangnya, membiarkan Jaemin bermain dengan hadiahnya dulu.
Sementara anak itu dikamar sudah memeluk sesuatu yang tiba-tiba ada dikamarnya, menatap hadiah pemberian orangtuanya senang.
"Siapa namamu ya....Daegang?"

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang