59. Hari pertama ujian

727 126 14
                                    

"tenang saja, kamu pasti bisa. Papa doakan"
Jaemin tersenyum. Tidak peduli teman-temannya melihatnya, ia tetap mencium Jeno sebelum berlari menjauh.
Jeno juga segera masuk ke mobil, tangannya meremat setir mobil dihadapannya, pria itu menyaksikan semuanya.
"Aku bilang apa Na...jangan belajar seperti itu lagi.."

Jeno menyandarkan kepalanya pada setir mobil, menabrakkan kepalanya pada benda yang cukup keras itu. "Aku takut Na...aku takut.."

Hampir lima belas menit mobil Jeno tidak kunjung pergi. Ujian Jaemin juga pasti sudah dimulai. Diabaikannya telpon dari sekretaris yang mengirimkan banyak pesan tentang rapat yang harus dihadiri olehnya.
Jeno menangis sekarang, seakan gagal untuk membuat Jaemin tidak seperti dulu lagi. Ditatapnya ponsel miliknya yang terus berdering, Xiyeon juga menelponnya.
"Aku harus apa sekarang...eomma.."

***

Jaemin terlihat tegang sembari mengerjakan ujiannya. Ia ingat saat pagi tadi Jeno membangunkannya, bukan dengan nada yang seperti biasanya. Nadanya lebih dingin dan menusuk, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu menggunakan kata-kata lembut. Apa ia berbuat kesalahan semalam?
"Na Jaemin!"

"A-ah..maaf"Chenle melirik Jaemin disebelahnya, khawatir melihat anak itu lebih pucat dari terakhir ia melihatnya. "Kamu tidak apa-apa?"

Jaemin menggeleng, kembali mengerjakan soal yang diberikan.
"Jangan buat appa malu"
Tak sadar Jaemin meremat pulpen ditangannya erat, semakin sini ucapan yang terasa tidak asing semakin sering ia dengar. "Waktu tinggal 10 menit lagi"

Jaemin menatap gurunya terkejut, ia belum menyelesaikan ujiannya. Tangannya dengan cepat menuliskan setiap jawaban sebelum bel berbunyi, seakan membuat harapannya hancur begitu saja.
"Bu maaf..aku..aku belum menyelesaikan ujiannya..ada beberapa nomor lagi..biarkan aku menyelesaikan nya sebentar saja"

"Kemari kan Na Jaemin"Jaemin memberikan kertas ujiannya dengan tangannya yang bergetar. Menatap kertas ujian yang dibawa oleh gurunya dengan matanya yang berkaca-kaca. "Na..tidak apa-apa.."

Punggungnya bersandar dengan lemah, hasil belajarnya semalaman gagal. Tidak mungkin nanti Jaemin memperlihatkan hasil ujiannya yang sudah dipastikan akan jelek. "Aku... mengecewakan papa ku, Le.."

***

Jeno menggaruk alisnya yang tidak gatal, pusing sendiri menatap pekerjaannya. Ditambah hal tentang Jaemin campur aduk di dalam kepalanya sekarang. "Hey! Haechan datang~kau kenapa?"

Jeno menatap Haechan dengan tidak semangat. Jarinya bergerak lincah menekan setiap huruf di keyboard laptopnya, "ada apa? Kalau ada masalah kasih tau..jangan buat temanmu ini penasaran"

"Chan.."

"Iya?"

"Ingat saat aku bercerita dimana adikku dulu selalu memaksakan diri untuk belajar?"

"Iya. Kenapa?"

"Anakku melakukannya juga"

"Oh tidak mungkin... benarkah?"raut wajah Haechan berubah drastis, semakin terlihat jelas keterkejutannya saat Jeno mengangguk. "Bagaimana kamu tau?"

"Jam sebelas malam. Aku ke kamar Jaemin, aku kira dia sudah tidur tapi...dia masih membaca buku nya"

"Hari ini ujian?"

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang