16. Super Papa (2)

1.5K 197 22
                                    

Matahari sudah mulai menyapa, membangunkan setiap orang dari tidur nya. Kecuali Lee Jeno dan anaknya yang masih betah tidur sembari berpelukan satu sama lain.
Jaemin juga yang biasanya bangun pagi masih memejamkan matanya.
Xiyeon sudah menelpon beberapa kali, berniat untuk membangunkan Jeno karena Jaemin harus sekolah hari ini, jangan lupakan itu.

Dan sepertinya hari ini Jaemin akan izin tidak masuk sekolah dan menghabiskan waktunya dengan tidur.
"Astaga Lee Jeno! Kenapa kalian belum bangun?! Jaemin bisa terlambat nanti"

Jeno spontan membuka matanya dan melirik jam.
"Astaga!"

Jaemin yang terkejut dan bangun tiba-tiba itu menekuk bibirnya lalu menangis.
"Eh? Nana kenapa nangis? Belum terlambat kok ke sekolahnya"

"Gak mau sekolah!"rengek Jaemin menyembunyikan wajahnya di dada Jeno. Nana kecil masih mengantuk ternyata
"Tapi kan hari ini Nana masih sekolah, besok baru libur"

"Gak mau..hiks.."Jeno menatap ayahnya yang juga tidak tau harus apa.
"Izin sehari tidak apa-apa. Jaemin sepertinya masih mengantuk dan aku yakin kepalanya sedikit pusing karena tadi bangun tiba-tiba"

"Yaudah..hari ini Nana gak sekolah dulu. Tapi nanti masuk sekolah ya?"
Jeno memiringkan kepalanya karena Jaemin tidak menjawab. Jaemin sudah kembali tertidur sembari memeluk Jeno.
"Xiyeon juga bilang kalau Jaemin izin saja dulu"

Jong-hoon menaruh ponsel Jeno kembali, menatap Jaemin yang tertidur seperti koala.
"Itu alasan appa kenapa jarang mau mengajak Jaemin pergi pada hari-hari sekolahnya"

"Kemarin dia yang memintanya. Appa tau kan aku tidak bisa menolak apa yang Nana mau"

"Tapi sekali-kali menolak itu perlu, Jeno. Jaemin harus belajar bertanggung jawab walaupun masih kecil, memangnya kamu mau Jaemin jadi manja?"

"Akan kucoba perlahan..aku mau tidur lagi"

"Pantas saja berat badan mu naik, tidur terus"

"Tidak!"

***

Jaemin terduduk di kursi miliknya sembari sesekali terantuk karena masih mengantuk. Jeno memaksanya bangun tadi karena takut Jaemin tidak bisa tidur nanti malam.
"Papa, makan daging.."

Jeno yang tengah memasak pun menoleh, menatap anaknya yang masih setengah tertidur.
"Daging?"

Jaemin mengangguk, mengucek matanya pelan
"Makan daging"

"Papa udah masak loh..gak sayang sama papa?"Jeno mengerucutkan bibirnya saat melihat Jaemin malah menggeleng. Jeno yang sudah selesai masak lalu duduk disebelah Jaemin, saling menatap satu sama lain
"Kalau papa ajak Nana makan daging mau?"

"Mau"

"Kalau Nana mau makan daging harus cium papa dulu"
Jaemin mengerutkan dahinya lalu menangkup pipi Jeno dengan tangan kecilnya
"Pipi papa beda.."

Jaemin kini memegangi pipinya, pipi ayahnya lebih kecil dibandingkan pipi tembam nya
"Nanti juga pipi Nana kayak papa"

"Hehe"setelah tertawa kecil, Jaemin mencium pipi ayahnya lalu memeluk leher Jeno
Yang dipeluk pun hanya tersenyum, tiba-tiba sekali Jaemin memeluknya seperti ini
"Mau duduk disini"pinta Jaemin menepuk paha Jeno, ia lebih memilih duduk dipangkuan Jeno dibandingkan duduk di kursi makan hadiah kakeknya

"Sini"Jeno mendudukkan Jaemin dipangkuannya, menggeser mangkuk berisi nasi untuk Jaemin dan mulai menyuapi Jaemin

***

"Na Jaemin!"seru Jeno sembari mengejar Jaemin yang berlari karena tidak mau mengenakan jaket.
"Oh ayolah..papa tinggal ya?"

"Gak mau!"

"Yaudah sini pake jaketnya eh"Jaemin berlari menghampiri Jeno, sebelum Jeno memakaikan jaket Jaemin kembali berlarian membuat Jeno membulatkan matanya
"Nana.. katanya mau makan daging. Tapi kamu nya gak mau pake jaket. Gak jadi ya?"

"Enggak!"pekik Jaemin heboh lalu berlari menghampiri Jeno. Akhirnya menurut untuk dipakaikan jaket dan beanie berwarna merah
"Kita ke kantor papa dulu sebentar ya?"

***

"Bibi!"panggil Jaemin melambaikan tangannya saat melihat Yuna.
"Halo anak manis, oh iya ini berkas-berkas yang saya maksud"

Jeno menerima beberapa berkas dari Yuna, tak sadar jika Jaemin sudah berlari-lari mengelilingi kantor. Dengan jaketnya yang menutupi jemari kecilnya dan beanie di kepalanya ia tampak menggemaskan sampai-sampai semuanya ingin membawanya pulang.
Jaemin yang melihat seseorang kembali berlari menemui ayahnya, bersembunyi dibalik kaki Jeno

"Eh?"

Jeno berjongkok lalu menatap Jaemin yang kini tidak tersenyum lagi,
"Kenapa?"

Jaemin menggeleng, terlalu sulit untuk menjelaskan karena ia juga tidak tau siapa wanita yang ia lihat itu.
Yuna yang tadi kebetulan mengikuti Jaemin sebenarnya paham kenapa Jaemin bersembunyi seperti tadi, hanya ia ragu untuk memberitahukannya pada atasannya itu.
"Jaemin, papa mau minta tolong. Jaemin tolong ambilkan pulpen di meja itu, ya?"

Jaemin mengangguk dan berlari kecil menuju meja dimana biasanya Yuna berada. Kakinya bahkan sampai berjinjit untuk mengambil pulpen yang berada di meja terlalu tinggi.
"Nana tidak bisa.."

"Paman.. tolong ambilkan itu"pinta Jaemin kecil pada pria yang duduk didekat kursi milik Yuna
"Ini?"

"Iya.. terimakasih"Jaemin tersenyum, memperlihatkan deretan gigi kecilnya lalu berlari lagi menghampiri Jeno yang sedang mengobrol dengan Yuna
"Papa, Nana tidak bisa"

"Gak bisa?"Jaemin mengangguk dengan bibirnya yang mengerucut
"Nana tidak seperti papa"

"Nana nanti juga tinggi kok, nanti bisa ngambil pesawat di langit"

"Nanti Nana mau jadi monster aja. Biar bisa ngambil ini lagi"Jeno tertawa mendengar keinginan si kecil lalu hanya mengangguk. Jaemin yang bosan memperhatikan Jeno pun hanya kembali berlari, terkadang ia duduk di lantai karena lelah lalu kembali berlari

"Papa papa mau itu!"
Yuna lalu mengajak Jaemin menuju mesin minuman karena takut mengganggu Jeno yang tengah menandatangani banyak berkas
"Nana mau yang mana?"

"Yang itu.."Jaemin menunjuk botol berisi minuman berwarna merah. Yuna hanya tertawa jahil lalu memasukkannya uang ke dalam mesin.
"Uangnya kemana?"

"Dimakan sama mesinnya, baru nanti dapet minumannya, ini"Jaemin memeluk botol itu tapi kembali memberikannya pada Yuna untuk meminta tolong dibuka kan.

Jeno yang baru menghampiri Jaemin langsung tertawa melihat raut wajah Jaemin yang aneh karena meminum soda.
"Papa ada semutnya!!"

"Semutnya ada berapa?"

"Banyak! Gak enak!"Jeno menarik tangan kecil Jaemin yang hendak menggaruk lidahnya
"Makanya, kalau masih kecil minum susu aja"

"Papa semutnya masih ada!!"pekiknya heboh sembari menggelengkan kepalanya, lidahnya jadi terasa aneh setelah meminum soda berwarna merah itu.
"Nanti juga hilang, jadi gak makan dagingnya?"

Jaemin buru-buru meminta Jeno menggendongnya walaupun mulutnya masih terasa tidak enak.
"Saya permisi ya"

Yuna mengangguk, melambaikan tangannya pada Jaemin.
"Bibi jangan minum itu.. banyak semut jahat"

[]

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang