Jeno memperhatikan Jaemin yang fokus bermain game di ponsel miliknya. Mengabaikan keberadaan Jeno sejak tadi. Ayah dari Na Jaemin itu pun hanya menatapi anaknya dalam diam, tidak ada niatan memulai obrolan.
"Marga kalian tidak sama"
Ucapan yang sering didengarkan olehnya begitu mereka tahu nama lengkap Jaemin. Bagi Jeno marga tidak terlalu penting, yang penting makna dibalik nama itu.
Ada alasan besar dibalik pemberian nama yang berbeda marga dengannya itu.
Jika dipikir-pikir, marga Jeno, Xiyeon dan Jaemin sebenarnya masing-masing berbeda. Namun Xiyeon jadi sering dipanggil dengan marga milik Jeno setelah menikah kala itu. Sementara Jaemin, setiap Jeno memberi tahu marganya yang bertanya selalu saja bingung, membandingkan marga keduanya,Menyebalkan.
"Lee Jaemin"Jaemin terdiam memandang Jeno aneh. "siapa Lee Jaemin?"
"Kamu"
"Tidak..aku Na Jaemin bukan Lee Jaemin"
"Itu namamu jika memakai marga papa"Jaemin membulatkan bibirnya, mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku hanya mau dipanggil Na Jaemin"
Jeno tersenyum, menggeser tubuh Jaemin ke sebelahnya. Ia ikut menatap game yang tengah dimainkan oleh Jaemin, sesekali ikut berteriak karena Jaemin menang. Tak lama anak manis itu menaruh ponsel Jeno dan beralih memainkan mainannya. "Kenapa?"
"Yang ini lebih seru"
Jeno tersenyum bangga, didikannya selama ini berhasil. Kebanyakan anak-anak seusia Jaemin sudah mulai candu bermain game di ponsel dibandingkan mainan yang dapat mengasah kemampuan motorik halus anak.
"Anak pintar"Ini cara Jeno mendidik Na Jaemin selama ini. Mendidiknya tanpa membuat sang anak merasa diceramahi, mendidiknya seakan anak itu tidak menyadari jika sedang belajar dengan orangtuanya. Mengajarkannya perlahan, tidak memaksakan apa yang seharusnya dilakukan olehnya.
Jeno tidak pernah membatasi ruang gerak Jaemin, dia membiarkan anaknya itu bermain lumpur, bermain hujan bahkan sampai ber-eksperimen dengan bumbu dapur. Dari situ juga Jaemin perlahan belajar sambil mengekspresikan kreativitas nya.Jeno tidak memaksa Jaemin harus bisa membaca saat itu juga, memaksanya harus bisa berhitung begitu diberi soal. Jeno membuatnya menjadi permainan, bermain kata melatihnya untuk membaca. Mengadakan kuis melatihnya berhitung dan banyak hal lainnya lagi. Sampai-sampai Jaemin berkata jika ia tidak ingin sekolah, ia ingin papanya saja yang jadi guru.
Memang inilah Lee Jeno, pria yang begitu lembut pada anak kecil. Banyak orang yang menilai Jeno terlalu berleha-leha mengurus anak, mengajarkannya hal yang tidak penting.
Jika memang tidak penting, tidak mungkin Na Jaemin akan menjadi murid berprestasi di sekolahnya sampai sekarang. Tidak mungkin Na Jaemin tidak akan membuat Jeno dan Xiyeon bangga. Rahasia kecilnya hanya itu, mendidik dengan cara yang berbeda, itu saja.Lee Jeno, pria multitalenta itu seakan bisa menjadi apa saja. Bisa menjadi seorang guru jika Xiyeon belum ada waktu mengajarkan Jaemin pelajaran yang tidak dipahaminya. Menjadi seorang chef yang bisa membuat makanan kesukaan Jaemin. Menjadi seorang supir yang siap siaga mengantarkan Jaemin sampai ke ujung dunia pun. Menjadi pengganti Xiyeon sementara jika wanita itu kelelahan. Menjadi seseorang yang bisa memperbaiki berbagai macam hal.
Bisa menjadi seorang ayah yang begitu hebat, selalu pulang tepat waktu dan menyisihkan waktunya untuk untuk sekedar berbicara dengan Jaemin. Dia juga bisa menjadi teman bagi si kecil Na Jaemin dirumah, menjadi pendengar yang baik dikala anak itu menceritakan tentang hidupnya.Ayah serba bisa ini benar-benar membuat siapapun disekitarnya takjub. Rela menunda pekerjaannya jika sang anak benar-benar butuh dirinya.
Menjadi suami yang bisa Xiyeon andalkan tanpa khawatir.
Menjadi anak yang selalu membuat Jong-hoon tersentuh karena sikap manisnya.
Menjadi menantu yang baik untuk Ji Hee dengan menjaga anaknya selalu.
Menjadi teman yang baik bagi Haechan dan Mark dikala mereka butuh bantuan.
Lee Jeno benar-benar menjadi sosok yang paling berpengaruh diantara mereka, jadi wajar saja jika Jeno sakit mereka semua akan panik, akan khawatir setengah mati lebih dari yang sakitnya.Menjadi kakak yang baik bagi sang adik dulu. Kakak yang benar-benar diinginkan oleh banyak orang. Kakak yang benar-benar membuat sang adik egois, tidak ingin berjauhan.
Xiyeon bahkan kadang bertanya pada Jeno, "kamu lelah tidak?"Dan tidak pernah sedikitpun Jeno mengatakan 'ya', dia selalu bisa menjadi orang yang ada selama 24 jam. Malah Xiyeon jadi benar-benar khawatir jika Jeno sudah banyak yang harus diurus di kantor ditambah jika Jaemin tengah manja padanya. Xiyeon jadi iri melihat Jeno bisa melakukan apa saja sementara dirinya sendiri tidak terlalu banyak memiliki waktu dengan Jaemin.
"Jalani saja, selama kamu bahagia aku tidak apa-apa. Selagi kamu senang dan mampu lakukan saja"
Jeno selalu mengatakan itu jika Xiyeon mulai pesimis. Mulai memiliki keputusan untuk pensiun dari pekerjaannya dan fokus menjadi ibu rumah tangga. Jaemin juga tidak keberatan, anak itu selalu menyemangati Xiyeon tanpa lelah. Mengatakan jika ia bangga punya mama yang seorang dokter terkenal.
Sepertinya Lee Jeno cukup membuat banyak orang iri selama ini."Na..tidur siang yuk?"
"Papa aja, Nana masih mau main"
"Serius? Gak takut ditinggalin?"
"Enggak, papa tidur aja"Jaemin menggerakkan tangannya seakan mengusir Jeno. Sibuk menyusun balok dan mobil mainannya. "Yasudah"
Rumah sepi setelah Jeno pergi ke kamar. Jaemin mula celingak-celinguk menatapi setiap sudut rumahnya. Dengan kecepatan cahaya Jaemin membereskan mainannya, berlari menaiki anak tangga lalu melemparkan tubuhnya sendiri ke atas kasur kamar Jeno.
"Katanya enggak takut, kok kesini? Main lagi sana""Papa kok gitu sih.."omel Jaemin menendangi Jeno. Keduanya jadi berperang bantal dulu sebelum akhirnya merebahkan tubuhnya. Menatap langit-langit kamar yang ditempeli stiker bintang atas permintaan Jaemin. "Papa copot stiker nya ya?"
"Gak!! Gak boleh ihh!!!"
"Eh iya iya..gak gak akan dicopot"Jaemin berhenti memukul Jeno dengan bantal lalu kembali berbaring. Menghitung satu persatu bintang yang ditempel diatas sana.
Jeno sudah tertidur dengan sebelah tangannya memeluk Jaemin, tak terganggu dengan Jaemin yang malah menyanyikan lagu bintang kecil.
Ia menatap Jeno sekilas lalu kembali bernyanyi, suaranya kian memelan begitu rasa mengantuknya juga mulai mengambil alih dirinya. Matanya sesekali terpejam dengan mulut yang masih melantunkan lagu yang dinyanyikannya sejak tadi.Dan tepat jam satu siang, keduanya sama-sama tertidur dengan mimpi mereka masing-masing.
[]
Lapak sebelah masih sepi,
Sedangkan yang ini beuh... notif update cerita yang aku simpen di library sampai tenggelem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana
Fanfic[Sequel dari 'Sweet Night'] Tepat di tanggal 13 Agustus, Seseorang lahir dan menambah cerita dihidup nya. Membuatnya bisa kembali merasakan sosok seseorang yang berharga di hidup nya "Kalian percaya adanya reinkarnasi?" [Cerita yang paling panjang y...