102. I....i.....go away

865 108 21
                                    

"jangan nakal, dengerin kata kakek. Inget masih sakit kamu tuh"
Jaemin hanya mengangguk, matanya lebih fokus ke arah televisi dengan mulut yang penuh dengan makanan. Jong-hoon hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah cucunya itu.
"Tenanglah, dia akan baik-baik saja. Kamu pergi lah, nanti terlambat"

Xiyeon mengangguk, mengecup puncak kepala Jaemin lembut sebelum pergi untuk bekerja. Ya..setelah cuti kemarin karena harus fokus mengurus Jaemin. Jaemin melirik ke luar dimana Xiyeon sudah pergi, ia kembali makan sembari sesekali tertawa menonton acara pagi itu. "Gak bagi-bagi heh..habis sendiri nanti"

Jaemin terkekeh, menyodorkan bungkusan kripik ditangannya pada Jong-hoon yang ikut bergabung menonton televisi. Kakek dan cucu itu menghabiskan waktu bersama sembari tertawa, belum ada tanda-tanda Jaemin lapar mungkin karena terus memakan camilan. "Kamu belum sarapan.. pesan antar aja lah"

"Kakek gak bisa masak?"

"Ey..enak aja. Lagi males aja, mau apa?"

"Ayam goreng? Udang? Atau... entahlah"Jong-hoon mengangguk dan mulai memesan makanan yang diucapkan Jaemin tadi. Mumpung cuma berdua, jika ada Xiyeon atau Jeno mereka tidak pernah membiarkannya membayar sesuatu yang ia beli, selalu saja dibayarkan. Jika tidak ya dipaksa sampai pernah waktu itu Jeno menyembunyikan dompet Jong-hoon diam-diam. "Kamu belum mandi ih, mandi dulu sana sambil nungguin makanannya dateng"

"Siap kapten"

Jong-hoon mematikan televisi begitu Jaemin berlari ke kamar, acara yang ditonton mereka juga sudah selesai. Jong-hoon berada di dapur sekarang, rencananya akan membuat segelas kopi. Kertas yang tertempel di pintu kulkas menarik perhatiannya, sembari mengaduk kopi yang berada di dalam gelas ia membaca kertas itu. Tersenyum kecil karena itu, "astaga...sejak kapan kamu begitu perhatian seperti ini Jeno"

Tulisan itu memang tulisan Jeno yang ditinggalkan sebelum harus pergi untuk kerja diluar kota, kertas dengan tulisan 'semangat! Hari ini pasti akan selesai dengan baik!' itu selalu membuat Xiyeon bersemangat setiap harinya. Begitupun Jaemin yang wajib membacanya sebelum pergi ke sekolah.
Jong-hoon menoleh mendengar ketukan lalu pesan baru muncul dilayar ponselnya. "Ah.. makanannya sudah datang ternyata"

***

Jaemin tersenyum kecil sembari menulis di buku hariannya, anak itu sedang suka menulis akhir-akhir ini. Jika penasaran dimana Daegang, anjing itu berada di rumah So Hee alias nenek Jaemin. Ya karena Jaemin kemarin-kemarin sakit tidak ada yang mengurusnya karena Xiyeon juga kalut dan akhirnya dirawat sementara oleh So Hee.
Ah..Jaemin rindu anak anjing itu.

Matanya melirik jam diatas meja dihadapannya, jam yang sering ia jadikan alarm tiap pagi sengaja ia bawa ke ruang tengah sembari menunggu kedatangan seseorang. Bahkan Jaemin menyelesaikan gambarannya yang tertunda karena sakit. Senyum lebarnya menambah kesan manis pada wajah anak itu, tak heran setiap orang yang melihat senyumannya selalu ikut tersenyum. Senyuman Na Jaemin mampu menghipnotis setiap orang saat melihatnya.

"Jaemin.."

"Ya??"

"I-ikut kakek sebentar ya?"

"Kemana? Jaemin ganti baju dulu ya?"

"G-gak usah, pake jaket aja. Kakek udah ditungguin"Jaemin mengangguk, berlari ke kamar untuk mengambil jaket dan jam tangannya. Jong-hoon sudah berada di mobil, menunggu Jaemin yang masih bersiap-siap. Anak itu muncul dengan topi dikepala nya, ia mengunci pintu lalu naik ke mobil sang kakek. Selama perjalanan pun Jaemin bersenandung sembari sesekali memainkan topi di kepalanya, menyembulkan kepalanya keluar jendela agar bisa merasakan terpaan angin ataupun menghitung mobil-mobil yang lewat.

"Eh?"Jaemin berpikir sejenak kenapa Jong-hoon mengarah ke arah rumah sakit tempat kerja mamanya. "Mama kamu ada perlu sama kamu"

"Kenapa? Ada barang mama yang ketinggalan?"Jong-hoon menggeleng lalu turun dari mobil. Bahu Jaemin dirangkul oleh sang kakek, Jaemin sendiri masih tersenyum sejak tadi karena berkali-kali melihat jam ditangannya. "Mama kamu di dalem, siapa tau penting"

Jaemin mengangguk, sedikit aneh kenapa Jong-hoon tidak ikut masuk. Anak itu terkejut begitu melihat Xiyeon menangis memeluk tubuhnya sendiri diatas lantai. Rambut wanita itu berantakan tidak seperti saat berangkat tadi pagi. "Mama kenapa? Ada yang jahat sama mama?"

Xiyeon tidak menjawab, wanita itu masih menangis histeris sembari memukul kepalanya. Diatas kasur ada seseorang yang berbaring, mungkin itu pasien sang mama. "Mama kenapa sih? Mama kenapa nangis kayak gini? Ma-"

Jaemin mematung. Ia mengedip beberapa kali mencoba memahami kondisi. Wajah terkejutnya terlihat jelas oleh beberapa suster dan dokter diruangan itu. "Papa..."
Jaemin menatap siapa dihadapannya sekarang, menatap Soo Yeon meminta penjelasan. "Papa...papa kenapa? Papa kenapa disini?! Papa kenapa!!!"

Anak itu menatap Jeno, pria itu yang berbaring dihadapannya sekarang. Tangis anak itu pecah sejadi-jadinya, memukuli tubuh Jeno berkali-kali.
"Bangun...bangun gak?! Nana marah ya?! Bangun!!! Papa kalau pake baju yang bagus! Jangan yang banyak merah-merah kayak gini! Masa gak punya uang buat beli baju bagus?!"

Jaemin mencengkeram kerah baju Jeno, menggoyangkan tubuhnya ayahnya keras. "Bangun Lee Jeno bangun!!!"

"Lepas!"Jaemin menatap Xiyeon setelah ia menepis tangan mamanya, terus menggoyangkan tubuh Jeno. Jaemin semakin histeris begitu Jeno benar-benar lemas dihadapannya. "Mama kenapa diem aja? Mama dokter kan? Semuanya disini dokter! Harusnya obatin papa sekarang bukannya diem!!"

"Papa bangun... jangan bikin Nana takut... papa janji gak bakal tidur lama lagi"Jaemin mengigit bibir bawahnya keras sampai berdarah, berteriak keras. Menendang kursi yang ada disana, melampiaskan semuanya hingga ruangan itu sudah berantakan. "Papa mau Nana tidur juga kan? Iya Nana bakal tidur tapi papa harus bangun...janji?"

Xiyeon menutup mulutnya, tangisannya semakin menjadi begitu Jaemin berbaring di sebelah Jeno. Meletakkan kepalanya didada sang papa. "Ma...kenapa gak ada suaranya? Nana kalau tidur sering denger suaranya...kenapa gak ada ma.."

Jaemin masih menangis, kepalanya berkali-kali menggeleng sembari terus memukul dada Jeno. Anak itu semakin keras berteriak begitu melihat tangannya kini berlumuran darah. Xiyeon masih menangis dipelukan Soo Yeon. Di ambang pintu, Jong-hoon disana.
Ia menyaksikan semuanya, melihat bagaimana tubuh anaknya yang terkulai lemas. Melihat anaknya menyerah untuk kedua kalinya.
"Aku mohon bangun... bangun... Bangun hyung..aku minta maaf.. aku...aku nakal ya? Harusnya hukum aku bukan kayak gini"

"Jaemin.."

"Pergi! Aku tidak mau dekat-dekat dengan orang yang membiarkan papa ku seperti ini!"

Jaemin masih menangis, terlebih melihat banyaknya darah dikemeja sang papa. Tangisannya memelan begitu tatapannya pun ikut mengabur, tangannya meremat kuat lengan Jeno yang tak kunjung memeluknya. Tak lagi memarahinya karena menangis. Tak lagi menggelitiknya karena berteriak. Tak lagi memarahinya karena memaki orang lain.

Sungguh Jaemin benci semuanya sekarang.

[]

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang