157. Xiyeon juga bisa lelah

588 94 10
                                    

"Jaemin mana?"

"Masih tidur, dia gak bisa tidur kemarin sampe tengah malam. Ngeluh kalau badannya sakit tapi pas ditanya yang mana yang sakit dia bilang gak tau"
Xiyeon dan Somi sama-sama diam. Wanita yang sekarang harus menjadi tulang punggung keluarga itu terlihat berusaha menahan tangisnya, dadanya terasa sesak mengingat apa yang Jaemin bicarakan karena mengigau.

"Xiyeon?"

"Dia membuat Jaemin seperti itu lagi... Dia membuat anakku ketakutan lagi sekarang..
Jaemin tidak nyenyak tidurnya, semalam dia terus berteriak. Dia bilang badannya sakit, kepalanya sakit.. gak ada yang nolong dia.. Jaemin terus bilang kalau dia masih mau jaga aku..
Aku harusnya jemput dia.. aku harusnya dateng buat nolong dia.. aku harusnya dateng buat meluk dia"

"Tuhan mainin Jaemin terus.. Jaemin udah bahagia harus kayak gini lagi.."
Xiyeon menangis sembari memukul badannya sendiri, menyalahkan dirinya atas kejadian itu sekarang. Tidak ada lagi Xiyeon yang berpura-pura kuat, tidak ada lagi Xiyeon yang selalu tersenyum walau air matanya seakan memaksa agar menetes. Wanita itu sudah terlalu rapuh sekarang, ditambah Jaemin yang harus kembali melawan rasa takutnya.

"Jaemin gak pernah dibiarin bebas sehari pun.. kenapa harus Jaemin yang kayak gitu.."

"Dan maksud kamu kenapa gak kamu yang ada di posisi Jaemin waktu itu? Lee Xiyeon! Jaemin mau bagaimana kalau semisalnya melihatmu harus terbaring seperti Jaemin sekarang.. dia tidak akan jauh berbeda denganmu sekarang.
Kita sudah sepakat untuk menuntut pelakunya bukan? Serahkan pada pihak berwajib. Kamu harus tenangin diri, jangan kayak gini. Jaemin butuh kamu yang kuat"
Xiyeon menyandarkan pada tembok, tangisannya perlahan berhenti setelah mendengar ucapan Somi tadi.

Dua wanita yang tengah duduk didepan ruangan Jaemin itu terkejut kala seseorang tiba-tiba berlutut di hadapan mereka dengan Mark dan Haechan didepannya. "Jaehyun?"

"Jelaskan apa maksudmu melakukannya bajingan!"Haechan hampir saja menendang wajah pria itu jika saja Somi tidak segera menghentikannya. Jaehyun sudah babak belur, bajunya bahkan bernoda darah. "Maksudnya apa?"

"Aku berharap kau membunuhnya Lee Xiyeon.. dia.. dia yang membuat anakmu hampir mati kehabisan nafas saat itu. Otakmu benar-benar gila, Jung Jaehyun.. kau seharusnya masuk pusat rehabilitasi"

"Salah dia sendiri.. aku kan hanya membalas dendam? Siapa yang saat itu tidak mengobati ibuku dengan cepat dan anaknya malah memukul ayahku? Kalian memang sekelompok orang gila ya?"
Mark menendang tubuh Jaehyun hingga tersungkur, orang-orang disana menjerit keras kala melihatnya.
"Hei.. kau tidak sayang dengan gelarmu hah?"

"Aku tidak pernah peduli dengan gelar, bahkan jika aku bukan seorang dokter lagi aku yang akan membunuhmu dengan tangan ku sendiri!"

"Kenapa? Kaget ya? Ini memang rencananya.. kau duluan yang mengganggu keluarga ku Lee Xiyeon.. salahkah aku?
Dan tentang ucapan ku di parkiran mobil itu benar, aku memang menyukai mu.. bagaimana jika nanti margamu berubah menjadi Jung Xiyeon? Lucu ya?"
Xiyeon masih diam, dia terlihat tenang namun tidak dengan Soo Yeon yang baru datang karena mendengar ada keributan.

"Jung Jaehyun... Dan Jung Xiyeon, begitu?"ucap Xiyeon lalu tersenyum manis. Dia berdiri dan menatap Jaehyun dengan begitu tenang, tidak ada tanda-tanda jika wanita itu marah.
"Kau tau jika aku sejak dulu tidak peduli dengan gelar dokter ku ini kan, eonnie?"ucap nya lalu menatap Soo Yeon.

Matanya memerah, nafasnya memburu sekarang, terlihat sangat jelas jika Xiyeon sudah kehabisan batas. "Ah.. tunggu sebentar"
Xiyeon melepaskan jas dokter nya dan melemparkannya ke lantai, masih tersenyum manis pada Xiyeon.

"Aku pernah bilang jika kamu bermain-main dengan orang yang salah kan?  Jangan kau kira karena aku wanita aku harus tunduk pada pria apalagi seperti mu. Ini mahkota ku, dan kau tak pantas menyebut dirimu sebagai raja Jung Jaehyun."

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang