63. Na Jaemin marah

1K 140 14
                                    

Jaemin menatap ke kanan dan kiri, mencari sosok yang biasanya menjemputnya sepulang sekolah.
Bahkan ia tidak melihat mobil Jeno, tangannya meremat tas yang dipeluknya erat-erat, takut jika Jeno tidak menjemputnya. "Na Jaemin"

"Eh? Paman Haechan?"Haechan tersenyum lalu berjongkok di hadapan Jaemin. "Hari ini paman yang jemput Nana"

"Papa kemana?"
Senyum Haechan pudar begitu Jaemin bertanya, ia kembali tersenyum lalu mengusap kepala anak lucu itu. "Ayo"

"Papa kenapa gak jemput aku?"

"Nanti paman kasih tau ya?"

***

"Papa!!"Jeno menoleh, memasang senyum terbaiknya begitu melihat anaknya pulang sekolah. Namun Jaemin tak mendekati Jeno, ia diam di ambang pintu, menatap Jeno tajam.
"Papa kenapa disini?"

"Hyung!!!"
Jaemin mengerutkan dahinya, Ia ingat pernah mengatakan itu tapi lupa dimana dan pada siapa. "Papa kenapa disini?" Tanyanya ulang sembari tetap berdiri ditempatnya.

"Memangnya kenapa kalau papa disini?"

"Papa kenapa tidak jemput? Papa kenapa disini lagi? Papa sakit apa? Papa kenapa tidak beri tau Nana"Jeno menatap Jaemin yang sudah marah sekarang. Bingung menjelaskan bagaimana ia bisa dirumah sakit sekarang.
"Nana gak mau peluk papa dulu"

Mark, Jeno dan Haechan terkejut melihat Jaemin membanting tas sekolahnya lalu berlari. Haechan lah yang menyusul nya sementara Jeno terdiam, menatap tas anaknya yang berada di lantai. "Kamu tau sendiri Jaemin paling sensitif perihal kesehatan mu.. seharusnya kamu menjaga kesehatan mu. Bagaimana ceritanya bisa tukak lambung seperti ini"

Xiyeon yang tadi mengantarkannya kesini, katanya Jeno muntah tadi pagi dan terlihat memuntahkan darah juga. Dasar Lee Jeno, dia marah ketika Jaemin atau Xiyeon sakit tapi diri sendirinya tidak diperhatikan. "Atur makan mu, kamu terlalu banyak makan yang pedas sepertinya. Jangan kemana-mana, aku mau mengambil obat untukmu dulu"

"Dan satu lagi, aku tidak tau bagaimana membujuk Jaemin jika sudah marah. Itu tergantung padamu"ucap Mark sebelum keluar dari ruangan, meninggalkan Jeno sendiri.
Tas Jaemin diambil dan ditaruhnya diatas kursi. Menunggu datangnya Mark sebelum ia menyusul Jaemin.

Disisi lain Haechan tengah berusaha membuat Jaemin berhenti marah, anak itu tidak hanya marah melainkan juga menangis. Hidungnya memerah dan bisa-bisanya Haechan menyempatkan diri mencubit pipi Jaemin.
"Nana marah sama papa?"

"Papa bilang gak akan kesini lagi. Gak bakal tidur di kasur itu lagi. Papa bohong"

"Jaemin, papamu itu juga harus kerja. Mama mu juga kerja kan? Dia sering makan sesuka hati, tidak memikirkan jika itu terlalu pedas atau yang lain. Berbeda jika mama mu yang memasak, dia pasti makan semuanya kan?
Nana pernah lihat papa makan makanan pedas gak?"

"Sering"

"Nah, karena itu papa harus kesini. Papa sakit jadi harus ketemu dokter Mark dulu. Kalau Nana marah kasihan papa, kalau papa tambah sakit gimana? Nana mau?"
Jaemin menggeleng pelan, jarinya saling bertautan sembari mendengarkan Haechan. "Makanya, harusnya Nana peluk papa tadi. Berdoa biar papa cepet sembuh"

"Nanti sampai rumah..Nana yang harus jadi dokter buat papa karena papa harus minum obat"timpal Mark duduk disebelah Jaemin, memberikan sebungkus plastik berisi obat-obatan milik Jeno.
"Nana mau dengerin paman Mark gak? Soalnya kan mamanya Nana harus kerja.. takutnya mamanya Nana lupa suruh papa minum obat. Jadi kalau Jaemin yang kasih obatnya buat papa mau kan?"

"Iya"

***

Jaemin membaca catatan yang diberikan oleh Mark, ditangannya sudah ada beberapa bungkus obat milik Jeno. Ia merobek bungkusnya dan menggenggam obat yang cukup kecil itu. Sembari memeluk gelas berisi air Jaemin menuju kamar Jeno, walaupun air dari gelas itu mengenai wajah dan bajunya karena terlalu penuh.
"Papa"

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang