139. Happen again

466 87 8
                                    

"lukanya jadi lebih banyak kan.."
Jaemin hanya diam. Ia mengingat saat ia memukuli Daehyun,
Ada seseorang yang seakan berbisik padanya seperti, "papa sudah menjaga tanganmu.. tolong hentikan ini"

"Aku.. mengecewakan papa ya.."

"Kata siapa?"

"Tadi.. papa menyuruh ku untuk berhenti memukulnya. Dia bilang dia sudah menjaga tanganku"

"Papa mu tidak akan kecewa. Percayalah, papa mu juga pasti tau apa yang terjadi sebelumnya"
Mina masuk ke ruangan Xiyeon, ikut bergabung dengan ibu dan anak itu.
"Tadi aku sudah keruangan Daehyun. Memang dia yang mulai, dia juga menyuruh Jaemin agar ikut Jeno saja"

"Anak itu.."

Mina mengusap kepala Jaemin, ia dengar jika Jaemin pingsan tadi disekolah.
"Sakit lagi ya?"

Jaemin mengangguk pelan. Rasanya kembali sakit ketika mendengar klakson mobil ataupun yang lainnya yang berkaitan dengan Jeno.
Kepalanya serasa dipukul palu terus-terusan hingga membuat kepalanya seolah hampir pecah.
"Ma.. Daehyun bilang papa itu sengaja nabrakin mobilnya.. itu gak bener kan?"

"Gak.. itu gak bener.. jangan diinget lagi. Itu cuma bohong, papa itu ke-"
Xiyeon berhenti bicara ketika Jaemin menatapnya. Jaemin sudah tau apa yang akan diucapkan oleh Xiyeon tadi.
"Kamu udah makan? Mama beliin makan ya? Nanti sakit lagi.."

Jaemin melamun, ia seolah menatap Xiyeon namun pandangannya kosong. Mina yang melihatnya menggeleng pelan, mengisyaratkan jika ia butuh waktu dengan Jaemin.
"Menangis saja.. itu pasti membuatmu lega"

Dalam hitungan detik Jaemin menangis, meraung-raung sembari menyalahkan dirinya kembali. Mina hanya membiarkannya, lebih baik seperti ini dibandingkan Jaemin memendamnya. Itu tidak akan membuatnya membaik.
Jaemin menjatuhkan tubuhnya dan duduk di atas dinginnya lantai, menangis sembari memukuli kepalanya. Mina sempat menahannya namun kalah dengan tenaga Jaemin.
"Kamu lelah?"

Jaemin tidak menjawab, ia biarkan Mina menunggu jawabannya.
"Bibi tau kamu lelah. Tapi jangan sampai berniat seperti waktu itu, bagaimana dengan mama mu? Siapa yang akan menjaganya nanti?"

"Jangan melakukan hal yang tidak seharusnya kau lakukan. Lebih baik menangis, hanya menangis atau cerita pada bibi, paman Mark, mama kamu, temen kamu atau siapapun.
Cerita sama Tuhan juga lebih baik, karena Tuhan pasti tau apa yang sedang kamu alami selama ini. Tuhan gak mungkin uji manusia diluar kemampuannya"

"Kamu sudah mulai membaik.. tapi seperti ini lagi. Tidak apa, bibi bantu walau harus dari nol lagi"

***

"Demamnya tinggi?"
Xiyeon mengangguk, kebiasaan Jaemin jika sudah menangis hebat seperti itu.
"Tadi juga Chenle nelpon dia, nanyain kenapa gak ada dirumah. Aku suruh aja kesini, siapa tau bisa bikin Jaemin lebih baik"

"Maaf jika waktunya tidak tepat.. tapi apa kamu baik-baik saja setelah kejadian tadi? Aku takut itu berdampak pada karirmu, Xiyeon"
Wanita cantik itu menggeleng, menatap Somi yang terlihat khawatir. "Aku baik-baik saja. Jika ada masalah aku akan menyelesaikannya, Jaemin lebih butuh aku dibandingkan dengan rumah sakit ini"

"Kak Jaemin baik-baik aja kan? Dia kenapa? Kak Jaemin kenapa gak bangun?"
Xiyeon mencubit pipi Areum pelan, "lagi tidur aja. Jagain bentar ya? Bibi mau urus yang lain dulu"

"Oke, oh ya tadi-aduh!"
Areum menatap sengit pria yang baru saja menabraknya tadi, "kak Renjun kalau jalan gak bisa pelan-pelan apa ya?"

"Maaf maaf.. Jaemin mana? Jaemin gak apa-apa kan? Aku denger dari paman Haechan kalau Jaemin-"

"Dia oke kok. Cuma butuh istirahat aja, jangan berisik. Kasian kalau tidurnya keganggu"
Renjun bernafas lega, bahkan ia masuk ke ruangan Jaemin mendahului Areum.
Tangannya bergerak mengusapi surai Jaemin, "anak sama ayah sama-sama nakutin ya."

"Kak Jisung mau kesini, katanya kangen setelah dia tinggal keluar negeri dua bulan.
Jahat memang"

***

"Giliran buat temennya sendiri gak dikasih oleh-oleh, pilih kasih"cibir Renjun melihat Jisung memberikan banyak oleh-oleh untuk Jaemin.
"Punya uang kan? Beli sendiri"

"Pelit"

"Biarkanlah.. toh niatnya juga beli buat Jaemin doang"
Jaemin sampai pusing saking banyaknya oleh-oleh dari Jisung. Kasurnya bahkan penuh dengan banyak oleh-oleh untuknya, "terimakasih"

"No problem, liat sana sini ingetnya kamu terus makanya beli semua. Nih buat kamu"
Renjun menangkap benda yang Jisung berikan, awalnya senang namun malah kesal saat tau ia diberi apa.
"Sialan, gantungan kunci aku juga bisa buat ya!"

"Yaudah siniin lagi"

"Gak!"Jaemin tertawa melihat Renjun. Ia kembali memandangi hiasan berbentuk doraemon ditangannya yang terbuat dari keramik. "Makasih ya kak"

"Sama-sama.. ih gemas aku, coba kalau Renjun yang dikasih. Makasih kagak mau lagi iya"
Renjun menatap Jisung sinis, jika bukan temannya mungkin ia biarkan tinggal di luar negeri saja jadi anak hilang.
"Kenapa?"

Jaemin menggeleng, memijat pangkal hidungnya pelan. "Pusing aja"

"Yaudah tidur, ini semua sama kakak diberesin lagi aja. Nanti dianterin ke rumah."
Jaemin merebahkan tubuhnya kembali, mencoba untuk memejamkan matanya. Kepalanya pusing sekali, rasanya ia ingin membenturkan kepalanya sendiri ke tembok karena tidak kuat dengan rasa pusingnya.

"Kak... Panggilin mama.."

"Kenapa? Ada yang sakit?"

"Panggilin mama! Pake nanya lagi"
Renjun ribut menekan tombol untuk memanggil dokter. Xiyeon segera datang, menanyakan apa yang terjadi pada Jaemin.
"Sakit ma.. sakit.."adunya memegangi kepala, Jaemin tidak kuat lagi, ini keterlaluan.

"Kamu terlalu stress ya akhir-akhir ini? Sini"
Xiyeon duduk di pinggir kasur, memijati kepala Jaemin agar tidak sakit lagi. Diam-diam ia cium dahi Jaemin. Xiyeon bisa rasakan jika degup jantung Jaemin lebih cepat sekarang.
"Tidur aja.. mama disini kok"

"Sakit.."

"Mau minum obat? Minum obat aja ya?"
Jaemin menggeleng, memilih untuk Xiyeon pijat saja kepalanya. Karena Xiyeon juga Jaemin bisa tidur tanpa merasakan sakit lagi.
"Padahal belum makan kamu tuh.."

"Xiyeon"

"Hm?"
Soo Yeon memberikan sebuah  paper bag pada nya. "Ini buat kamu"

"Dari siapa?"

"Gak tau"Xiyeon melihat isinya, ada beberapa buah-buahan yang sepertinya untuk Jaemin. "Makasih ya"

"Jaemin kenapa?"

"Cuma pusing aja. Kayaknya terlalu banyak pikiran"
Renjun dan Jisung sudah pulang sejak tadi, saat Jaemin baru tidur. Diruangannya kini hanya berdua, hening.
Xiyeon jadi memikirkan kejadian di sekolah tadi, memang tidak bisa dielakkan jika Jaemin sensitif dengan hal yang menyangkut dirinya atau Jeno. Tapi ia tidak sangka Jaemin bisa menjadi seperti itu.
"Jeno sepertinya hanya sedikit kesal padamu, Na.. jangan dipikirkan. Ayahmu berada di pihak mu juga"

[]

Aku juga pusing:)

Call Him NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang